Senin, 18 Juli 2011

Sex Binal Arwah Gentayangan (TerBaru)...

Cerita seks hantu terbaru – Aku dan istriku yang baru menikah selama setahun, akhirnya bisa membeli rumah sendiri, setelah selama beberapa bulan ikut dengan mertua. Meski rumah itu tidak begitu besar, namun rasanya cukup membahagiakan hatiku. Bagaimana tidak? Suami mana yang tak merasa bangga bisa membeli rumah sendiri, ketimbang nebeng di rumah mertua.
Rumah yang kubeli, keberadaannya agak jauh dari rumah penduduk lain. Entah mengapa, sepertinya para penduduk di sekitar rumah yang kubeli itu, enggan berdekatan dengannya. Bahkan sewaktu aku hendak membeli rumah itu, ada penduduk yang memberitahuku kalau rumah itu angker. Katanya ada penghuninya.
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Aku menganggapnya sebagai cerita bohong belaka. Lagipula, sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran, kenapa harus takut pada hal-hal mistik seperti itu? Ketimbang tinggal bersama mertua, bukankah lebih baik punya rumah sendiri?
Semula, saat pertama istriku melihat rumah itu, dia pun mengatakan kalau tempat itu seram. Istriku yang masih muda itu sebelumnya memang selalu tinggal bersama keluarga besar orang tuanya di sebuah rumah besar di lingkungan yang ramai di Sukabumi. Hani baru berusia 20 tahun. Lebih muda 6 tahun dariku. Sifatnya begitu polos dan jujur. Tubuhnya langsing padat dengan kulit yang putih bersih. Wajahnya cantik seperti aktris Dina Lorenza dengan rambut panjang terurai, ia adalah seorang istri yang ideal bagiku.
Dengan keyakinan yang kuberikan, akhirnya istriku pun bisa menerimanya. Setelah dibersihkan dan dirapikan, kami pun pindah.
Hari pertama kami menempatinya, tak ada hal-hal aneh. Itu sebabnya keesokan harinya kukatakan pada istriku bahwa apa yang dikatakan oleh orang-orang mengenai rumah itu tak benar. Istriku pun semakin bertambah yakin dan percaya dengan perkataanku. Begitu juga dengan hari selanjutnya sampai enam hari kami menempati rumah itu, tak ada hal-hal ganjil yang kami alami. Semua itu semakin membuat kami yakin, kalau cerita rumah yang kami tempati ada hantunya hanyalah bohong belaka.
Hingga sampailah pada hari yang ketujuh….
Hari itu hari Kamis malam Jumat. Sejak siang hujan turun dengan deras diikuti oleh angin kencang. Aku dan istriku sedang berada di ruang tengah menyaksikan acara televisi, ketika dari luar terdengar sesuatu berderak keras dan kemudian tumbang dengan menimbulkan suara yang keras dan sangat mengejutkan. Sampai-sampai istriku dibuat menjerit dan memelukku kuat.
Kraaaa….k!! Buuummm…..!!!
“Maass…!”
“Sepertinya ada pohon yang tumbang,” gumamku sambil memeluk tubuh istriku yang menggigil dengan wajah pucat ketakutan. “Sebaiknya kulihat…”
“Aku takut, Mas,” keluh istriku.
“Apa yang mesti kautakutkan? Tak ada apa-apa. Sebaiknya kau di dalam saja,” saranku seraya melepaskan pelukan istriku kemudian melangkah ke teras rumah. Saat itu kulihat pohon nangka yang ada di halaman rumahku tumbang sampai ke akar-akarnya.
Rupanya suara tumbangnya pohon nangka itu juga didengar oleh warga sekitar sehingga mereka pun berdatangan. Kami dibuat terbelalak ketika melihat tanah lubang bekas akar pohon nangka itu. Di lubang tanah bekas akar pohon nangka itu terdapat tulang belulang manusia. Entah tulang siapa.
Karena ada kejadian aneh maka Pak Zack Lee pun menghubungi polisi. Dokter forensik dari labkrim langsung melakukan pemeriksaan terhadap kerangka manusia itu.
Tanpa sepengetahuanku, ternyata istriku keluar dan melihat kerangka manusia itu. Saat kerangka itu diangkat, tiba-tiba istriku mengeluh sakit kepala kemudian jatuh pingsan. Hal itu membuatku jadi panik. Segera kubopong tubuh istriku masuk ke dalam kamar meninggalkan masyarakat dan para petugas yang masih sibuk mengurusi tulang belulang itu.
Kejadian malam itu segera berlalu. Aku dan istriku tidak berminat untuk membahasnya lagi. Semuanya tampak sudah berjalan normal kembali sampai sekitar seminggu kemudian?.. Malam itu aku bermimpi aneh.
Dalam mimpiku, aku melihat istriku tengah bersetubuh dengan seorang pemuda. Melihat hal itu, tubuhku seketika menggigil karena emosi. Ingin rasanya aku melabrak keduanya, namun entah mengapa seketika aku tak mampu berbuat apa-apa. Akhirnya aku hanya bisa melihat bagaimana istriku merintih-rintih dicumbu dan disetubuhi oleh lelaki lain, yang samar-samar bisa kulihat ternyata adalah Ajat, muridku sendiri di SMU tempatku mengajar.
Ajat adalah salah seorang siswa teladan di SMU itu. Selalu menjadi bintang kelas. Dengan tubuhnya yang besar dan sehat, ia selalu aktif di kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, paskibra maupun organisasi pencinta alam. Setahuku ia adalah seorang siswa yang sopan dan baik perilakunya.
Namun… kini aku melihatnya dalam keadaan polos sama sekali tengah asyik mencumbu dan menyetubuhi istriku yang juga tak mengenakan selembar benang pun untuk menutupi tubuhnya yang putih dan padat berisi. Tubuh indah yang selama ini hanya aku sendiri yang bisa melihat dan menjamahnya.
Entah berapa lama mereka asyik berkasih-kasihan sementara aku seperti tak berdaya hanya bisa berdiri mematung memandangi aksi mereka. Rasanya seperti lamaaa… sekali.
Akhirnya, tampak Ajat mencapai puncak kepuasannya. Gerakannya yang semula seolah tak pernah diselingi istirahat mendadak berhenti. Wajahnya tampak tegang. Ia sama sekali tak berusaha mengangkat kemaluannya dari dalam tubuh istriku! Anak jahanam itu benar-benar berusaha mengosongkan air maninya yang telah siap untuk meledak sejak beberapa puluh menit yang lalu itu ke dalam rahim istriku yang masih sangat subur. Yang lebih mengejutkanku ternyata istriku sendiri tampak berusaha menahan anak muda itu keluar dari dalam tubuhnya. Dicengkeramnya kuat-kuat Ajat yang sedang menindih tubuhnya di bagian pantatnya.
Ajat pun tampak lemas setelah memuaskan nafsunya kepada istriku yang cantik. Tiba-tiba saat itulah kedua mata istriku berubah menjadi merah membara laksana api. Mulutnya menyeringai, menunjukkan sepasang gigi taring yang runcing.
Entah dari mana datangnya, tahu-tahu tangan istriku sudah memegang sebilah pisau. Kemudian dengan buas istriku menghunjamkan pisau itu ke dada pemuda yang telah menyetubuhinya itu.
“Rasakan pembalasanku…. Hiih….!!!”
Jraab!!
“Aaakh…..!!” Ajat menjerit keras. Ia segera melepaskan tubuh istriku. Darah seketika menyembur dari dadanya. Sesaat tubuh Ajat menggelepar-gelepar, kemudian terkulai mati.
Aku tersentak bangun dari tidurku. Tiba-tiba aku tak menemukan istriku. Entah ke mana perginya. Khawatir terjadi sesuatu pada istriku, aku bergegas bangun dari tempat tidur. Sambil memanggil-manggil, aku berusaha mencari istriku.
“Han….. Hanii…. Di mana kau?” seruku memanggil sambil terus melangkah keluar kamar. Di ruang tamu, aku tak menemukan istriku. Dengan perasaan semakin cemas, aku lari ke kamar sebelah. Kubuka satu-persatu pintu kamar yang ada namun tetap juga aku tak menemukan istriku. Segera aku lari ke arah dapur. Saat itu juga, kulihat istriku sepertinya baru masuk.
“Hani… Dari mana kamu, sayang?” tanyaku seraya mendekat. Kulihat tubuh istriku menggigil kedinginan. Seluruh pakaiannya tampak basah kuyup. “Kau baru keluar…?”
Hani mengangguk dengan tatapan mata sayu.
“Untuk apa?”
“Entahlah, aku juga tak tahu, Mas. Tahu-tahu aku sudah di depan pintu dapur. Karena kudengar kau memanggil-manggil namaku, aku pun masuk,” tuturnya seperti kebingungan.
“Sudahlah, pakaianmu basah. Ayo cepat ganti, nanti masuk angin,” kataku seraya membimbingnya dengan penuh kasih. Sesampainya di kamar, kulepas seluruh pakaiannya. Kemudian kuambilkan gaun yang kering dan membantu mengenakannya. Sedangkan gaun yang basah segera kurendam di dalam air di kamar mandi. “Masih malam. Ayo tidur….”
Hani pun menurut. Ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Namun begitu wajahnya tampak seperti kebingungan.
“Apa yang kaupikirkan?” tanyaku.
“Tadi saat aku tidur, aku mendengar ada suara seorang lelaki memanggil namaku, Mas. Tiba-tiba aku…. aku tak ingat apa-apa lagi. Dan… dan tahu-tahu aku sudah berada di luar, Mas…” tuturnya dengan wajah masih menunjukkan kebingungan.
“Sudahlah, semua hanya mimpi,” kataku berusaha menghibur hatinya. Untuk memberikan kenyamanan, aku pun memeluknya. Perlahan kucium keningnya, tetapi Hani menolakku secara halus.
“Aku capai, Mas,” katanya dengan mata yang kuyu dan memelas. Lalu ia membalikkan tubuhnya membelakangiku dan segera tertidur pulas. Kututupi tubuhnya dengan selimut yang tebal, lalu aku pun menyusulnya tidur.
Pagi itu aku bangun kesiangan. Kalau saja tak ada kegemparan, mungkin aku tak akan bangun saat itu.
“Ada apa, sayang?” tanyaku pada istriku saat kudengar suara orang ribut.
“Entahlah… Katanya telah ditemukan mayat”
“Mayat?” Bergegas aku bangun. Tanpa cuci muka dulu, aku langsung melangkah keluar rumah untuk melihat apa yang telah menggemparkan para warga. Ketika bertemu dengan Pak Zack Lee aku pun langsung bertanya, “Ada apa, Pak Zack Lee?”
“Ajat, Pak Guru.”
“Ajat….?! Kenapa dengan Ajat?” tanyaku dengan perasaan berdebar tak menentu.
“Ajat diketemukan meninggal.”
“Apa..?! Meninggal?”
Penasaran ingin tahu yang sebenarnya, aku pun langsung menuju rumah orang tua Ajat untuk melihat sekaligus melayat. Terpaku aku dengan mata membelalak dan mulut melongo ketika melihat bagaimana keadaan mayat Ajat. Ajat ditemukan mati dalam keadaan telanjang bulat. Sepertinya sebelum meninggal, dia terlebih dahulu melakukan hubungan badan dengan seorang wanita. Yang mengerikan, di ulu hati Ajat terdapat bekas hunjaman pisau.
Kenapa? Kenapa kejadian yang menimpa Ajat persis seperti mimpi yang kualami, pikirku tak mengerti. Ya, sebelum aku menemukan istriku di pintu dapur, aku bermimpi istriku bersetubuh dengan Ajat, salah seorang muridku. Tiba-tiba, setelah Ajat mencapai puncak kenikmatan, wajah istriku berubah menjadi buas dan menyeramkan. Kemudian… istriku menghunjamkan pisau ke ulu hatinya. Oh, Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mimpiku menjadi kenyataan? Benarkah istriku yang melakukannya? Tidak! Tak mungkin istriku yang melakukannya. Istriku sangat lemah. Ia tak akan bisa berbuat sekejam itu.
Dengan langkah gontai, aku pulang ke rumah. Kutemui istriku tengah duduk termenung dengan wajah tak berdosa. Semua itu, semakin membuatku yakin, bukan istriku yang melakukannya. Lalu… siapa yang telah membunuh Ajat? Dan ke mana istriku semalam keluar? Aku benar-benar dibuat tak mengerti.
“Ada apa, Mas?” tanyanya.
“Ajat, Han.”
“Kenapa dengan Ajat?”
“Dia diketemukan mati dengan keadaan mengenaskan. Sepertinya sebelum dibunuh, terlebih dulu ia berhubungan badan dengan seorang wanita yang mungkin saja pembunuhnya,” desahku lirih sambil memandang ke wajahnya, ingin tahu bagaimana perubahan wajahnya setelah mengetahui berita itu.
“Ya, Tuhan. Bagaimana mungkin, Mas? Ajat anak baik dan selama ini kunilai merupakan muridmu yang paling cerdas dan patuh. Rasanya tak mungkin ia berbuat sejauh itu,” tuturnya masih dengan ekspresi wajah tak berdosa. Semua itu semakin membuatku bertambah tak mengerti.
“Ya, mungkin sudah takdir,” desahku.
Malam harinya, kembali aku bermimpi. Saat itu, aku seperti baru pulang dari bepergian. Karena kulihat rumah sepi, maka aku berusaha mencari istriku. Setelah kucari ke sana ke mari, entah dari mana petunjuk yang kudapat, langkah kakiku tiba-tiba terayun ke arah sebuah gudang tua. Dan memang, di sana akhirnya kutemukan istriku. Namun mataku kembali dibuat terbelalak, melihat apa yang sedang dilakukan istriku. Saat itu ia sedang bersama Pak Munandar, Ketua RT tempat kami tinggal.
