Senin, 18 Juli 2011

Rahasia Sex Lesbian (TerBaru)...

Cerita sex sesama jenis 2011 – Kulit Sari putih, halus dan lembut: layaknya gadis keturunan pada umumnya. Wajahnya tidak seberapa cantik: polos dan berkacamata. Seorang mahasiswi yang cerdas dan rajin  typical seorang gadis nerd. Tidak ada yang istimewa dari Sari  tubuhnya kurus, dada dan pantat yang relatif kecil, selain itu  orangnya juga alim dan sopan.
Sari yang saat ini sedang menempuh kuliah di salah satu universitas swasta di kota S tinggal bersama ci Karina yang menyewakan salah satu dari 2 kamarnya yang kosong kepada Sari. Penampilan ci Karina berbeda sekali dengan Sari: di usianya yang hampir 30, ci Karina boleh dibilang sangat pandai merawat tubuhnya  kulit putih halus dengan ukuran toket sedang: 34. Parasnya cantik, rambut panjang bergelombang.
Rupanya, ci Karina yang sudah lama tidak merasakan belaian pria  menyimpan; lebih tepatnya menimbun libido yang secara perlahan-lahan telah menggerogoti moralnya (walaupun belum sampai mengenai akal sehatnya). Selama ditinggalkan kekasihnya sejak 7 tahun yang lalu, ia sering merasa kesepian  tak jarang ia berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan berbagai peralatan dan VCD yang disewanya/dibeli melalui pembantunya, karena ia sendiri sebenarnya malu kalau harus terang-terangan membeli atau menyewa benda-benda seperti itu.
Demikian pula untuk bermain dengan pria yang tidak dikenal, ci Karina menganggap mereka tidak bersih sehingga ia takut untuk berhubungan badan dengan mereka. Namun demikian, ini tidak mengurangi fantasi ci Karina dalam membayangkan bentuk seks yang diinginkannya. Bahkan sejak 2 tahun yang lalu, ia juga mulai tertarik untuk melakukan hubungan seks dengan sesamanya. Ini dapat dilihat dari reaksinya terhadap Sari sehari-hari, tak jarang ia menelan air ludah dan menjilati kedua bibirnya apabila melihat Sari mengenakan kaos ketat apabila ia ke kampus. Padahal, bentuk tubuh Sari begitu biasa  apalagi apabila dibandingkan dengan dirinya sendiri yg jauh lebih seksi.
Apa yang dilihat pada diri Sari adalah dirinya sendiri 10 tahun silam; ketika ia masih berada di awal-awal usia 20 tahun: alim dan rajin  namun begitu naif. Ci Karina sendiri bertekad untuk memberinya ‘pelajaran’ suatu saat. Namun  sesudah agak lama tinggal bersama Sari, barulah Ci Karina mengetahui bahwa ia sudah tidak perawan lagi: ketika ia masih SMP dulu  pacarnya sendiri memperkosanya dan sejak saat itu, Sari begitu minder dan seringkali menhindar dari pergaulan sekitarnya, hingga saat ia kuliah. Ci Karina mengetahui hal ini dari Sari sendiri yang memandang Ci Karina sebagai wanita yang sabar, bijaksana dan dewasa.
Pucuk dicinta ulam tiba, seminggu yang lalu  adik ci Karina yang laki-laki tiba dan hendak menginap untuk satu bulan karena suatu urusan. ‘Sekali tepuk 2 lalat’  inilah yang ada dalam pikiran ci Karina melihat adiknya sendiri dan Sari.
Suatu sore sejak 3 hari kedatangan adiknya  Ci Karina sudah mempersiapkan rencana yang baik: pertama adiknya, kemudian Sari. Biasanya, Sari tiba di kos pukul 19:00 dan ia hendak memulai rencananya itu pukul 18:30 dengan melakukan ‘pemanasan’ terhadap adiknya. Pukul 18:30, Karina memanggil adiknya untuk masuk ke kamarnya. Tanpa berprasangka apa-apa, adiknya masuk ke kamarnya. Dilihatnya Ci Karina yang mengenakan celana pendek jins ketat dan kaos tanpa lengan yang ketat pula  ia sedang menghadap ke cermin dan mengikat rambutnya yang bergelombang halus itu.