Saat itu aku melihat pria yang bertubuh gemuk dan berkepala nyaris gundul dengan kumis tipis di atas bibirnya itu dalam keadaan polos, dan tengah menggeluti istriku yang juga dalam keadaan polos sama sekali. Kontras sekali perbedaan mereka dalam keadaan telanjang bulat seperti itu. Pak Munandar yang gemuk, berkulit gelap dan berwajah tak menarik dengan istriku yang ramping, berkulit putih bersih dan berwajah cantik.
Sebagaimana mimpiku kemarin, aku pun lagi-lagi tak bisa berbuat apa-apa. Sekujur tubuhku terasa kaku tak bisa digerakkan. Padahal aku ingin sekali melabrak keduanya.
Pak Munandar memang tampak kaget ketika melihatku memergoki mereka berdua dan berusaha melepaskan diri dari pelukan istriku. Lelaki itu sebetulnya kukenal sebagai seorang yang baik dan suka menolong. Ketika kami pindah rumah pun ia banyak sekali menolong kami tanpa pamrih. Namun dengan bibir tersenyum menggoda, istriku berkata, “Jangan takut, sayang…. Dia tak akan berbuat apa-apa sebab dia lelaki lemah yang tak mampu memberikan kepuasan. Teruskan sayang….. Aku suka dengan kejantananmu….”
Darahku mendidih mendengar ucapan istriku yang bibirnya tersenyum penuh ejekan ke arahku, tapi aku benar-benar tak mampu berbuat apa-apa. Aku hanya bisa berdiri mematung sambil menyaksikan bagaimana istriku terus bercumbu dengan Pak Munandar.
Keduanya seperti sudah kerasukan iblis. Godaan istriku yang cantik dan bertubuh indah telah membuat Pak Munandar seperti lupa segalanya. Ia kembali menyetubuhi istriku seolah tak peduli ia melakukannya di hadapan orang lain yang terus memandangi mereka. Di hadapan suami dari wanita yang sedang disetubuhinya!
Telingaku bagai hendak pecah setiap kali mendengar rintihan dan lenguhan kenikmatan yang keluar dari bibir istriku dan bibir Pak Munandar.
Kali ini pun aku dipaksa untuk melihat bagaimana Pak Munandar mencapai orgasme di atas tubuh istriku yang sedang disetubuhinya. Seperti halnya dengan Ajat, istriku tampaknya ingin sekali membiarkan Pak Munandar mengisikan benih-benih hasil percintaan mereka ke dalam rahimnya. Jari-jemarinya yang mungil mencengkeram kuat-kuat pantat lelaki itu yang besar untuk menolong alat kelamin lelaki itu tetap bersatu dengan alat kelaminnya sendiri sementara Pak Munandar menyemprotkan setiap tetes air maninya ke dalam rahim istriku… Tentu saja aku sangat cemburu melihatnya. Kepalaku terasa akan meledak saat itu.
Ketika Pak Munandar tampaknya telah selesai dan keletihan yang luar biasa tergambar di wajahnya, tiba-tiba terjadi perubahan pada wajah istriku. Wajahnya yang semula cantik, berubah menjadi menyeramkan dengan mata merah membara. Dari mulutnya keluar taring runcing. Lalu, entah dari mana datangnya, tahu-tahu di tangan istriku telah tergenggam sebilah pisau tajam. Sedetik kemudian…..
“Kau telah mendapat kepuasan dariku, Munandar, maka kini saatnya aku harus membunuhmu….!” Bersamaan dengan itu, istriku menghunjamkan pisau stainless itu ke ulu hati Pak Munandar.
Jraaab…
“Wuaaaa……!!!!” Pak Munandar menjerit sekeras-kerasnya. Tubuhnya tertarik keluar dari tubuh istriku dengan sentakan yang tiba-tiba. Ia pun sekarat dengan ulu hati berlubang dan menyemburkan darah, lalu terkulai di samping tubuh istriku dengan nyawa yang sudah melayang.
Istriku bangkit dengan sikap yang tenang. Ketika ia berdiri, aku bisa melihat dari dalam alat kelaminnya keluar cairan sperma Pak Munandar yang pekat. Sisa-sisa benih cinta mereka berdua yang telah menyelesaikan tugasnya untuk membuahi sel-sel telur istriku yang subur itu mengalir dengan cukup deras di kedua paha bagian dalam istriku. Wajahnya tak lagi menyeramkan, tapi pisau yang berlumuran darah masih berada di genggamannya. Ia berbalik ke arahku dan memandangku dengan senyum penuh ejekan.
Lagi-lagi seperti kemarin malam, aku tersentak bangun. Segera aku keluar mencari istriku yang tidak ada di sampingku entah ke mana. Aku yang tadi bermimpi istriku berada di gudang tua segera menuju pintu depan untuk keluar dan pergi ke gudang itu. Namun baru saja kubuka pintu, kulihat istriku sudah berada di depan pintu dengan wajah tampak pucat dan mata terpejam seperti tidur.
“Hani…!”
Hani membuka matanya.
“Mas, bagaimana aku ada di sini?” tanyanya heran. “Bukankah tadi kita sedang tidur?”
Keningku mengerut turut heran. Ya, tadi memang kami tidur bersama dan malah berpelukan. Tetapi, aku bermimpi seram lagi dan sebagaimana kejadian kemarin malam, lagi-lagi istriku seperti kebingungan sendiri seakan tak menyadari apa yang telah dilakukannya.
Melihat kepucatan wajah istriku, aku jadi tak tega ingin bertanya. Segera kubimbing dia masuk. Kemudian sebagaimana kemarin, kugantikan gaunnya yang kotor dan langsung kurendam di dalam air.
Keesokan harinya, kejadian seperti kemarin kembali terulang. Mayat Pak Munandar diketemukan di dalam gudang tua dalam keadaan mengenaskan. Sebagaimana mayat Ajat, mayat Pak Munandar juga ditemukan telanjang bulat. Sepertinya sebelum dibunuh, ia terlebih dahulu bersetubuh dengan seorang wanita yang diduga sebagai pembunuhnya.
Kejadian demi kejadian aneh yang menimpa kehidupan rumah tanggaku membuatku merasa bingung. Di satu sisi, aku merasa kalau korban-korban itu yang membunuhnya adalah istriku. Namun di sisi lain, aku tak yakin kalau istriku yang selama ini sangat lemah adalah seorang pembunuh.
Tak tahan dengan kejadian-kejadian misterius itu, akhirnya malam itu aku berusaha untuk tidak tidur. Aku ingin tahu, apa sebenarnya yang terjadi pada istriku? Namun anehnya, ketika aku tetap tidak tidur, istriku malah tidur dengan nyenyaknya.
Karena dua malam terakhir kurang tidur, lewat pukul satu dini hari aku tertidur. Kali ini mimpi itu muncul kembali. Aku melihat istriku berada di tepi sungai bersama Pak Zack Lee Da Costa, satpam di sekolah tempatku mengajar. Sebagaimana biasanya, istriku saat itu tampak begitu mesra merayu Pak Zack Lee.
“Jangan begitu, Mbak Hani. Tidak baik…. Mbak Hani kan sudah bersuami?” kata Pak Zack Lee berusaha menolak ajakan istriku untuk kencan.
Hani tersenyum menggoda seraya mengangkat gaunnya tinggi-tinggi sehingga mempertontonkan pahanya yang putih mulus seperti pualam. Mata Pak Zack Lee melotot tak berkedip, memandang nanar ke paha mulus istriku.
“Sungguh Pak Zack Lee tidak kepingin? Bukankah istri Pak Zack Lee di rumah sudah tua? Sudah tak menyenangkan lagi…? Ini kesempatan, Pak Zack Lee. Jangan disia-siakan…..”
Sebetulnya Pak Zack Lee adalah seorang lelaki yang berwibawa dan dihormati. Namun menghadapi seorang wanita muda yang cantik dan bertubuh indah seperti istriku yang menawarkan tubuhnya secara sukarela, lelaki tua veteran perang Timor Timur itu seolah lupa segala-galanya. Aku baru menyadari potensi istriku sebagai seorang wanita penggoda. Wajah yang cantik, tubuh yang indah, usia yang muda, dan rayuan yang maut. Lengkaplah sudah…. Atau apakah itu bukan istriku? Karena sepanjang aku mengenalnya, istriku memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Ia bukanlah tipe wanita nakal yang suka menggoda pria…. Ia adalah tipe wanita yang sangat setia kepada suami.
Karena terus digoda, akhirnya Pak Zack Leepun luluh juga imannya. Maka saat Hani menggeser duduknya mendekati lelaki itu sambil melingkarkan kedua tangannya di lehernya, Pak Zack Lee sama sekali tak melarangnya lagi. Malah kemudian kedua tangannya yang keriput itu mulai beraksi merayapi sekujur tubuh istriku.
Darah cemburuku mendidih menyaksikan pemandangan itu. Ingin rasanya aku membentak agar Pak Zack Lee dan istriku sadar. Tapi entah kenapa, kerongkonganku bagaikan kering. Tak sepatah kata pun yang mampu keluar dari mulutku sehingga aku hanya bisa melihat adegan demi adegan yang mendebarkan itu berlangsung satu per satu. Bahkan aku hanya bisa menelan ludah saat Pak Zack Lee menelanjangi istriku dan keduanya kini sudah sama-sama polos…..
Dengan buas dan penuh nafsu, Pak Zack Lee pun mencumbu serta menggeluti tubuh istriku yang tampak menikmatinya. Aku baru mengetahui bahwa di balik penampilannya yang tenang, walaupun usianya sudah sekitar setengah abad, Pak Zack Lee ternyata memiliki daya tahan yang luar biasa, di samping juga pengalaman yang tinggi. Dan yang membuatku terkejut adalah ukuran alat vital Pak Zack Lee yang ternyata besar sekali!!
Kali ini rupanya istriku menemui tandingannya. Nafsu istriku yang luar biasa dengan mudah ditanganinya. Bahkan terkadang aku melihat justru istriku yang usianya kurang dari setengah usia Pak Zack Lee yang tampak agak kewalahan mengimbangi nafsu lelaki itu.
Berbagai gaya pun mereka pertontonkan. Ada banyak gaya bersetubuh yang diterapkan Pak Zack Lee kepada istriku, yang aku sendiri pun tak pernah melakukannya terhadap istriku itu atau bahkan tak berpikir sama sekali tentang cara itu! Aku baru tahu kalau seorang lelaki bisa menyetubuhi seorang wanita melalui berbagai lubang di tubuhnya – tak hanya melalui alat kelaminnya – setelah melihat Pak Zack Lee mempraktekkannya terhadap istriku. Aku pun baru tahu kalau istriku mau saja disetubuhi oleh Pak Zack Lee dari belakang seperti posisi hewan yang sedang kimpoi.
Bahkan yang paling mengejutkanku adalah ketika istriku duduk bertekuk lutut di hadapan Pak Zack Lee lalu membiarkan orang tua itu mempompa mulut istriku yang mungil dengan penisnya yang besar. Tanpa merasa jijik sedikit pun, Hani menjilati dan mengisapi alat vital Pak Zack Lee, tak ubahnya seperti seorang gundik yang tengah melayani tuannya. Seirama dengan keluar masuknya kemaluan orang tua itu di mulutnya, dari bibirnya tak henti-hentinya keluar desisan dan lenguhan kenikmatan.
Aku benar-benar seperti sedang menonton film biru. Hanya kali ini adegannya benar-benar hidup di depan mataku sendiri, dan pelakunya adalah ISTRIKU sendiri!!
Tanpa terasa menit demi menit terus berlalu. Aku sama sekali tak bisa bergerak dari tempatku berdiri. Yang bisa kulakukan hanyalah melihat adegan demi adegan yang dipertontonkan oleh Hani bersama Pak Zack Lee. Aku seperti seorang murid yang sedang mendapatkan pelajaran seks dari Pak Zack Lee, yang melakukannya dengan cara mempraktekkannya langsung terhadap istriku sendiri. Dari bibir Hani, terus keluar rintihan dan lenguhan kenikmatan, diiringi geliatan-geliatan nikmat. Aku bisa melihat paling tidak tiga kali istriku telah mencapai orgasme dengan hebatnya. Tampak benar bahwa ia sangat menikmati persetubuhannya dengan Pak Zack Lee…
Akan tetapi, biar bagaimanapun hebatnya kemampuan seksual seorang pria, akhirnya pasti akan lemas juga ketika telah mencapai puncaknya. Begitu pula dengan Pak Zack Lee. Tampak jelas kelelahan yang luar biasa di wajahnya. Mungkin ia terlalu memaksakan nafsunya tanpa mengingat bahwa usianya telah beranjak tua. Maka setelah mendepositkan seluruh benih sperma hasil kerja kerasnya selama satu jam ke dalam rahim istriku, lelaki itu benar-benar kehilangan tenaganya.
Dan…. pada saat itulah, untuk kesekian kalinya tiba-tiba wajah istriku berubah menjadi menyeramkan. Entah dari mana datangnya, di tangan istriku tergenggam sebilah pisau tajam lalu…..
Jraab…
“Aaakh…..!!” Pak Zack Lee menjerit ketika pisau yang tajam itu bersarang di ulu hatinya. Tubuhnya tercerabut dari tubuh istriku sambil meregang-regang untuk kemudian ambruk tanpa nyawa lagi.
Lagi-lagi aku tersentak bangun. Cepat aku keluar mencari istriku. Sebagaimana yang kulihat dalam mimpiku, aku langsung menuju ke sungai. Sesampainya di sana, seketika aku terperangah dengan apa yang kusaksikan. Ternyata mimpiku memang benar-benar nyata! Tampak istriku dengan buasnya menghunjamkan pisaunya berkali-kali ke tubuh Pak Zack Lee yang malang…. Setelah selesai, istriku yang merasa ada orang yang memperhatikannya segera membalikkan tubuhnya. Matanya tampak buas seperti mata setan, memandang tajam ke wajahku.
“Hani…..”
“Hua ha ha ha….. Kau pun akan mendapatkan giliran!” dengusnya dengan mata terus memandang buas ke arahku. Dengan tangan masih memegang pisau yang berlumuran darah, Hani bergerak ke arahku. Dia bermaksud membunuhku!
“Hani…. Sadar, sayang. Aku Sumanto…. suamimu….!” seruku berusaha menyadarkan Hani. Tapi rupanya Hani yang sudah dikuasai oleh makhluk halus jahat bagai tak mendengar. Dengan pisau terhunus, ia berusaha membunuhku. Tenaganya sungguh sangat luar biasa. Aku sendiri tak sanggup untuk membendung serangannya yang terus datang bertubi-tubi sehingga akhirnya terjatuh lemas. Aku hanya bisa terduduk pasrah, siap menerima kematian yang sebentar lagi akan datang menjemputku.
“Hua ha ha ha…. Kini saatnya pembalasanku tiba, Darga! Dulu ketika kau tanam aku hidup-hidup, aku pernah bersumpah. Jika aku hamil nanti, maka pembalasan akan tiba! Kinilah saatnya…. karena aku telah memasuki raga wanita yang subur ini dan aku telah membuatnya hamil!” dengus suara wanita lain yang keluar dari mulut Hani seraya mengayunkan pisau ke arahku.
Kupejamkan kedua mataku, dengan hati memohon perlindungan serta pasrah kepada Tuhan. “Ya Tuhan, ampunilah segala dosaku…..”
Ketika tangan Hani terangkat ke atas dan siap menghunjamkan pisau ke ulu hatiku, tiba-tiba dari arah selatan melesat seberkas cahaya merah menghantam pergelangan tangannya. Pada saat itu Hani memiawik dengan tubuh terhuyung. Tak lama kemudian, tahu-tahu di depanku telah berdiri sesosok lelaki tua.
“Kau….?” desis suara dari mulut Hani dengan mata membelalak ketika melihat sosok lelaki tua yang menolongku.
“Ya, aku Darga, suamimu, Sekarsih…. Kau memang wanita binal! Meski wujudmu sudah berubah, masih saja kebinalanmu membawa korban!” dengus lelaki tua yang mengaku bernama Darga itu tajam. “Jika kau mau membalas dendam, seharusnya akulah yang kau balas, Sekarsih. Bukan pasangan muda ini. Keluarlah dari raganya, Sekarsih. Ayo, ikut aku….”
“Tidak! Aku tak akan pergi sebelum menuntaskan dendamku!” tolak Sekarsih.
“Dendam apa lagi, Sekarsih? Dendammu hanya padaku, karena akulah yang telah menguburmu hidup-hidup. Namun itu semua kulakukan demi keamanan dan keselamatan manusia. Sebab jika kau dibiarkan hidup, maka korban akan terus berjatuhan. Sayang, rupanya wanita malang itu sedang haid ketika melihatmu sehingga dengan mudah kau mampu menguasainya.”
“Hua ha ha ha…. Itu memang sudah lama kutunggu, Darga! Lima puluh tahun lamanya aku menunggu saat-saat seperti ini….. sampai aku menemukan wanita muda yang subur ini dan melalui raganya aku bisa hamil sehingga terpenuhilah syaratku untuk membalas dendam.”
“Hentikan Sekarsih. Kumohon, jangan sakiti mereka,” pinta Darga.
“Baik, tapi sebelum aku pergi, kuminta kau mau menyetubuhiku, suamiku. Lama kita tak bermesraan, suamiku….”
Darga tampak bimbang mendengar permintaan roh Sekarsih. Bagaimana mungkin dia harus menyetubuhi Hani? Meski raga Hani dikuasai oleh roh Sekarsih, tetap saja yang berhubungan badan adalah raga Hani.
“Itu tak mungkin kulakukan, Sekarsih. Raga yang kau tempati adalah istri lelaki muda ini. Kumohon, mengertilah…..”
“Persetan! Aku tak akan keluar dari raga ini sebelum kau ikut menanamkan benihmu ke dalam rahimnya!” tegas Sekarsih tetap pada pendiriannya tak akan meninggalkan raga Hani kalau Darga tak mau menyetubuhinya.
“Aku merasakan tubuh wanita ini sedang memasuki masa suburnya sejak dua hari yang lalu. Sel-sel telurnya yang masak sudah menunggu untuk dibuahi oleh benihmu. Gairah seksualnya sedang berada di puncak ?. dan dengan aku yang mengendalikan tubuhnya, lengkaplah sudah yang kita perlukan untuk memuaskan dendam nafsu kita selama lima puluh tahun.”
“Maaf, anak muda….” desah Darga penuh sesal.
“Saya mengerti, Pak.”
Darga pun melangkah mendekat. Sekarsih tersenyum penuh kemenangan. Wajahnya yang menyeramkan berubah kembali menjadi wajah Hani, istriku yang cantik. Aku hanya bisa memejamkan mata, tak mampu menyaksikan pemandangan yang menyakitkan itu. Istriku yang sejak tadi masih bugil, yang raganya dikuasai oleh Sekarsih, dengan mesra memeluk dan mencumbu seorang lelaki tua renta yang usianya pun lebih tua daripada kakeknya sendiri.
Istriku menciumi mulut Darga dengan mesranya seakan baru saja bertemu dengan seorang kekasih yang telah lama tak berjumpa. Dengan mesra dan menggoda, ia pun melucuti seluruh pakaian Darga sehingga tampaklah tubuh rentanya yang kurus dan penuh dengan keriput. Karena Darga telah mencapai usia yang uzur, istriku merasa harus membantu merangsang nafsu seksualnya.
Ia pun berlutut di depan Darga dan memasukkan alat vital lelaki tua itu ke dalam mulutnya. Sama seperti yang ia lakukan terhadap Pak Zack Lee hanya beberapa waktu yang lalu. Hal yang tak pernah dilakukannya terhadapku, suaminya sendiri. Aku hanya dapat menatap perlakuan istimewa istriku terhadap lelaki-lelaki itu dengan cemburu.
Rupanya cara itu memang manjur untuk mengembalikan gairah Darga yang sudah mulai sulit untuk bangkit. Lelaki tua itu pun melenguh kenikmatan dan tangannya secara spontan memegangi ubun-ubun istriku seolah takut kalau ia menghentikan kegiatannya. Istriku tampak senang melihat hasil kerjanya dan semakin bersemangat melakukannya. Kini istriku melakukannya sambil sesekali tersenyum dan terus memandang ke atas ke wajah Darga. Mata mereka pun saling berpandangan dengan mesranya…. Tampaknya di satu sisi Darga pun tak bisa menyembunyikan perasaan rindunya akan pelayanan istrinya yang binal tapi memuaskan itu.
“Oh, jangan sekarang, sayang…..” kata istriku ketika merasakan cairan bening sebelum air mani dari penis Darga sudah mulai membanjiri mulutnya. Tampaknya lelaki tua renta itu sudah hampir mencapai orgasme. Dikeluarkannya kemaluan Darga yang sudah mengeras seperti batu dari dalam mulutnya yang basah. “Aku ingin kau ikut menanamkan benihmu ke dalam rahim perempuan ini…..”
Hani pun membaringkan tubuhnya yang polos itu ke tanah, sementara Darga tanpa dikomando lagi langsung menindih dan memasuki tubuh istriku.
Setelah memompa beberapa lama, tampak Darga tak kuat lagi menahan desakan pada alat kelaminnya. Lenguhannya terdengar berat dan disemprotkannyalah semua air mani yang bisa dikeluarkannya ke dalam tubuh istriku. Hani pun tampaknya mengalami orgasme yang hebat tak lama setelah itu. Rintihan panjang keluar dari bibirnya disertai dengan ekspresi wajah yang sangat puas. Dendam nafsunya seolah terbalaskan pada saat itu juga.
Saat itu juga tampak Darga terjatuh dan sepenuhnya menimpa istriku. Hani pun tak berapa lama kemudian tertidur karena kelelahan. Sementara selama beberapa saat aku terbengong-bengong tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba dari raga Darga keluar sesosok bayangan gaib lelaki muda. Sementara itu dari raga Hani pun keluar sesosok bayangan wanita muda yang sangat cantik. Rupanya itulah Sekarsih. Sosok keduanya lalu menghilang begitu saja.
Aku baru sadar bahwa Darga telah meninggal. Jantungnya sudah tak berdetak lagi. Dengan khawatir aku memeriksa Hani. Syukurlah….. ternyata istriku itu masih hidup. Hanya saja ia tertidur karena kelelahan. Dengan susah payah aku segera melepaskan mayat lelaki tua itu dari tubuh istriku. Rupanya nyawa Darga melayang tepat ketika ia mencapai orgasme. Alat kelaminnya masih dalam keadaan tegang dan kaku sehingga masih cukup kokoh menyatu dengan alat kelamin istriku. Tanpa berpikir untuk mengurusi mayat kedua lelaki itu, aku segera membopong tubuh istriku yang telanjang kembali ke rumah. Hari masih malam dan suasana di sekitar situ sangat sepi jauh dari pemukiman penduduk. Bagaimana pun aku takut kalau-kalau ada orang yang memergoki kami di sana dalam keadaan seperti itu.
Sesampai di rumah aku langsung memakaikan gaun kepada tubuh istriku yang telanjang bulat dan membaringkannya di tempat tidur. Sengaja aku tak memandikannya walaupun tubuhnya penuh dengan keringat dan air mani dari dua orang lelaki yang telah menyetubuhinya malam ini, karena aku tak mau membangunkannya. Aku seperti yakin bahwa jika ia terbangun esok pagi, tak sedikit pun kejadian malam ini dan juga malam-malam sebelumnya yang akan diingatnya. Aku sendiri tak bisa tidur semalaman. Melihat langsung istriku yang muda dan cantik disetubuhi oleh 4 orang lelaki selama 3 malam berturut-turut jelas bukan suatu pengalaman yang pernah kubayangkan sebelumnya. Sampai pagi pikiranku tak bisa lepas dari hal itu.
Benar saja, keesokan harinya ketika bangun istriku seolah-olah tak tahu kejadian-kejadian dahsyat yang telah terjadi sebelumnya.
“Ada apa, Mas?” tanya Hani ketika bangun dan melihat aku sedang memandanginya.
“Entahlah. Yang kutahu kau sedang hamil, sayang….” jawabku yang memang bingung tak tahu harus berkata apa.
“Benarkah? Tahu dari mana kau, Mas..?”
“Percayalah…..”
Aku tersenyum mengangguk. Kupeluk istriku dengan erat. Aku tak mau memikirkan apa yang telah terjadi terhadap istriku. Yang kumau hanyalah aku tak ingin kehilangan dia karena aku sangat mencintainya. Kuciumi seluruh wajahnya, yang membuat istriku merintih kegelian.

Affair Dosen Dengan Mahasiswi (TerBaru)....

Kisah nyata selinguh dosen berkontol besar – Namaku Anita, kelahiran Samarinda, kuliah di fakultas Ekonomi sebuah PTS cukup beken di kota Malang, saat ini semester 6. Kabarnya teman kuliahku bilang aku cukup manis untuk dipandang, dengan ukuran buah dada 34C, tubuhku seolah tak kuat menyangga buah dadaku. Tinggiku 165 cm dan beratku 60 kg, kulitku putih mulus dan pantatku berisi. Tiap kuliah dengan kelebihan yang kupunya aku berusaha menarik perhatian semua orang dengan pakaian ketat dan rok miniku berjalan melenggang. Semua mata tertuju kepadaku ada juga beberapa berdecak kagum atas kemolekan tubuhku dan, aku bangga menyaksikan semua itu.
Terus terang aku sudah tidak perawan sejak usia 18 tahun pada waktu aku di SMA, karena bebasnya pergaulan dan longgarnya tatanan keluargaku aku bebas pergi kemana saja yang kusuka. Keperawananku hilang saat aku melakukan kegiatan “camping” bersama teman-teman saat perpisahan sekolah di suatu tempat pariwisata. Aku tidak menyesali karena kulakukan atas dasar suka sama suka.
Kuliah sore ini adalah dosen favoritku. Renaldy namanya, wajahnya ganteng atletis dan banyak sekali mahasiswi yang berusaha menarik perhatiannya pada saat dia mengajar. Bahkan aku pernah dari kakak tingkatku walau dia kelihatan alim sebenarnya piawai juga dalam menaklukkan hati wanita yang diincarnya. Pak Renaldy sudah berkeluarga tetapai masih banyak juga mahasiswi yang tergila-gila melihat penampilannya termasuk aku sendiri. Aku pilih tempat duduk paling depan lurus dengan tempat duduknya biar aku dapat dengan mudah dan puas memandangnya.
Tak lama kemudian Pak Renaldy memasuki ruangan, setelah memberikan salam dan berbasa-basi pelajaran dilanjutkan. Aku tidak dapat konsentrasi pada kuliah yang diajarkannya, pikiranku tertuju pada wajah dan bodinya yang tepat berdiri di depanku. Sesekali kugerakkan kakiku untuk menarik perhatiannya dan dia terpancing, diliriknya rokku yang cukup sempit itu, sreet. Dan dipalingkan wajahnya pada pandangan lain, ah dia kena, pikirku. Dan secara tidak sengaja dilemparkan pandangannya pada daerah dadaku Pak Renaldy agak terbelalak melihat belahan dadaku yang seolah mau melompat keluar karena ketatnya T-shirt yang kukenakan.
Merah wajahnya seketika menyadari keadaan ini dan dia pura-pura menulis di papan. Selang beberapa saat dia melanjutkan membahas materi kuliah dan kini aku yang benar-benar terkejut, kulihat celana Pak Renaldy ada yang menggembung di bagian depan. Beberapa mahasiswa tersenyum malu memandangnya bahkan ada yang sempat terhenyak sampai menutup mulutnya. Kubayangkan betapa besar batang kemaluan Pak Renaldy yang sekarang sembunyi di balik celananya. Aku semakin terkagum dan merinding membayangkan andaikan vaginaku yang sempit ini sempat disinggahi oleh batang kemaluannya. Ketika kuliah usai mahasiswi ramai membicarakan kejadian yang baru berlangsung yaitu menggembungnya celana Pak Renaldy.