Melihat bayangan adiknya di cermin, Ci Karina tersenyum dan berkata: “Masuk saja, cici cuman sebentar koq.” Diam-2, adiknya memperhatikan cicinya dan berpikir: “Cantik juga, walaupun sudah kepala tiga. Badannya juga begitu padat dan seksi..” Ci Karina yang mengerti bahwa dirinya sedang diperhatikan adiknya sendiri hanya tersenyum simpul  tiba-tiba ia berdiri, mendekati adiknya dan menggandeng tangannya. Adiknya kaget sekali namun ia tidak berkata apa2. Ci Karina membimbing adiknya menuju sebuah pintu sambil sesekali melirik ke belakang dan tersenyum simpul ke arah adiknya.
Ci Karina membuka pintu kamar tersebut dan menyalakan lampunya. Ternyata, apa yang dilihat adiknya adalah sesuatu yang menakjubkan namun juga membuatnya sedikit shock: sebuah kamar yang cukup luas  dengan seluruh dinding ditutupi bahan kedap suara berwarna pink. Ranjang yang terletak di tengah ruangan, sebuah TV lengkap dengan stereo-setnya yang mewah: juga 3 teve hitam-putih kecil yang menampakkan situasi di ruang tamu, kamar Sari dan kamarnya sendiri.
Namun yang membuatnya begitu kaget dan sedikit takut adalah koleksi VCD, video dan DVD porno yang berserakan di lantai. Berbagai alat bantu seksual, dan sebuah manekin lengkap dengan penis palsunya segala. Tahulah ia apa yang diinginkan dari cicinya  tanpa disadarinya, Ci Karina sudah mengunci pintu kamar dan mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Namun ia berhenti sampai pakaian dalam saja. Jadilah Ci Karina hanya mengenakan bra dan celana-dalam warna hitam, ia berdiri begitu seksi dan menggoda dengan rambutnya terikat (untuk memudahkannya saat permainan nanti, begitulah yang ada di pikiran Ci Karina). “Sudahlah, kamu menurut saja  toh kamu disini hanya sebulan. Masa kamu tidak kasihan sama cici yg sudah lama tidak merasakan hangatnya tubuh pria?”
Adiknya masih ragu. Ci Karina tahu ini  dan tanpa membuang banyak waktu, ia segera maju ke depan membuka celana pendek adiknya dengan mudah (entah bagaimana, adiknya tidak mampu melawan cicinya sendiri). Mulailah ia mengoral batang kemaluan adiknya itu. Ci Karina mempercepat gerakan mengocoknya dengan tangan kanan, dia menengadah dan menatap wajah adiknya dengan tatapan tajam penuh birahi  ia mendesis sambil berkata: “Sss.. awas kalau kamu berani keluar sebelum aku. Lebih baik kamu cari kos lain saja, meskipun kamu adikku!”
Sesudah berkata demikian, ci Karina memasukkan seluruh batang kemaluan adiknya ke dalam mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur  membuat batang kemaluan adiknya keluar-masuk dengan sangat cepat. Adik ci Karina hanya dapat mengerang nikmat mendapat perlakuan seperti itu dari cicinya yang ternyata sangat berpengalaman dalam hal memuaskan pasangan mainnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecewakan cicinya. Di tengah-tengah permainan, Ci Karina melepaskan branya dengan tangan kirinya yang masih bebas. Diliriknya teve hitam putih yg secara rahasia memonitor kamar Sari. Ternyata ia baru saja datang, dan waktu menunjukan pukul 18:55. Tepatlah perhitungannya: adiknya yang nafsunya sedang menanjak pasti akan mau diajaknya berkompromi.