“Eh, Neti kamu lihat nggak anunya Pak Renaldy meradang”, tanya Nina sambil berbisik berbicara dan menutup mulutnya. “Iya Nin, Aku jadi merinding lho membayangkan, ngeri juga ya, kalau kamu bagaimana Anita”, Tanyanya kepadaku, mereka berdua denganku (jadi bertiga) adalah kelompok belajar yang kadang suka ngerumpi hal-hal yang jorok-jorok untuk selingan, dan kedua temanku juga orangnya fair dia mengaku sama-sama tidak perawan dan senang melakukan hubungan seks dengan orang yang di sukai. Yang jelas ketiganya ini memang sedang berburu Pak Renaldy, Karena konon kabarnya Pak Renaldy pernah juga terlibat beberapa kali affair dengan mahasiswinya dan semua berjalan santai-santai saja.
“Pasti dong, aku kan duduk depan sendiri jadi aku paling jelas lihat burung raksasanya, benar juga ya kali. Kakak tingkat kita itu yang pernah sama dia pasti ketagihan dibuatnya,..” cerita Anita berapi-api, ” Dan yang jelas aku pengin mendapatkannya”, lanjutnya.

Nikmatnya Mesum Ditempat Karaoke (TerBaru)...

Cerita anak mesum enak – Perkenalkan nama ku Rudi. Aku berumur 24 tahun, dan skr masih kuliah di sebuah unversitas swasta di Jogja. Aku berasal dari keluarga yg dibilang mampu. Ayahku seorang pejabat di Jakarta. Jadi, taraf hidupku bisa dibilang mewah. Di Jogja, aku mengontrak bersama teman2 sekampusku. Ya meskipun aku tergolong orang yg mampu, aku lebih memilih kontrak bersama teman2ku daripada tinggal di rumah sendiri, walaupun orang tuaku berkali2 menawarkan untuk membeli rumah di Jogja, karena aku lebih suka hidup bersosialisasi, berkumpul2 dengan teman2ku.
Kisahku terjadi saat masa liburan kuliah setelah ujian akhir semester. Semua teman2 sekontrakanku berasal dari kota2 di sekitar Jogja. Seperti, Klaten, Solo, Magelang. Jadi, liburan seperti ini mereka pasti pulang ke kota masing2. Hasilnya, aku sendirian saja di kontrakan. Tapi kesendirianku terobati karena dikontrakan ini kami memasang akses internet, jadi aku bisa browsing, mencari informasi2 di internet. Atau bisa chatting, sapa tau ada cewek yang bisa menemaniku. Setelah beberapa lama browsing, aku menemukan satu forum yang membahas tentang tempat2 ‘underground’ di wilayah Jogja. Setelah kubaca satu per satu obrolan2 mereka di forum itu, aku tertarik dengan pembahasan tentang satu tempat karaoke yang menyediakan cewek2 untuk menemani karaokean. Dan tak jarang, cewek2nya bisa diajak ml di dalam ruang karaoke.
“Wah, boleh dicoba nih”, pikirku. Setelah selesai membaca semua obrolan tentang tempat karaoke itu, aku pun memantapkan tekad untuk mencoba kesana malam ini seorang diri. Pasang muka tembok aja. Lagian aku bayar juga toh. Aku pun bergegas mandi dan berpakaian sekeren mungkin serta tak lupa menyemprotkan parfum imporku. Kemudian aku naik ke honda Jazz ku dan langsung meluncur ke lokasi.
Kuparkirkan mobilku, kemudian aku berjalan menuju resepsionis.
“Mau karaoke mas?” Tanya resepsionisnya.
“iya mbak. Tarifnya berapa ya disini?” tanyaku.
“masnya sendirian ya? Kalau sendiri pake yg ukuran small aja mas……”, kemudian aku dijelaskan tentang harga2, paket2 dan fasilitas yg didapat. Kemudian aku memilih satu paket, dimana aku bisa mendapat 4 orang cewek untuk menemani, 1 botol Jack’D dan 3 jam karaoke.
Kemudian ada seorang cewek yg sedikit berumur, kutaksir umurnya sekitar 35 tahun. “Mari mas saya antarkan untuk pilih teman karaokenya”, kata cewek itu. Ternyata cewek itu seperti “mami”nya neh. Kemudian kami pergi meninggalkan resepsionis dan melewati sebuah bar, dan berhenti di sebuah lorong yg di dindingnya ada sebuah kaca satu arah. Dan di dalamnya ada sebuah ruangan besar yang ada banyak cewek2 yg sedang duduk berderetan di kursi2 yg disusun sedemikian rupa, sehingga tamu2 dapat leluasa untuk memilih. Dan semuanya memakai gaun2 yang sangat menantang pria. Roknya sangat pendek, sampai hampir celana dalamnya kelihatan kalau mereka membuka sedikit pahanya, berdada terbuka sampai memamerkan belahan tokednya, tanpa lengan semua jadi hanya seutas tali yang melingkari lehernya atau di pundaknya sehingga memamerkan lengan mereka yang mulus2
“Gile, pilih yang mana nih???”, pikirku.
Pilih…pilih..pilih… dan si mami juga memberikanku beberapa masukan tentang “anak2nya”. Akhirnya pilihanku jatuh pada 3 cewek yang kelihatannya sedang asyik ngobrol.
“kan jatahnya 4 cewek mas, kok Cuma pilih 3?”, tanya si mami.
“3 dulu aja mbak, tu aja udh kebanyakan. Aku kan Cuma sendiri” jawabku.
“Oya udh kalo gitu, tunggu sebentar ya”. Kemudian mami itu masuk ke pintu di sebelah kaca dan berteriak “ANDIN… CIKA… VENI…”.
Sementara itu, aku dihampiri seorang waitress, “mari mas, saya antarkan ke room nya. Nanti teman karaokenya langsung ke room kok”, ajak pelayan itu. Kemudian kami berjalan menyusuri lorong panjang, dan disitu terdapat banyak room untuk berkaraoke. Dan terdengar juga suara2 orang yg sedang berkaraoke disitu, walaupun hanya seperti berdebam. Akhirnya sampai di room pesenanku. Kemudian aku masuk dan pelayan itu meninggalkanku sendiri. Ada sofa panjang di 1 sisi ruangan dan didepannya ada sebuah meja, yg sudah terdapat 1 botol Jack’D, 1 pitcher cola, sekeranjang buah, dan 5 buah gelas. Dan terdapat 1 layar monitor besar di sisi yang lain lengkap dengan sound system disampingnya serta tergantung di langit2 room.
“Ah tak ada salahnya aku siapkan dulu kesan pertama”, pikirku. Kemudian aku susun 4 gelas di atas meja, aku tuangkan Jack D dan cola di dalamnya, dan ku selipkan selembar uang seratus rubian di bawahnya. Tak lama kemudian pintu terbuka dan masuk 3 cewek cantik yg kupilih tadi., yg langsung duduk di sebelahku. Kemudian kami berkenalan, yg pertama, “hai, namaku cika”. Cika punya wajah yg oriental, sepertinya org keturunan China gitu, dan wajahnya manis bgt. Kulitnya putih bersih, bodinya langsing, tapi tak lebih tinggi dariku, ukuran bra sekitar 34B. Yang kedua,
“Aku Andin”. Yang ini facenya Jawa bgt, cantik, kulitnya putih, dan bra nya sekitar 36A. Yang ketiga,
“Veni”, yg ini favoritku, wajahnya seperti blasteran gitu, sangat cantik, dan tubuhnya sangat proporsional, dan branya sekitar 34B. Mereka semua memakai gaun yang jauh di atas lutuh sehingga sangat memamerkan kemulusan paha masing2 dan berdada rendah sehingga sangat jelas terlihat belahan dada mereka. Libido ku pun langsung naik, begitu juga penisku yang mulai berontak dibalik celana. Ingin rasanya kugarap mereka sekaligus. Tapi aku belum punya rencana.
“Ayo diminum dulu, sekaligus buat perkenalan. Aku Rudi. Kalian semua cantik2 ya.” Kataku pada mereka.
“Loh kok udah dituangin mas. Ini kan tugas kita” kata Cika.
“Ah gak papa. Ayo kita minum”, sembari mengangkat gelasku. Dan mereka pun mengangkat gelas masing2, dan kulihat mereka lsg menyambar uang yg kuselipkan tadi dan dimasukkan ke kantong masing2. Selesai minum, Vika bertanya,
“mau nyanyi apa nih mas?”. Setelah ngobrol2 sejenak dan memilih2 lagu, kemudian kami berkaraoke bersama2. 1 lagu… 2 lagu… 3 lagu… sambil menghabiskan minuman yang ada. Sudah hampir habis setengah botol lebih, gaya2 mereka terlihat semakin panas.
“wah mulai mabok neh mereka”, pikirku.
Goyangan2 mereka semakin erotis, dan tak jarang bergoyang ber2 bersama temannya, kadang mereka juga menari ber3 dan memperlihatkan tarian yang sangat memancing gairah. Sedangkan aku hanya duduk dan menikmatinya sambil mengamati keadaan mencari waktu yang tepat untuk bisa menggarap mereka, penisku juga bangun terus dari tadi.
“Tapi bisa gak ya?”, aku bertanya2 dalam hati.
Kemudian, mereka mulai memutar lagu2 dugem, dan aku ditarik oke Veni.
“ayo mas ikut jogged dong, jangan duduk aja”, ajak Veni sambil menarik lenganku. Kemudian kami berjoged berdua, Veni membelakangiku sambil menggoyang2kan pantatnya tepat didepan penisku. Aku pun ikut bergoyang sambil sedikit2 mendekat2kan penisku ke celananya.
“wah mas payah neh, segitu aja “dedek”nya udah bangun”, kata Veni. Aku kaget, ternyata Veni menyadari kalau penisku sudah menantang dari tadi.
“Abis kalian goyangnya seksi banget seh dari tadi”. Kemudian Cika bergabung bersama kami. Dia berjoged seksi di belakangku dan mengarah ke aku. Sesekali payudaranya mengenai punggungku, dan saat itu aku sengaja berjoged dengan gaya sedikit memundurkan punggungku. Kenyal baget tokednya ni cewek, dan tak ada tanda penolakan dari Cika.
Kemudian Andin datang dengan membawa minuman untuk kami, langsung kami minum habis. Andin sedikit tersenyum kearahku, tiba2 dia mengelus penisku yg seudah tegang dari luar jeansku, kemudian berbalik dan mengembalikan gelasku ke meja, kemudian bergabung berdansa.
“Wow, sepertinya 3 cewek ini memberi lampu hijau neh”, pikirku. Paling asal aku kasih duit lagi, mereka mau aku ajak sex party disini.
“Coba nekad aja lah” pikirku, sambil tetap berjoged, aku merogoh kantongku, mengambil 2 lembar seratus ribuan, kemudian kupeluk Veni dari belakang, dan memperlihatkan uang tersebut ke Veni dan goyangan pantatnya ternyata lebih erotis lagi di depan penisku. Pelan2 kuelus uang itu di lehernya. Tak ada tanda penolakan, kemudian sedikit turun kebawah dan akhirnya kuselipkan masuk ke branya, sambil sedikit kusentuh tokednya.
“Mas horny ya?” tanya Veni sambil mengelus penisku dari luar.
“iya nih Ven, rasanya udah gak nyaman banget neh” jawabku.
“Gak nyaman gimana mas?”, tanyanya lagi
“Capek tegang terus dedekku, butuh pelampiasan kayanya”, jawabku mencoba to the point.
“bisa diatur kok mas”. Wow, berhasil nih.
“tapi dimana? Disini?”, tanyaku.
“Iya lah, disini aja, Aku mau kok. Paling Cika ama Andin juga mau, asal mas kasih mereka tip juga kaya aku tadi”, jawab Veni. Matre!!! Tapi gak masalah buatku.
Kulepaskan pelukanku lalu kurogoh lagi celana ku dan menyiapkan 2 lbr uang di tangan kiri dan 2 lbr di kanan. Lalu kudekati Cika dan Andin yg sedang berjoged. Kupeluk leher mereka berdua kemudian memamerkan uang yg sedang kupegang di depan mata mereka. Respon mereka langsung sumringah melihat lembaran uang merah yg kupegang, dan kumasukkan uang itu ke bra mereka. Cika mengelus penisku dari luar,
“wah, horny ya sama kita2?” tanya Cika.
“iya nih, kalian seksi2 seh. Mau bantuin aku gak?” tanyaku dengan sedikit berdebar2, “Mau banget mas..”, Andin yg menjawab sambil langsung memasukkan tangannya ke celanaku dan meremas penisku.
“ih, besar juga”, Andin sedikit terkejut. Ukuran penisku memang tergolong memuaskan untuk wanita, panjang 17cm diameter 4cm.
Tapi sebelum pesta dimulai, aku melihat botol minuman kami sudah habis.
“Eh, pesenin minuman lagi dong. Pesenin Galliano ya”, pintaku pada mereka. Kemudian Veni yg keluar sebentar untuk memesan. Sementara itu, Andin meredupkan lampu ruangan sehingga suasana menjadi agak gelap, dan tiba2 Andin menarikku ke kursi, mendudukkanku dan berjongkok didepanku. Dia langsung membuka resletingku, menurunkan celanaku sedikit dan mengeluarkan penisku. Tanpa ba-bi-bu langsung djilatnya penisku yang sudah tegang sempurna. Sementara Cika tetap bernyanyi, untuk menyamarkan keadaan, supaya waitress2 diluar tak curiga, sambil melirik2 ke arah kegiatanku dan Andin. Terlihat Andin sedikit susah memasukkan penisku ke mulutnya, karena ukuran penisku yang besar itu. Dia lebih sering menjilati kepalanya, batangnya, dan memasukkan penisku hanya sebahas kepalanya saja.
“ahhhh, hangat banget mulutmu sayang…..”, sambil tokednya tak luput kugenggam, kuelus2 dari luar gaunnya. Kemudian kugenggam dengan kedua tanganku rambut Andin di belakang kepalanya, agar aku bisa melihat jelas penisku dipermainkan Andin. Kudorong2 sedkiti penisku saat dia memasukkan penisku ke melalui bibir mungilnya itu,
“mmhhh….mmhhh….” suara yg keluar dari mulut Andin. Kemudian dia mengeluarkan kontolku, dijilati kepalanya, sambil mengocok2 penisku.
“Jangan didorong2 gitu dong mas. Gede banget nih. Gak cukup mulut Andin”, protes Andin.
“Iya..iya… maaf ya cantik”, kataku sambil mengelus pipinya, sementara tangannya masih mengocok penisku.
Tiba2 pintu room terbuka dan Veni masuk. Aku segera membetulkan celanaku, dan Andin langsung berdiri dan bergabung karaokean sama Cika. Aku kemudian berdiri dan bergabung bersama mereka.
“Sekarang giliran sapa?” tanya Veni kepada teman2nya.
“Barusan guwe, sekarang terserah mau lo ato Cika duluan”, jawab Andin.
“GILA. Aku digilir coy.
“Aku duluan aja gimana?” kata Cika.
“Ya udah gak papa”, jawab Veni.
Sekitar 15 menit kemudian, minuman datang, dan pelayan kembali meninggalkan kami.
“Disini ada kameranya gak sih?” tanyaku.
“Gak ada kok mas. Tenang aja. Cuma ada 1 waitress yg pasti stand by didepan pintu”. Pintu room itu memang ada sedikit kacanya, untuk pelayan diluar pintu memastikan tamu2 yang sangat kurang ajar atau mencegah tindakan mesum di dalam room.
“wah, terus gimana dong?”, tanyaku pada mereka.
“Tenang aja mas. Pokoknya mas pasti puas deh”, kata Andin meyakinkanku. “Pokoknya ikutin aja instruksi kita. Aman deh”. Kemudian Cika pergi ke meja dan menuangkan minuman ke 4 gelas. Dan membawa 1 gelas ke aku, langsung kehabiskan minumanku. Kemudian Cika menarikku ke pojok kursi, menjauhi pintu room. Sama seperti Andin tadi, dia menyuruhku duduk dan berjongkok didepanku. Menurunkan jeansku sampai setengah paha. Kemudian langsung mengulum penisku. Dijilatinya dengan telaten setiap centi penisku.
“Sssshhhhhhhh…. Enak banget sayang…..”, aku memujinya dan Cika hanya tersenyum.
Cewek keturunan China emang terkenal telaten waktu mengoral. Kemudian dia kelihatan membuka branya dan dimasukkan ke kantongnya, tapi dia tetap memakai gaun. Jilatannya turun kearah biji penisku. Disedot2 telur2nya, dijilati, kemudian dicium2inya. Kemudian dia kembali mengulum penisku. Tanganku mulai bergerilya. Kuremas2 tokednya yg pas di telapak tanganku, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Tanganku menyusup kedalam gaunnya, kupelintir2 pentilnya yang sedikit demi sedikit mulai mengeras.
“mmhhhh…mhhhh….mmppphhh……”, Cika mendesah2 tak karuan. Aku merogoh kantongku lagi sambil berbisik ke Cika,
“Say, kalo ml berani gak?”. Dia mengangkat kepalanya dan mencium bibirku, melumat bibirku dan memasukkan lidahnya ke mulutku. Kubalas dengan memutar2 lidahku berpautan dengan lidahnya di dalam mulutku. Kemudian melepaskan ciumannya, melirik kearah tanganku dan berkata,
“Boleh”. Yessss….
Aku mengeluarkan tanganku dari kantong sambil mengeluarkan selembar uang merah, dan memasukkannya ke kantong Cika.
“Tapi berdiri ya mas. Dideket mereka”, sambil menunjuk kearah Andin dan Veni yg sedang bernyanyi sambil berjoged.
“Supaya samar mas. Kalo sekilas keliatan dari luar kan kita lagi karaokean rame2”. Gak masalah buatku. Kemudian Cika berdiri dan melepas celana dalamnya, dan kami berjalan kearah Andin dan Veni yg sedang bernyanyi.
Cika seolah berbisik sebentar dengan kedua temannya. Kemudian Andin merangkul leher Veni dan kembali bernyanyi lagi. Seolah mereka menutup2i dari pandangan waitress dari luar pintu room tentang kegiatan kita ini. Lalu Cika mengajakku berdansa, dan menari erotis didepanku. Sambil sesekali kuremas toket Andin yang sedang bernyanyi. Kemudian kupeluk Cika saat menghadapku. Kucium bibirnya yang tipis, kusedot2 lidahnya, kumasukkan lidahku ke mulutnya dan menyusuri setiap sudut mulutnya. Kuturunkan gaunnya di bagian dada sehingga terlihat jelas tokednya yang indah. Tangan kananku meremas2 tokednya, sementara tangan kiriku memainkan memeknya, kuelus2 clitorisnya, yang menimbulkan erangan2 dari mulutnya sembari berciuman denganku. Aku melepaskan ciumanku dan mengulum2 pentil tokednya yang berwarna pink. Kemudian aku berjongkok didepan Cika, dia mengangkat satu kakinya ke pundakku, sehingga aku dapat melihat jelas memeknya yang ditumbuhi bulu2 halus disekitarnya. Aku menjilati clitorisnya, memasuk2an lidahku ke dalam memeknya.
“Sssshhhhhh…. Mmmmmhhhhhh…… sssssssshhhhhhhhh…..”, dia mendesah2 nikmat.
Cika memegangi kepalaku dan sedikit menekan2 kepalaku seolah ingin aku berlama2 mengoral memeknya. Sekitar 10 menit aku puas memainkan memeknya. Aku pun berdiri, menurunkan celanaku setengah paha, dan nongol deh penisku yang sudah super tegang, dan membalik tubuh Cika sehingga dia membelakangiku. Dia sedikit melebarkan kakinya dan membungku ke depan. Dia mengarahkan kontolku kearah memeknya. Digesek2an penisku di memeknya. Dan memberikan air liurnya dengan tangannya ke kepala penisku. Sambil memegang 2 tokednya dari belakang, kudorong kontolku yang sudah tepat di bibir memeknya. Masuk kepalanya, Cika kelihatan sedikit menahan tubuhku dan sedikit memekik.
“aww….sshhhhh… pelan mas. Gede banget….”.
“Memekmu sempit banget say…”. Kemudian kudorong lagi penisku semakin dalam ke memeknya Cika, sambil kadang kutarik sebentar penisku dari dalam memeknya. “mmhhhhh….sssshhhh….sshhh…. aahhhhhhhhhh”, desahan Cika mulai tak karuan.
Setelah penisku masuk seluruhnya, mulai kugenjot pelan2 memeknya. Dan Cika mengimbangi dengan ikut memutar2 pantatnya, dan kurasakan sensasi yang luar biasa. Makin lama makin cepat kugenkot,
“ahh..ah…ahh…ahh…lebih…. ceppet… maasss… masukin… ampe… mentok….”. Kupercepat irama goyanganku, dan Cika bisa mengimbanginya. Kudekap tubuh Cika, kuremas2 tokednya sambil kujilati lehernya, dan penisku tetap mengocok memeknya. “ahh..ah..enak banget memekmu sayang….”.
“teruss mas…teruss… aku mau keluar… mas.. mas.. ahhhhh… ssssssshhhhhh….”.
“Aaaaaahhhhhhhhhhhhhhh… aaarrrrggggggg………….”
Tubuhnya sedikit bergetar dalam pelukanku sambil mendesah2 tak karuan menahan orgasmenya. Kuperlambat goyanganku menjadi sangat lambat. Sambil kuraih bibirnya, kukulum2 lidahnya, tanganku tetap meremas2 tokednya, dan kontolku masih menggoyang memeknya dengan tempo yang sangat lambat.
Kurogoh lagi kantong celanaku, kuambil selembar uang merah. Kemudian Veni membawakanku segelas minuman. Kuminum minuman itu dengan posisi kontolku masih menancap di memek Cika. Cika pun sedikit memutar2 pantatnya dan menjepit2 dinding memeknya sehingga penisku serasa diputar2 sambil dipijit2. Setelah menaruh gelas di meja, Veni kembali dan kutarik lengannya. Kumasukkan lembaran uang yang kupegang tadi ke kantong celananya.
“Sekarang kamu ya sayang..”, kamu membisikkan Veni. Veni menganggukkan kepalanya sambil tersenyum genit kepadaku.
“Di sofa yuk mas”, bisiknya sambil menjilat telingaku. Aku mencabut penisku dari memek Cika dan berjalan mengikuti Veni ke pojok sofa tempat tadi aku dioral Cika. Sementara Cika sekarang yang mengambil alih tugas Veni berjaga dan menutup2i kami. Aku langsung duduk dan Veni langsung mengangkat bajuku sehingga terlihat dadaku yang bisa dibilang sedikit atletis.diciumi dadaku, dikulum2 putting susuku dengan lembut dan telaten. Tangannya sambil mengocok lembut penisku yang memang belum kututup. Kemudian jilatannya turun ke perutku dan berakhir didepan penisku yang masih sedikit basah oleh cairan memek Cika. Dikulum2nya tanpa rasa jijik, sambil matanya menatapku dan tersenyum2 genit. Dijilati kepala penisku, disedot2… Kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya. Diantara 3 cewek ini, Cuma Veni yang bisa deep throat. Dimasukkannya penisku sampai hampir lebih dari setengahnya masuk ke dalam mulutnya. Aku pun sambil menggerakan sedikit pinggulnya, sehingga terlihat aku sedang mengentot mulutnya.
Puas mengoralku, dia pun berdiri dan langsung menaikiku, mengangkat roknya dan terlihat g-stringnya. Dia meminggirkan talinya ke samping dan mengarahkan memeknya ke penisku. Digesek2an penisku di memeknya. Dimasukkan pelan2 penisku ke dalam memeknya, sambil digoyang2kan naik turun. “sshhhh….mmmm…..”
mulutnya mulaih mendesah . Kuremas2 tokednya yang menantang di depan mataku. Kuturunkan gaunnya lalu kujilati putingnya.
“ahhh…ahhh..ahhh… enak mas….”.
Sudah setengah penisku masuk, tiba2 kudorong penisku sampai masuk semuanya ke memeknya.
“aww…aw…. Pelan mas… agak sakit… gede seh punya mas…”, protesnya.
“Iya maaf sayang. Tapi enak kan?”, tanyaku
Dia mengangguk dan tersenyum.
Kemudian dia mulai bergerak naik turun, dan kuimbangi dengan ikut menggoyangkan pantatku. Kucium bibirnya yang tipis, kumainkan lidahku melawan lidahnya. Tanganku tetap meremas2 tokednya yang kenyal banget, sambil kupercepat irama goyangan pantatku.
Plok….plok…plok…..plok…. pantatnya beradu dengan pahaku. “mmpphhh….mpphhh….mmmppphhh….. ” desahannya didalam cimuan.
10 menit kupompa penisku dalam memeknya, tiba2 dia melepaskan ciuman dan pelukanku lalu menegakkan badannya. Sambil tetap bergerak naik turun seolah ingin memuaskan dirinya sendiri memainkan penisku dalam memeknya. Dia mulai meremas2 sendiri tokednya yang padat, serta mengibas2kan rambutnya, dan Veni terlihat menggigit bibirnya sendiri seperti menahan kenikmatan.
“ahh… ahh…ahh… ahh… mmhhh… mmhhh….”, mulutnya meracau tak karuan.
Aku pun hanya duduk dan menikmati penisku yang dipijat2 oleh memek Veni, dan memandang Veni yang bergerak naik turun diatas penisku sambil bergoyang erotis.
“Kuat juga ni cewek. Keliatannya masih belum keluar”, pikirku dalam hati.
Tak lama kemudian Andin datang dan duduk disebelahku. Dia menyodorkan gelas berisi minuman.
“Lawaran ya mas. Berani gak?”, tanya Andin
“Wessss… sapa takut. Sini”, langsung kuambil gelas yang diberikan Andin, dan kutegak minumanku. Shitt….. Tenggorokanku langsung terbakar rasanya. Dadaku juga panas. Birahiku juga ikut terbakar setelah menenggak minuman itu.
Langsung kutarik tubuh Andin mendekatiku, kuturunkan gaunnya dan langsung kuciumi tokednya, kujilat2 dan kusedot2 putingnya dan kuremas2 tokednya yang lain.
Sementara itu, Veni masih memainkan penisku di memeknya, dia bergerak naik turun, memutar2 pantatnya.
Sungguh sensasi yang luar biasa saat itu.
“Ssshhhh… sssshhh…. Ssshhh…..”, Andin rupanya menikmati permainan lidahku di tokednya, dia sedikit menaikkan badannya agar tokednya pas berada di depan wajahku, serta memeluk kepalaku, dan aku bisa leluasa memainkan tokednya yang indah.
Tanganku turun menyibak rok gaunnya, dan mulai menyentuh memeknya. Ternyata celana dalamnya sudah dilepas, sehingga tanganku bisa leluasa memainkan klitorisnya. Kugesek2an tanganku, sambil kadang2 kumasukkan sedikit jariku ke memeknya.
“ahhhhh.. mmmhhh…. Ahhh… mmmhhhh…. Sshhhhhh”, Andin mendesah2 menikmati permainanku.
“Sekarang ama kamu ya say”, aku membisikkan Andin. Dia mengangguk.
“Ven, gantian dong”, dia berkata pada Veni.
“Wah, padahal belum keluar neh. Tapi ya udah deh, ntar lagi. Memekku pegel neh. Kontolnya gede say”, kata Veni yang kemudian mengecup bibirku sambil melepas penisku dari memeknya. Kemudian dia berjalan ke arah Cika dan bergabung karaokean bersama Cika.
“Say, doggy style yuk. Kamu berlutut di bawah, hadep kursi”, pintaku kepada Andin, aku pun ingin pegang kendali disini, gak cuma ikut instruksi mereka, tapi tetap mengutamakan keamanan. Daripada digrebek disini…?
Andin pun langsung mengiyakan dengan turun kebawah dan nungging menghadap sofa, sedangkan aku langsung bersiap2 di belakangnya.
Kunaikkan roknya, dan kugesek2an penisku di bibir memeknya.