Ci Karina menghentikan oralnya, dan tahulah ia bahwa adiknya agak kecewa. “Tunggu sebentar  aku ada tugas buat kamu: bawalah Sari ke kamar ini.” Adiknya mengerti apa yang diinginkan ci Karina. Sementara adiknya pergi memanggil Sari  ia segera mematikan monitor2-nya, melepas celana dalamnya yang sedikit basah dan bersembunyi di sebelah pintu. Begitu adiknya masuk bersama Sari  ia segera mengunci kamarnya lagi dan mendorong Sari hingga jatuh ke ranjang. Sari yang bertubuh kurus dan lelah sehabis kuliah tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti terhadap perlakuan Ci Karina yang begitu tiba-tiba tersebut. Ci Karina melucuti kaos ketat yang dikenakan Sari dengan buas.
“Kyaa..!!” Sari menjerit, namun percuma karena ruangan tersebut kedap suara. Adik Ci Karina hanya diam saja karena shock melihat keganasan cicinya  apalagi dengan sesama jenis! Ci Karina telah sampai pada branya. Dengan kasar, ia merenggut bra Sari dan melemparkannya ke lantai. Ci Karina melihat sepasang toket Sari yang kecil. “Seharusnya kamu tidak usah pakai bra sama sekali. Toh tidak memberi perbedaan yang berarti..” Ci Karina melanjutkan dengan melepas kancing celana jins Sari dan membuka ritsluitngnya dan melepaskannya.
“Pahamu putih dan mulus juga yah..” Terakhir, Ci Karina menurunkan celana dalam Sari. Sari tak dapat berbuat apa-apa terhadap Ci Karina yang terus menggerayangi tubuhnya dan sesekali menciuminya. Tiba-tiba Ci Karina berdiri dan berjalan menuju lemari. Diambilnya sebuah penis palsu (dildo) dan semacam lotion. Ia mengolesi dildonya dengan lotion tersebut dan memberikannya kepada adiknya, “Kamu pakai juga. Aku tidak mau dia berteriak-teriak kesakitan.” Adik Ci Karina menurut  ia melepas seluruh pakaiannya dan mulai mengolesi batang kemaluannya dengan lotion yang diberikan cicinya.
“Jangan ci.. saya takut.” Sari yang sudah lemas berkata dengan penuh kekuatiran, melihat ci Karina mengenakan penis palsu (dildo) bergerigi dengan ukuran yang cukup mengerikan seperti mengenakan celana dalam. Ci Karina dengan cepat bergerak ke arah Sari. “Diam. Mana lotionnya.” Sesudah mendapatkan lotion, ia mulai mengolesi dinding vagina Sari sambil berkata: “Kamu jangan takut, percaya sama cici saja. Sesudah itu, ia membalikkan tubuh Sari dan melumasi lubang pantatnya pula.
“Ayo  kamu lubang yang satunya!!” ci Karina memerintahkan adiknya untuk mengentot Sari yang malang di lubang anusnya. Adiknya menurut, ia berpindah  duduk di atas ranjang. Ci Karina memapah tubuh Sari dengan lembut dan menempatkannya di atas adiknya. Sari yang tidak berdaya hanya dapat memandang sorot mata penuh nafsu ci Karina yang sedari tadi sibuk mengatur posisi dan membantu adiknya memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang anus Sari. Bles! Batang kemaluan adik ci Karina akhirnya berhasil masuk ke dalam anus Sari yang sudah tidak keruan bentuknya karena sedari tadi diobok-obok oleh ci Karina.
Rasa sakit bercampur nikmat membuat Sari membelalakkan matanya, ia membuka mulutnya dan merintih “Aaa..” Ci Karina membaringkan Sari dari posisi terduduk menjadi terlentang dengan adiknya di bawahnya (dan batang kemaluannya yang sudah menancap ke dalam lubang anus Sari). “Sari, aku yakin kamu akan menyukai ini dan pasti ketagihan sesudah ini.” Ci Karina memasukkan dildo-nya ke dalam lubang kemaluan Sari.
Sari yang berada di tengah dengan keadaan tak berdaya, berusaha menahan nikmat bercampur nyeri di lubang kemaluan yang sudah dihujami dildo dari ci Karina  serta batang kemaluan adik ci Karina yang menancap di lubang anusnya. Mulailah ranjang bergoyang.. mulanya perlahan, namun semakin lama semakin cepat.. demikian pula dengan rintihan-rintihan Sari.. “Aaa.. aa..” Sari masih mengenakan kaca mata minusnya ketika permainan ini dimulai.