“Mmmmmhhh……..”, Andin pun ikut mengerakkan pantatnya seiring gesekan2 penisku. Kemudian ku genggam pantatnya dan mulai kudorong masuk pelan2 penisku. Tidak terlalu susah, karena penisku sudah basah oleh cairan memek Veni, dan memek Andin pun sudah basah banget karena permainanku tadi.
Seperempat penisku sudah masuk ke memeknya. Dan aku menghentikan gerakanku.
“Oouuuhhhh…. Mmmmhhhhh……..”, Andin mendesah sambil menggerakkan maju pantatnya, kemudian dimundurkan lagi. Pelaannn… pelaannnn…. Sampai akhirnya semua penisku masuk ke memeknya karena gerakan Andin sendiri. Andin mempercepat gerakannya. Akupun hanya diam dan merasakan penisku dipijit2 memek Andin, sambil meremas2 tokednya yang menggantung2 dan bergoyang2 seiring gerakannya.
“Aww…awww…. Ohh…ohhh…. Mmmmhhh…mmhhh…ssssssshhhhhhh hhhhhh…” mulutnya meracau tak karuan. Aku mendekap Andin sambil menjilat2 telinganya, dan gerakannya menjadi semakin liar.
“Ahhhh… enak banget memekmu sayang…. oouuuhhhhh…. Anget….”, bisikku ditelinganya.
“iya mas… ahhhh… ahhhh…. ****** mas juga…. Eennaakkkk…. Oouuhhh….”, dia membalas pujianku.
5 menit dia menggoyangku, aku pung kembali tegap dan meremas pantanya dengan kedua tanganku, dan menghentikan goyangannya. Sekarang aku yang ingin pegang kendali. Kugerakkan pinggulku, penisku menyodok2 memeknya, semakin cepat… cepat… cepat…
“Ahh… ahhh…. Ahhh… ahhh.. teruss… terus…. Teruss… ampe… mentok…. Mas…..”, dia meminta untuk dipuaskan penisku.
Aku pun semakin mempercepat goyangan ku, dan sesekali menghentakkan kontolku masuk ke memeknya.
“Aawwww….aawww…..enak mas… enakk…..”
“Memekmu juga mantep Ndin…”, pujiku
10 menit aku mengobok2 memek Andin sampai akhirnya dia kelihatan memekik dan menggenggam pahaku seolah memintaku untuk menghentikan sejenak goyanganku.
“Aaawwwww….. Oouuuuhhhh…..aku keluar…… masss….. ooohhhhhhh…. Stop dulu…. Masss…….oohhhhhh…….”, kepalanya terlihat ambruk ke sofa sambil terlihat menggigit2 bibirnya menaham kenikmatan.
Tapi aku tidak menghentikan goyanganku. Tetap kugerakkan penisku, meskipun tidak secepat tadi.
“Aaahhhh… mas….. nakal….. ihhh…..”.
Kulepaskan penisku dari memeknya kemudian berdiri. Posisi Andin tetap menungging di depan sofa, sedangkan aku menaikkan satu kakiku ke atas sofa dan menurukan sedikit badanku, menyodorkan penisku ke mulutnya. langsung disambut penisku yang sudah didepan mulutnya.
“Mmmmhhhh… mmppphhhhh….mmmmm…..”, dikulum2nya penisku. Dimainkan lidahnya dalam mulutnya saat penisku masuk ke dalam mulutnya. tak ada rasa jijik yang terlihat dari raut mukanya.
“Aahhhhh…….. enak banget say”, aku terus memujinya. Dia mengeluarkan penisnya dan menjilati kepalanya sambil matanya melirik ke arahku, sambil tersenyum.
Aku merogoh kantongku lagi dan memasukkan selembar uang merah ke kantongnya.
Aku bangkit ke arah Veni dan Cika yang sedang asyik karaokean berdua. Kutarik Veni dan langsung kulumat bibirnya. Kita berciuman mesra sambil kuremas2 tokednya. Cika menyodorkan mike karaoke ke Andin. Andin langsung mengambil mike itu dan langsung melanjutkan nyanyian Cika sebelumnya. Kemudian cika berjongkok didepanku dan langsung memasukkan penisku yang memang belum kutup lagi ke dalam mulutnya. Kupegang kepala Cika dan kugerakkan sedikit pantatku maju mundur, ingin mengentot mulut Cika. Cika pun menyambut dengan ikut menggerakkan kepalanya, dan memainkan penisku dengan panasnya. Semantara itu, Veni melepaskan ciumannya dan menarik kepalaku ke arah tokednya. Kusambut tokednya yang kenyal itu, kusedot2 dan kukulum2 putingnya.
“Ssshhhh….. aahhh….. mas ini kuat banget seh ml nya…..”, puji Veni.
“Yah gimana ya, lagi hot banget seh ne. Kan sayang kalo cepet2 keluar. Tar kalian gak puas lagi ama aku”, jawabku yg kemudian kembali menjilat2i pentilnya.
“Iya nih mas, malah kita ber3 yang kewalahan”, kata Cika sambil mengocok2 halus penisku.
Aku pun hanya tersenyum ke arahnya dan kembali menarik kepala agar memasukkan lagi penisku melalui bibir tipisnya itu. Cika pun kembali mengulum2 penisku dengan panasnya. Diputar2 kepalanya agar memberikan sensasi yang berbeda di penisku.
Kemudian Veni ikut berjongkok didepanku. Mereka berdua saling bergantian mengulum2 penisku. Gila…nikmat banget dioralin 2 cewek kaya gini.
“Aaaahhhhhh enak sayangg……..”, kataku sedikit berteriak.
Veni mengulum penisku, dimasukkan sedalam2nya penisku kedalam mulutnya, kemudian dihisap2nya lagi. Sementara itu Cika menjilat2ti biji penisku, disedot2 telornya. Wah sungguh kenikmatan yang tiada tara saat itu.
Setelah beberapa saat, kutarik Veni, kusuruh dia bersandar di tembok. Kuangkat 1 kakinya. Dengan gaya berdiri, kuarahkan penisku ke memeknya, dengan 1 hentakan penisku langsung masuk ke memeknya.
“Aaawww…. Oohhhhh….. mentokk… mass……”
Kegerakkan pantatku, langsung ke tempo cepat. Birahiku sudah diubun2 dan sudah ingin kukeluarkan pejuhku. Kusodok2 memek Veni. Veni menggigit bibirnya, dan tangannya mengelus2 tembok disamping2nya tak karuan, tangan yg satu meremas2 tokednya sendiri.
“Ahhh…ah… ahh…ahhh.. ahhh…. Hhhhhhh……. Mmmmmmmhhhhh……”, dia mendesah tak karuan.
Cika menghampiriku dan menuangkan pelan minuman di gelas yang dia bawakan. Shit… ternyata lawaran lagi. Dadaku langsung panas. Kemudian menarik kepalaku ke arah tokednya, dan langsung ku sedot2 putingnya, sambil tetap menggenjot Veni. Tak lama, Cika pun kembali berkaraoke bersama Andin. Kufokuskan permainanku ke Veni. Sekarang dia memelukku, dan mencium bibirku, memainkan lidahnya didalam mulutku, menyapu setiap rongga mulutku. Sesekali kuhentakkan penisku masuk ke memeknya dengan sedikit keras.
“Mmmpppphhh….. mmmmppppphhhhh……”, dia mengerang dalam ciumannya.
Veni melepas ciumannya dan mendesah2 tak karuan.
“Aahhhh…. Aahhhh….. mas…. Masss…… ssshhhhhhhhhhh…….. oohhhhhh…..”
Tak lama kemudian, dia memelukku dengan erat dan menggigit samping leherku sambil sedikit mengerang dan badannya sedikit bergetar.
“Aaaaahhhhhhhhhhhhh…….. mmmmmppppppphhhhhhhh………. Aawwwhhhhhhhh……..”, dia mengerang2
“Aku….. Keluarrr….. mass……. Ooouuuuhhhhhhhhhh………….”, Veni mencapai orgasmenya.
“Hhhhhhhhhh….. enak banget memekmu say”, aku memujinya
Kupelankan gerakanku, sambil meremas2 tokednya, dan sesekali mencium putingnya. Ekspresi Veni saat itu, sambil memejamkan matanya dia menggigit bibirnya sambil tersenyum seolah menikmati orgasmenya, dan memegang kepalaku ingin aku terus memainkan putingnya. Aku pun tetap menggerakkan penisku dengan pelan, dan merasakan ada cairan yang mengalir keluar dari memeknya. Hangat rasanya.
Setelah berhasil membuat orgasme 3 cewek ini, aku mencabut penisku dari memek Veni, dan berjalan menghampiri Cika. Cika tetap mengarah ke monitor di depan ruangan. Aku melirik ke arah pintu, dan melihat tidak ada waitress yang stand by disitu. Biraku sudah diubun2, pejuhku serasa berontak ingin segera dikeluarkan dari penampungannya, langsung saja kuangkat rok Cika, dia pun merespon sambil melebarkan sedikit kakinya dan agak membungkuk ke depan. Langsung ketancapkan penisku ke memeknya yang sudah basah. Penisku langsung masuk seluruhnya, seolah ditelan memeknya. Langsung kegerakkan pantatku, dan Cika pun mengimbangi gerakanku. Kupercepat gerakanku, sambil kuremas2 toked Andin yang sedang bernyanyi disebelahnya, dan tangaku yang satu meremas toked Cika.
“Aahhh… ahhh….ahhh… hhhhhh…. Ooohhhhh….”, Cika mendesah2 kenikmatan.
“Iyaa… iyaa…. Memekmu juga…. Enak… hhhh…. Hhhh….”, aku menggenjot memek Cika dengan tempo yang cepat.
15 menit kemudian aku merasakan pejuhku sudah mau keluar. Kudekap Cika, menjilati telinganya, dan tetap kugoyang pinggulku tanpa mengurangi temponya.
“Akkuuuu… hammmpir… kkelluarrr sayy…….”, bisikku ke Cika.
“Iya masss…. Iyaa….. jgn.. di dalem….. masss….. oohhhhh…… mentok….. rasanya….. sssshhhh…. Ssshhhhh……”
“Keluarin dimulutku aja mas”, Andin tiba2 membisikkanku sambil menjilat telingaku.
Dan dia sudah berjongkok di sampingku, menggulung rambutnya ke belakang, dan bersiap menerima pejuhku.
Penisku sudah berdenyut2, dan kuhentak keras memek Cika.
“Aaawww….. aawwwww…….”, Cika sedikit berteriak.
Dan langsung kulepaskan penisku dari memek Cika, dan langsung kuarahkan ke mulut Andin yang sudah bersiap di sebelahku. Langsung dimasukkan penisku ke mulutnya dan dikulum2.
“Sayy.. sayyyy… aaarrrggghhhhhh….. ooohhhhhhhhhhh………”, pejuhku keluar di dalam mulut Andin yang mungil. Andin sedikit kaget pejuhku keluar begitu banyak di dalam mulutnya dan terlihat sedikit pajuhku mengalir keluar dari sudut bibirnya.
“hhhhhh…. Hhhh…. Hhhh….”, Andin terlihat asik mengulum2 penisku sementara pejuhku masih di dalam mulutnya. Kemudian dia melepas penisku dan menelan semua pejuhku. Dia mengumpulkan pejuh2 yang sempat keluar dari mulutnya dengan jarinya, dan memasukkan jarinya ke dalam mulutnya, seolah tak ingin ada pejuh yang tersisa.
Tiba2 Cika ikut jongkok di depan penisku dan langsung mengulum penisku, membersihkan sisa2 pejuh di kepala penisku. Menjilati setiap centi penisku, seolah ingin kebagian pejuhku juga. Setelah puas mengoralku, dia bangkit dan berjalan ke sofa. Aku pun mengenakan jeansku lagi dan duduk di sofa. Masih terengah2 karena pesta seks barusan, aku mengambil segelas berisi minuman di meja dan langsung menegaknya. Dan menyandarkan badanku ke sofa. Mereka bertiga juga ikut duduk di sofa, sambil tetap bernyanyi.
“Mas kuat banget ya. 2 jam full ml nya. Kita bertiga dibuat puas pula. Kalo Cuma maen berdua ama mas, bisa lemes dong”, celetuk Andin.
“Ah bisa aja kamu. Gak segitunya kali.”, jawabku.
“Kapan2 maen kesini lagi ya mas”, Veni berbisik sambil mengelus penisku dari luar.
Aku Cuma mengangguk dan tersenyum.
Setelah terasa puas, aku minta mereka untuk minta bill ke waitress nya.
“Kan masih kurang setengah jam lagi mas”, tanya Veni
“Udah cukup deh. Aku udah capek banget nih. Mau istirahat dulu. Kapan2 kita lanjutin lagi. Okey…..”, jawabku.
“Okayy……”, mereka serempak menjawab.
Mereka bertiga memakai bra dan celana dalam masing2, dan merapikan gaun dan rambut mereka yang sedikit acak2an.
Kemudian Andin keluar memanggil waitress. Setelah beberapa lama, waitress datang membawa bill. Aku selesaikan masalah pembayaran dan keluar dari room. Mereka ber3 mengantarku sampai ke parkiran. Sambil berjalan, tak lupa aku tukeran no hp mereka. Dan sebelum masuk mobil, tak lupa kucium bibir mereka satu per satu dan memberikan selembar lagi uang merah kepada mereka masing2. Kulihat tukang parkir disitu hanya tersenyum dan geleng2 kepala. Lalu kunaik mobilku dan langsung pulang ke kontrakanku.
Sungguh malam yang menyenangkan.

Jembut Kontol Lebat Ankku (TerBaru)....

Kisah nyata ngeseks dengan anak kandung -  Bukan salahku kalau aku masih menggebu-gebu dalam berhubungan seks. Sayangnya suamiku sudah uzur, kami beda umur hampir 15 tahun, sehingga dia tidak lagi dapat memberi kepuasan kepadaku. Dan bukan salahku pula kemudian aku mencari pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk memenuhi hasrat seks-ku yang kian menggebu di usia kepala 3 ini. Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh akhirnya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berpelukan dengan seorang pria muda sambil telanjang bulat di sebuah motel.