Ci Karina tertawa melihat Sari berusaha bertahan: “Jangan ditahan dan jangan dilawan Sari  nikmati saja, sayang!!” Perlahan-lahan rintihan Sari mulai berubah menjadi jeritan nikmat penuh birahi.. “Ah.. ah.. yess.. mmhh.. MM.. AAHH..” Kenikmatan disetubuhi di kedua lubangnya secara bersamaan membuat Sari kehilangan kendali. Sari yang sopan dan alim perlahan larut.. perlahan berubah menjadi Sari yang liar, sifat liar yang seakan ditularkan dari ci Karina  meracuni pikiran Sari yang semula begitu bersih dan polos. “Yah.. teruskan!! LEBIH CEPAT LAGI CI Karina..!! AA.. AA.. MMHH.. MM..”
Sari menggenggam seprei ranjang dengan sangat kuat, keringat meluncur deras dari sekujur tubuhnya  membuat kulitnya tampak mengkilat di bawah cahaya lampu. Hal ini membuat Ci Karina semakin bernafsu mempercepat gerakan pinggulnya. Sari semakin menikmatinya  ia memejamkan matanya sambil memegang rambut ci Karina. “AGH.. Enak sekali.. Ci.. aa.. aku.. belum pernah.. uuh.. senikmat ini..” Adik Ci Karina menganal lubang pantat Sari sambil meremas-remas kedua toket Sari dari belakang, walaupun ukuran toket Sari relatif kecil  namun ini tidak mengurangi rangsangan demi rangsangan yg diterimanya. “Auuh.. ah..” mulut Sari menganga dan mengeluarkan teriakan-teriakan yg semakin tidak jelas. Tubuhnya pun mulai menegang; tahulah Ci Karina bahwa “anak didiknya” saat ini hampir mencapai puncak kenikmatan.
Ci Karina mengurangi kecepatan bermainnya dan mengubah gerakan maju-mundurnya menjadi gerakan mengaduk dengan menggoyangkan pinggulnya. Sari secara alami mengikuti gerakan Ci Karina dengan menyesuaikan gerakan pinggulnya. Hal ini justru menambah kenikmatan bagi Sari. Sampai akhirnya  tubuh Sari benar-benar menegang dan Sari melepaskan teriakan yang cukup panjang dan memenuhi seluruh ruangan kedap suara tersebut. Sesudah itu, teriakan berhenti dan seluruh ruangan menjadi sepi. Ci Karina mencabut dildo dari lubang vagina Sari, ternyata dildo tersebut sudah ditutupi cairan kental dan bahkan saat Ci Karina menariknya keluar  ada sebagian dari cairan tersebut menetes dan adapula yang masih merekat antara dinding vagina Sari dengan dildo Ci Karina.
Adik Ci Karina juga mencabut dildonya dari lubang anus Sari dan merebahkan Sari yang sudah lemas di ranjang. Sari masih memejamkan kedua matanya  Ci Karina melepas kacamata Sari yang masih dikenakannya dan meletakkannya di meja yg terletak di tepi ranjang. “Lain kali, kalau mau main  jangan lupa lepas dulu kacamatanya..” Ci Karina tersenyum dan mencium Sari, kemudian ia melepaskan dildonya dan menggelatakannya begitu saja di lantai. Ia memandang adiknya dan berkata: “Kamu jangan bengong saja, kamu masih punya tugas satu lagi.” Sesudah berkata demikian, ia duduk di lantai  melebarkan kedua pahanya: mengarahkan lubang vaginanya yang sudah basah ke arah adiknya.