Dan ultimatum pun keluar dari suamiku. Aku dilarang olehnya beraktivitas di luar rumah tanpa pengawalan. Entah itu dengan suamiku ataupun kedua anakku. Tak sedikitpun aku lepas dari pengawasan mereka bertiga. Secara bergantian ketiganya mengawasiku. Igor anak sulungku yang baru masuk kuliah dapat giliran mengawasi di pagi hari karena dia masuk siang. Siangnya giliran Bagus yang duduk di kelas dua SMA, untuk mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja aktivitas seks-ku pun terganggu total. Hasratku sering tak terlampiaskan, akibatnya aku sering uring-uringan. Memang sih aku bisa masturbasi, tapi kurang nikmat. Dua minggu berlalu aku masih bisa menahan diri.
Sebulan berlalu aku sudah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, sampai pernah sehari 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh kemaluan laki-laki! Seperti pada pagi hari Senin, saat bangun pagi jam 8 rumah sudah sepi. Suamiku dan Bagus sudah pergi, dan tinggal Igor yang ada di bawah. Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih malas-malasan untuk bangun. Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi, nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah basah kuyup. Aku pun segera melorotkan CD-ku dan langsung menyusupkan dua jari tangan kananku ke lubang kemaluanku. Aku mendesis pelan saat kedua jari itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang sedang memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan saat mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Igor, anak sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.
Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil mengeluarkan lidahku. Dan Igor tampak tenang-tenang saja melihat kelakuanku. Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang makin basah saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Igor. Anak sulungku itu masih tenang-tenang saja, padahal saat turun dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini telanjang bulat. Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai mamanya.
Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak sulungku itu.
“Bercintalah dengan Mama, Igor!” pintaku sambil mengelus-elus selangkangan Igor yang sudah tegang.
Igor tersenyum, “Mama tahu, sejak Igor berumur 17 Igor sudah sering membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Igor bercinta dengan Mama..”
Aku terperangah mendengar omongannya.
“Dan sering kalo Mama tidur, Igor telanjangin bagian bawah Mama serta menjilatin kemaluan Mama.”
Aku tak percaya mendengar perkataan anak sulungku ini.
“Dan kini dengan senang hati Igor akan entot Mama sampai Mama puas!”.
Igor langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sementara tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan anakku sedemikian rupa, hanya sanggup mendesah dan menjerit kecil. Puas berciuman, Igor melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku. Kedua puting susuku yang waktu kecil pernah Igor hisap, kembali dihisap anak sulungku itu dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati sampai mengkilat, dan aku sedikit menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Igor. Ciuman Igor berlanjut ke perut, dan anakku itu pun berjongkok sementara aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang akan Igor lakukan dan ini adalah bagian di mana aku sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks.
Igor tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan lubang tempat di mana dia dulu pernah keluar. Lidahnya pun menari-nari di liang vagina mamanya, membuatku melonjak bagai tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut. Dan benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar. Igor tak peduli, anak sulungku itu terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku berorgasme tadi. Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang. Igor tersenyum lagi. Anakku itu kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap untuk menyetubuhi mamanya dengan penisnya yang telah tegang. Igor bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya, “Tunggu sayang, biar Mama kulum burungmu itu sebentar.” Igor menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis anakku itu kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara anakku membelai rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap.
“Sekarang kau boleh entot kemaluan Mama, Tom..” kataku setelah puas mengulum penisnya. Anakku itu mengangguk. Penisnya segera dibimbing anakku menuju lubang kemaluan tempat Igor lahir. Vaginaku yang basah kuyup memudahkan penis Igor untuk masuk ke dalam dengan mulus. “Ahh.. Tomm!” aku mendesah saat penis Igor amblas dalam kemaluanku. Igor lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya. Apalagi Igor seringkali membiarkan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian. Berbagai macam posisi diperagakan oleh Igor, mulai dari gaya anjing sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali. Tapi anak sulungku itu belum juga ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa.
Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Igor mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan. Dan saat Igor memeluk dengan erat, saat itu pula air mani anak sulungku itu membasahi kemaluanku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang kesekian kalinya. Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Igor dengan cairanku sendiri. Igor masih memelukku dan mencium bibirku dengan lembut. Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan baru berhenti saat Bagus pulang dari sekolah. Sejak saat itu aku tak lagi stress karena sudah mendapat pelampiasan dari anakku. Setiap saat aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar. Dan tidak seorang pun mengetahui kecuali kami berdua.

Pesta Meki Perawan Abg (TerBaru)....

Cerita Pesta vagina perawan – Dengan langkah ragu-ragu aku mendekati ruang dosen di mana Pak Herry berada.
“Winda…”, sebuah suara memanggil.
“Hei Ratna!”.
“Ngapain kau cari-cari dosen killer itu?”, Ratna itu bertanya heran.
“Tau nih, aku mau minta ujian susulan, sudah dua kali aku minta diundur terus, kenapa ya?”.
“Idih jahat banget!”.
“Makanya, aku takut nanti di raport merah, mata kuliah dia kan penting!, tauk nih, bentar ya aku masuk dulu!”.
“He-eh deh, sampai nanti!” Ratna berlalu.
Dengan memberanikan diri aku mengetuk pintu.
“Masuk…!”, Sebuah suara yang amat ditakutinya menyilakannya masuk.
“Selamat siang pak!”.
“Selamat siang, kamu siapa?”, tanyanya tanpa meninggalkan pekerjaan yang sedang dikerjakannya.
“Saya Winda…!”.
“Aku..? Oh, yang mau minta ujian lagi itu ya?”.
“Iya benar pak.”
“Saya tidak ada waktu, nanti hari minggu saja kamu datang ke rumah saya, ini kartu nama saya”, Katanya acuh tak acuh sambil menyerahkan kartu namanya.
“Ada lagi?” tanya dosen itu.
“Tidak pak, selamat siang!”
“Selamat siang!”.
Dengan lemas aku beranjak keluar dari ruangan itu. Kesal sekali rasanya, sudah belajar sampai larut malam, sampai di sini harus kembali lagi hari Minggu, huh!
Mungkin hanya akulah yang hari Minggu masih berjalan sambil membawa tas hendak kuliah. Hari ini aku harus memenuhi ujian susulan di rumah Pak Herry, dosen berengsek itu.
Rumah Pak Herry terletak di sebuah perumahan elite, di atas sebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Belum sempat memijit Bel pintu sudah terbuka, Seraut wajah yang sudah mulai tua tetapi tetap segar muncul.
“Ehh…! Winda, ayo masuk!”, sapa orang itu yang tak lain adalah pak Herry sendiri.
“Permisi pak! Ibu mana?”, tanyaku berbasa-basi.
“Ibu sedang pergi dengan anak-anak ke rumah neneknya!”, sahut pak Herry ramah.
“Sebentar ya…”, katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan.
Tumben tidak sepeti biasanya ketika mengajar di kelas, dosen ini terkenal paling killer.
Rumah Pak Herry tertata rapi. Dinding ruang tamunya bercat putih. Di sudut ruangan terdapat seperangkat lemari kaca temapat tersimpan berbagai barang hiasan porselin. Di tengahnya ada hamparan permadani berbulu, dan kursi sofa kelas satu.
“Gimana sudah siap?”, tanya pak Herry mengejutkan aku dari lamunannya.
“Eh sudah pak!”
“Sebenarnya…, sebenarnya Winda tidak perlu mengikuti ulang susulan kalau…, kalau…!”
“Kalau apa pak?”, aku bertanya tak mengerti. Belum habis bicaranya, Pak Herry sudah menuburuk tubuhku.
“Pak…, apa-apaan ini?”, tanyaku kaget sambil meronta mencoba melepaskan diri.
“Jangan berpura-pura Winda sayang, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan nilai bukan, kau akan kululuskan asalkan mau melayani aku!”, sahut lelaki itu sambil berusaha menciumi bibirku.
Serentak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik…, namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerangku. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku semaunya atas diriku. Harus kuakui memang, walaupun dia lebih pantas jadi bapakku, namun sebenarnya lelaki tua ini sering membuatku berdebar-debar juga kalau sedang mengajar. Tapi aku tetap berusaha meronta-ronta, untuk menaikkan harga diriku di mata Pak Herry.
“Lepaskan…, Pak jangan hhmmpppff…!”, kata-kataku tidak terselesaikan karena terburu bibirku tersumbat mulut pak Herry.
Aku meronta dan berhasil melepaskan diri. Aku bangkit dan berlari menghindar. Namun entah mengapa aku justru berlari masuk ke sebuah kamar tidur. Kurapatkan tubuhku di sudut ruangan sambil mengatur kembali nafasku yang terengah-engah, entah mengapa birahiku sedemikian cepat naik. Seluruh wajahku terasa panas, kedua kakikupun terasa gemetar.
Pak Herry seperti diberi kesempatan emas. Ia berjalan memasuki kamar dan mengunci pintunya. Lalu dengan perlahan ia mendekatiku. Tubuhku bergetar hebat manakala lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh diriku. Dengan sekali tarik aku jatuh ke pelukan Pak Herry, bibirku segera tersumbat bibir laki-laki tua itu. Terasa lidahnya yang kasap bermain menyapu telak di dalam mulutku. Perasaanku bercampur aduk jadi satu, benci, jijik bercampur dengan rasa ingin dicumbui yang semakin kuat hingga akhirnya akupun merasa sudah kepalang basah, hati kecilku juga menginginkannya. Terbayang olehku saat-saat aku dicumbui seperti itu oleh Aldy, entah sedang di mana dia sekarang. aku tidak menolak lagi. bahkan kini malah membalas dengan hangat.
Merasa mendapat angin kini tangan Pak Herry bahkan makin berani menelusup di balik blouse yang aku pakai, tidak berhenti di situ, terus menelup ke balik beha yang aku pakai.
Jantungku berdegup kencang ketika tangan laki-laki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang ada di dadaku dengan gemas. Terasa benar, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting susuku. Gemas sekali nampaknya dia. Tangannya makin lama makin kasar bergerak di dadaku ke kanan dan ke kiri.
Setelah puas, dengan tidak sabaran tangannya mulai melucuti pakaian yang aku pakai satu demi satu hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya aku hanya memakai secarik G-string saja. Bergegas pula Pak Herry melucuti kaos oblong dan sarungnya. Di baliknya menyembul batang penis laki-laki itu yang telah menegang, sebesar lengan Bayi.
Tak terasa aku menjerit ngeri, aku belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Aku sedikit ngeri. Bisa jebol milikku dimasuki benda itu. Namun aku tak dapat menyembunyikan kekagumanku. Seolah ada pesona tersendiri hingga pandangan mataku terus tertuju ke benda itu. Pak Herry berjalan mendekatiku, tangannya meraih kunciran rambutku dan menariknya hingga ikatannya lepas dan rambutku bebas tergerai sampai ke punggung.
“Kau Cantik sekali Winda…”, gumam pak Herry mengagumi kecantikanku.
Aku hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pujian itu.
Dengan lembut Pak Herry mendorong tubuhku sampai terduduk di pinggir kasur. Lalu ia menarik G-string, kain terakhir yang menutupi tubuhku dan dibuangnya ke lantai. Kini kami berdua telah telanjang bulat. Tanpa melepaskan kedua belah kakiku, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkanganku. Nafas laki-laki itu demikian memburu.
Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu. Aku memejamkan mata, oohh, indahnya, aku sungguh menikmatinya, sampai-sampai tubuhku dibuat menggelinjang-gelinjang kegelian.
“Pak…!”, rintihku memelas.
“Pak…, aku tak tahan lagi…!”, aku memelas sambil menggigit bibir. Sungguh aku tak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Herry. Namun rupanya lelaki tua itu tidak peduli, bahkan senang melihat aku dalam keadaan demikian. Ini terlihat dari gerakan tangannya yang kini bahkan terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tetapi tidak menyudahi perbuatannya. Padahal aku sudah kewalahan dan telah sangat basah kuyup.
“Paakk…, aakkhh…!”, aku mengerang keras, kakinya menjepit kepala Pak Herry melampiaskan derita birahiku, kujambak rambut Pak Herry keras-keras. Kini aku tak peduli lagi bahwa lelaki itu adalah dosen yang aku hormati. Sungguh lihai laki-laki ini membangkitkan gairahku. aku yakin dengan nafsunya yang sebesar itu dia tentu sangat berpengalaman dalam hal ini, bahkan sangat mungkin sudah puluhan atau ratusan mahasiswi yang sudah digaulinya. Tapi apa peduliku?
Tiba-tiba Pak Herry melepaskan diri, lalu ia berdiri di depanku yang masih terduduk di tepi ranjang dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, namun tanpa sempat melakukannya sendiri, tangannya telah meraih kepalaku untuk dibawa mendekati kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu.
Tanpa melawan sama sekali aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekalian alat vital Pak Herry ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulutku. Itupun sudah terasa penuh. Aku hampir sesak nafas dibuatnya. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidahku menyapu kepalanya.
Beberapa saat kemudian Pak Herry melepaskan diri, ia membaringkan aku di tempat tidur dan menyusul berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lalu Ia berusaha memasuki tubuhku belakang. Ketika itu pula kepala penis Pak Herry yang besar itu menggesek clitoris di liang senggamaku hingga aku merintih kenikmatan. Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku.
Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku aku tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik.
Pak Herry cukup mengerti keadaan diriku, ketika dia selesai masuk seluruhnya dia memberi kesempatan padaku untuk menguasai diri beberapa saat. Sebelum kemudian dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat.
Aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap Pak Herry menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku lupa ingatan. Pak Herry menyetubuhi aku dengan cara itu. Sementara bibirnya tak hentinya melumat bibir, tengkuk dan leherku, tangannya selalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan puting susuku mulai mengeras, runcing dan kaku.
Aku bisa melihat bagaimana batang penis lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluanku. Aku selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalam. Milikku hampir tidak dapat menampung ukuran Pak Herry yang super itu, dan ini makin membuat Pak Herry tergila-gila.
Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Pak Herry membalik tubuhku hingga menungging di hadapannya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Tangan lelaki itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini menggantung berat ke bawah. Sebagai seorang wanita aku memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini aku kewalahan menghadapi Pak Herry. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia bertahan. Aku yang kini duduk mengangkangi tubuhnya hampir kehabisan nafas.
Kupacu terus goyangan pinggulku, karena aku merasa sebentar lagi aku akan memperolehnya. Terus…, terus…, aku tak peduli lagi dengan gerakanku yang brutal ataupun suaraku yang kadang-kadang memekik menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai, aku tak peduli lagi…, aku memekik keras sambil menjambak rambutnya. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhku mengejang. Sungguh hebat rasa yang kurasakan kali ini. Sungguh ironi memang, aku mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan orang yang aku sukai. Tapi masa bodohlah.
Berkali-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Herry kemudian kembali mengambil inisiatif. kini gantian Pak Herry yang menindihi tubuhku. Ia memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuhku. Sementara kami terus berpacu. Sungguh hebat laki-laki ini. Walaupun sudah berumur tapi masih bertahan segitu lama. Bahkan mengalahkan semua cowok-cowok yang pernah tidur denganku, walaupun mereka rata-rata sebaya denganku.
Namun beberapa saat kemudian, Pak Herry mulai menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki tua itu bergetar hebat di atas tubuhku. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya.
Beberapa saat kemudian, perlahan-lahan kami memisahkan diri. Kami terbaring kelelahan di atas kasur itu. Nafasku yang tinggal satu-satu bercampur dengan bunyi nafasnya yang berat. Kami masing-masing terdiam mengumpulkan tenaga kami yang sudah tercerai berai.
Aku sendiri terpejam sambil mencoba merasakan kenikmatan yang baru saja aku alami di sekujur tubuhku ini. Terasa benar ada cairan kental yang hangat perlahan-lahan meluncur masuk ke dalam liang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal menggelitik.
Bagian bawah tubuhku itu terasa benar-benar banjir, basah kuyub. Aku menggerakkan tanganku untuk menyeka bibir bawahku itu dan tanganku pun langsung dipenuhi dengan cairan kental berwarna putih susu yang berlepotan di sana.
“Bukan main Winda, ternyata kau pun seperti kuda liar!” kata Pak Herry penuh kepuasan. Aku yang berbaring menelungkup di atas kasur hanya tersenyum lemah. aku sungguh sangat kelelahan, kupejamkan mataku untuk sejenak beristirahat. Persetan dengan tubuhku yang masih telanjang bulat.
Pak Herry kemudian bangkit berdiri, ia menyulut sebatang rokok. Lalu lelaki tua itu mulai mengenakan kembali pakaiannya. Aku pun dengan malas bangkit dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai.
Sambil berpakaian ia bertanya, “Bagaimana dengan ujian saya pak?”.
“Minggu depan kamu dapat mengambil hasilnya”, sahut laki-laki itu pendek.
“Kenapa tidak besok pagi saja?”, protes aku tak puas.
“Aku masih ingin bertemu kamu, selama seminggu ini aku minta agar kau tidak tidur dengan lelaki lain kecuali aku!”, jawab Pak Herry.
Aku sedikit terkejut dengan jawabannya itu. Tapi akupun segera dapat menguasai keadaanku. Rupanya dia belum puas dengan pelayanan habis-habisanku barusan.
“Aku tidak bisa janji!”, sahutku seenaknya sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar mencari kamar mandi. Pak Herry hanya mampu terbengong mendengar jawabanku yang seenaknya itu.
Aku sedang berjalan santai meninggalkan rumah pak Herry, ini pertemuanku yang ketiga dengan laki-laki itu demi menebus nilai ujianku yang selalu jeblok jika ujian dengan dia. Mungkin malah sengaja dibuat jeblok biar dia bisa main denganku. Dasar…, namun harus kuakui, dia laki-laki hebat, daya tahannya sungguh luar biasa jika dibandingkan dengan usianya yang hapir mencapai usia pensiun itu. Bahkan dari pagi hingga sore hari ini dia masih sanggup menggarapku tiga kali, sekali di ruang tengah begitu aku datang, dan dua kali di kamar tidur. Aku sempat terlelap sesudahnya beberapa jam sebelum membersihkan diri dan pulang. Berutung kali ini, aku bisa memaksanya menandatangani berkas ujian susulanku.
“Masih ada mata kuliah Pengantar Berorganisasi dan Kepemimpinan”, katanya sambil membubuhkan nilai A di berkas ujianku.
“Selama bapak masih bisa memberiku nilai A”, kataku pendek.
“Segeralah mendaftar, kuliah akan dimulai minggu depan!”.
“Terima kasih pak!” kataku sambil tak lupa memberikan senyum semanis mungkin.
“Winda!” teriakan seseorang mengejutkan lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara tadi yang aku perkirakan berasal dari dalam mobil yang berjalan perlahan menghampiriku. Seseorang membuka pintu mobil itu, wajah yang sangat aku benci muncul dari balik pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terakhir itu.
“Masuklah Winda…”.
“Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan sendiri koq!”, Aku masih mencoba menolak dengan halus.
“Ayolah, masa kau tega menolak ajakanku, padahal dengan pak Herry saja kau mau!”.
Aku tertegun sesaat, Bagai disambar petir di siang bolong.
“Da…,Darimana kau tahu?”.
“Nah, jadi benar kan…, padahal aku tadi hanya menduga-duga!”
“Sialan!”, Aku mengumpat di dalam hati, harusnya tadi aku bersikap lebih tenang, aku memang selalu nervous kalau ketemu cowok satu ini, rasanya ingin buru-buru pergi dari hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu.
Seperti tipikal orang Indonesia bagian daerah paling timur, cowok ini hitam tinggi besar dengan postur sedikit gemuk, janggut dan cambang yang tidak pernah dirapikan dengan rambut keritingnya yang dipelihara panjang ditambah dengan caranya memakai kemeja yang tidak pernah dikancingkan dengan benar sehingga memamerkan dadanya yang penuh bulu. Dengan asesoris kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi berlian…, cukup menunjukkan bahwa dia ini orang yang memang punya duit. Namun, aku menjadi muak dengan penampilan seperti itu.
Kevin  memang salah satu jawara di kampus, anak buahnya banyak dan dengan kekuatan uang serta gaya jawara seperti itu membuat dia menjadi salah satu momok yang paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan mungkin bahkan tidak pernah lulus, namun tidak ada orang yang berani mengusik keberadaannya di kamus, bahkan dari kalangan akademik sekalipun.
“Gimana? Masih tidak mau masuk?”, tanya dia setengah mendesak.
Aku tertegun sesaat, belum mau masuk. Aku memang sangat tidak menyukai laki-laki ini, Tetapi kelihatannya aku tidak punya pilihan lain, bisa-bisa semua orang tahu apa yang kuperbuat dengan pak Herry, dan aku sungguh-sungguh ingin menjaga rahasia ini, terutama terhadap Erwin, tunanganku. Namun saat ini aku benar benar terdesak dan ingin segera membiarkan masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja ajakannya.
Kevin  tertawa penuh kemenangan, ia lalu berbicara dengan orang yang berada di sebelahnya supaya berpindah ke jok belakang. Aku membanting pantatku ke kursi mobil depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda. Kesenangan.
“Ke mana kita?”, tanyaku hambar.
“Lho? Mestinya aku yang harus tanya, kau mau ke mana?”, tanya Kevin  pura-pura heran.
“Sudahlah Kevin , tak usah berpura-pura lagi, kau mau apa?”, Suaraku sudah sedemikian pasrahnya. Aku sudah tidak mau berpikir panjang lagi untuk meminta dia menutup-nutupi perbuatanku. Orang yang duduk di belakangku tertawa.
“Rupanya dia cukup mengerti apa kemauanmu Kevin !”, Dia berkomentar.
“Ah, diam kau Maki!” Rupanya orang itu namanya Maki, orang dengan penampilan hampir mirip dengan Kevin  kecuali rambutnya yang dipotong crew-cut.
“Bagaimana kalau ke rumahku saja? Aku sangat merindukanmu Winda!”, pancing Kevin .
“Sesukamulah…!”, Aku tahu benar memang itu yang diinginkannya.
Kevin  tertawa penuh kemenangan.
Ia melarikan mobilnya makin kencang ke arah sebuah kompleks perumahan. Lalu mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota Great Corolla namun keduanya kelihatan diparkir sekenanya tak beraturan.
Interior depan rumah itu sederhana saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak perabotan pecah belah. Tak lebih. Dindingnya polos. Demikian juga tempok ruang tengah. Terasa betapa luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan rak minuman beraneka ragam terdapat di sudut ruangan, menghadap ke taman samping. Sebuah stereo set terpasang di ujung bar. Tampaknya baru saja dimatikan dengan tergesa-gesa. Pitanya sebagian tergantung keluar.
Dari pintu samping kemudian muncul empat orang pemuda dan seorang gadis, yang jelas-jelas masih menggunakan seragam SMU. Mereka semua mengeluarkan suara setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang sepertinya sesuku dengan Kevin  atau sebangsanya, sedangkan yang satu lagi seperti bule dengan rambutnya yang gondrong. Sementara si gadis berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam lurus dan panjang tergerai sampai ke pinggang, ia memakai bandana lebar di kepalanya dengan poni tebal menutupi dahinya. Wajahnya yang oval dan bermata sipit menandakan bahwa ia keturunan Cina atau sebangsanya. Harus kuakui dia memang cantik, seperti bintang film drama Mandarin. Berbeda dengan penampilan ketiga laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan merupakan gerombolan mereka, dilihat dari tampangnya yang masih lugu. Ia masih mengenakan seragam sebuah sekolah Katolik yang langsung bisa aku kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa bergaul dengan orang-orang ini.
Kevin  bertepuk tangan. Kemudian memperkenalkan diriku dengan mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Kevin , Tito berbadan tambun dan yang bule namanya Marchell, sementara gadis SMU itu bernama Shelly. Mereka semua yang laki-laki memandang diriku dengan mata “lapar” membuat aku tanpa sadar menyilangkan tangan di depan dadaku, seolah-olah mereka bisa melihat tubuhku di balik pakaian yang aku kenakan ini.
Tampak tak sabaran Kevin  menarik diriku ke loteng. Langsung menuju sebuah kamar yang ada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu, sebenarnya lebih tepat disebut ruang penyangga antara teras dengan kamar-kamar yang lain Sebab di salah satu ujungnya merupakan pintu tembusan ke ruang lain.
Di sana ada sebuah kasur yang terhampar begitu saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah acak-acakan. Di sudut terdapat dua buah kursi sofa besar dan sebuah meja kaca yang mungil. Di bawahnya berserakan majalah-majalah yang cover depannya saja bisa membuat orang merinding. Bergambar perempuan-perempuan telanjang.
Aku sadar bahkan sangat sadar, apa yang dimaui Kevin  di kamar ini. Aku beranjak ke jendela. Menutup gordynnya hingga ruangan itu kelihatan sedikit gelap. Namun tak lama, karena kemudian Kevin  menyalakan lampu. Aku berputar membelakangi Kevin , dan mulai melucuti pakaian yang aku kenakan. Dari blouse, kemudian rok bawahanku kubiarkan meluncur bebas ke mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik menghadap Kevin .
Betapa terkejutnya aku ketika aku berbalik, ternyata di hadapanku kini tidak hanya ada Kevin , namun Maki juga sedang berdiri di situ sambil cengengesan. Dengan gerakan reflek, aku menyambar blouseku untuk menutupi tubuhku yang setengah telanjang. Melihat keterkejutanku, kedua laki-laki itu malah tertawa terbahak-bahak.
“Ayolah Winda, Toh engkau juga sudah sering memperlihatkan tubuh telanjangmu kepada beberapa laki-laki lain?”.
“Kurang ajar kau Kevin !” Aku mengumpat sekenanya.
Wajah laki-laki itu berubah seketika, dari tertawa terbahak-bahak menjadi serius, sangat serius. Dengan tatapan yang sangat tajam dia berujar, “Apakah engkau punya pilihan lain? Ayolah, lakukan saja dan sesudah selesai kita boleh melupakan kejadian ini.”
Aku tertegun, melayani dua orang sekaligus belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apalagi orang-orang yang bertampang seram seperti ini. Tapi seperti yang dia bilang, aku tak punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di kepalaku hingga membuat aku pusing. Tubuhku tanpa sadar sampai gemetaran, terasa sekali lututku lemas sepertinya aku sudah kehabisan tenaga karena digilir mereka berdua, padahal mereka sama sekali belum memulainya.
Akhirnya, dengan sangat berat aku menggerakkan kedua tangan ke arah punggungku di mana aku bisa meraih kaitan BH yang aku pakai. Baju yang tadi aku pakai untuk menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Dengan sekali sentakan halus BH-ku telah terlepas dan meluncur bebas dan sebelum terjatuh ke lantai kulemparkan benda itu ke arah Kevin  yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium bagian dalam mangkuk bra-ku dengan penuh perasaan.
“Harum!”, katanya.
Lalu ia seperti mencari-cari sesuatu dari benda itu, dan ketika ditemukannya ia berhenti.
“36B!”, katanya pendek.
Rupanya ia pingin tahu berapa ukuran dadaku ini.
“BH-nya saja sudah sedemikian harum, apalagi isinya!”, katanya seraya memberikan BH itu kepada Maki sehingga laki-laki itu juga ikut-ikutan menciumi benda itu. Namun demikian mata mereka tak pernah lepas menatap belahan payudaraku yang kini tidak tertutup apa-apa lagi.
Aku kini hanya berdiri menunggu, dan tanpa diminta Kevin  melangkah mendekatiku. Ia meraih kepalaku. Tangannya meraih kunciran rambut dan melepaskannya hingga rambutku kini tergerai bebas sampai ke punggung.
“Nah, dengan begini kau kelihatan lebih cantik!”
Ia