Kemudian ia menunjuk ke arah vaginanya: “Ayo: gunakan lidahmu.” Adiknya mengerti apa yg harus dilakukan. Ia menjilat-jilat lubang kemaluan ci Karina dengan hati-hati. Keenakan, c ci Karina memejamkan matanya  nafasnya tak beraturan: desahan- desahan nikmat meluncur keluar tak terkontrol dari mulutnya. Ia menjambak rambut adiknya dan menekan-nekan wajah adiknya itu ke lubang vaginanya: “Errghh.. aaghh.. niikkmmaatt sekkaallii.. ss..!!” Ci Karina benar-benar menikmati setiap hisapan dan jilatan yang diberikan adiknya ke liang kewanitaannya, namun di tengah ambang sadar dan tidak  Karina ingat bahwa ia tidak ingin mencapai orgasme dengan cara seperti ini. “Aah.. tunggu say  bee.. berhentii duluu.. mmh.. sekarang giliran.. cici ngerjain punya kamuu..”
Adik Ci Karina menurut dan berhenti. Ci Karina bergerak kemudian berjongkok membelakangi adiknya, sekarang ia dalam keadaan berjongkok menghadap pantat adiknya. Adiknya agak kebingungan dengan tingkah laku cicinya. Namun Karina cuek saja: tangan kirinya ia lewatkan di antara kaki adiknya, dan dengan tangannya itu ia mencengkeram buah pelir adiknya dengan halus dan mulai memijat- mijatnya. “Tenang saja, sayang  kujamin kamu akan suka sekali..” Ci Karina tersenyum penuh nafsu, dan dengan tangan kiri masih memegang buah pelir adiknya  ia mengangkat telapak tangannya, menghadapkannya ke arah wajahnya  dan meludahi tangannya sendiri kemudian mengerut-ngerutkan tangannya.
Kemudian ia melingkarkan tangan kanannya dari pinggang sebelah kanan adiknya  langsung menuju ke arah kontol adiknya. Dan mulailah ia mengocok-ngocoknya batang kemaluan adiknya itu dengan tangan kanannya yang sudah dilumasi air ludahnya sendiri. “Aaaghh.. duh, enak sekali ci..” Ci Karina meneruskan gerakan tangannya sampai ia merasa batang kemaluan adiknya sudah cukup keras. Sesudah itu, ia membalikan badannya dan mengambil posisi nungging di lantai. Tahulah adik ci Karina apa yang diinginkan cicinya ini. Ia juga mengatur posisi di belakang cicinya: “Awas ya  pokoknya aku nggak mau anal. Maenin lubangku yang biasa aja.” Adiknya menurut, dan permainan dimulai.
Adik ci Karina memulai gerakannya dengan perlahan, “Mmm.. masih kurang, lagi dong!” Gerakan dipercepat, Ci Karina memejamkan matanya keenakan. Ia menambah kenikmatan dengan menggesek-gesek klit-nya sendiri, dengan sebelumnya membasahi jari-jarinya dengan cara mengulumnya sendiri. “Uuuaah.. enaakk sayaang.. Mmmh..” Permainan ini berlangsung agak lama sampai ci Karina minta ganti posisi lagi. Kali ini ia ingin disetubuhi dengan posisi tubuh menyamping. Ci Karina menyampingkan tubuhnya yang seksi dan sudah mandi keringat tadi ke arah kanan, sementara adik Ci Karina mengangkat paha mulus cicinya sebelah kanan dan menyandarkannya ke bahu sebelah kirinya.
Dengan demikian, ia dengan leluasa dapat memasukkan batang kemaluannya ke lubang ci Karina. Ia mulai bergerak maju mundur, “Aaahh.. mm..” Untuk sekedar menambah kenikmatan, ia mengarahkan tangan kanannya ke arah pantatnya sendiri dan menggerakan jari tengahnya keluar- masuk lubang pantatnya. “Kyyaahh.. uuhh..” Tubuh ci Karina terus bergoyang-goyang  toketnya pun bergerak naik turun tak beraturan mengkuti irama tubuhnya. Adik ci Karina yg sedari tadi bergitu terangsang dengan gerakan toket cicinya sendiri itu sudah tak tahan lagi, ia memajukan tangan kanannya guna meremas toket kanan cicinya itu. “Oh  susumu begitu empuk ci..” Ci Karina hanya tersenyum, ia mencabut tangannya dari lubang pantatnya  dan ikut meremas toketnya bersama-sama dengan tangan adiknya itu. Permainan terus berlangsung, Ci Karina merasakan tubuhnya sendiri mulai menegang  ia sendiri sudah tidak mampu berpikir jernih lagi.
Hanya kenikmatan yang dirasakan sekujur tubuhnya sekarang. “AAHH.. AAKKUU.. MMH..” Keluarlah Ci Karina, mencapai orgasme yang diidam-idamkannya dalam posisi menyamping. Tercapailah segala keinginannya selama ini.
Demikian pula adik ci Karina, ia segera berdiri karena sudah tidak tahan lagi, dan ci Karina mengetahui hal ini  karena ia sudah berhasil meraih orgasme, maka ia berniat membantu adiknya untuk mengeluarkan seluruh peju yang sangat ia inginkan itu. Ci Karina berjongkok, tersenyum menggoda ke arah adiknya dan mulai mengocok batak kemaluan adiknya “Nah, sekarang cici ingin merasakan nikmatnya cairan kejantananmu. Ayo sayang.. keluarkan  jangan ragu.. ayo!” Ci Karina memainkan batang kemaluan adiknya naik turun dengan gerakan memutar sambil sesekali menjilat pangkal kemaluan adiknya. “Aih.. masih belum keluar juga.. sebentar..” Sambil mengocok batang kemaluan adiknya dengan menggunakan tangan kanannya, ci Karina memijat buah pelir adiknya. “Ah.. ci.. aku mau keluar nih..!!” Ci Karina langsung mengarahkan ujung batang kemaluan adiknya ke arah mulutnya, menyambut cairan peju yang segera muncrat masuk ke dalam mulutnya.
Sari yang sedari tadi tergeletak lemas berusaha bangkit dan merangkak menuju ci Karina dan adiknya. “Ci Karina.. saya juga mau..”, kata Sari sambil menunjuk ke arah mulutnya sendiri. Tetes peju terakhir sudah habis meluncur turun ke dalam mulut ci Karina yang seksi. Ci Karina menelan sedikit peju adiknya dan menahan sisanya di dalam mulutnya. Ia tersenyum dengan mulut belepotan peju adiknya, membelai Sari, kemudian membaringkannya, dan meletakkan kepala Sari di pangkuannya. Sari yang sudah lemas hanya menurut seperti anak kecil. Dengan gerakan yang lembut, ci Karina menyentuh bibir Sari dan menggerakannya ke bawah dengan jari telunjuknya.
Sari mengerti apa yang dimaksud ci Karina, ia membuka mulutnya. Bibirnya bergetar. Ci Karina kembali tersenyum  ia mengarahkan mulutnya tepat di atas bibir Sari yang sudah merekah, kemudian membuka dan memuntahkan peju lengket yang sudah bercampur dengan air liur ci Karina, turun memasuki mulut Sari.
Peju dalam mulut ci Karina sudah habis dipindahkan ke dalam mulut Sari. Ci Karina tersenyum lebar dengan sedikit sisa peju bercampur liur pekat yang menetes dari ujung bibirnya.
Kembali, dengan gerakan lembut  ci Karina memberi isyarat kepada Sari untuk menutup mulutnya. Sari menuruti dan tersenyum bersamaan dengan ci Karina. “Nah, aku tidak pernah pelit kepada gadis manis seperti kamu. Ambillah bagianmu dan nikmatilah.” Sari menelan peju yang sudah diberikan ci Karina kepadanya. “Terima kasih ci..” Kemudian ia bangkit dan duduk  Sari menyentuh wajah ci Karina dengan lembut. Sari kembali membuka mulutnya, bergerak maju ke arah bibir ci Karina sambil menjulurkan lidahnya. Ci Karina yang mengerti maksud Sari segera menyambut ciuman Sari dengan menjulurkan lidahnya pula. Mereka berciuman sampai lama  dan saling menjilati sisa-sisa peju hingga bersih.
Sejak saat itu, kehidupan ci Karina dan Sari selalui dipenuhi dengan petualangan: hampir setiap bulan Sari ‘menjebak’ teman kuliahnya  entah itu pria atau wanita. Mungkin dalam kesempatan lain, Sari dapat membagi kisah petualangannya sex disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar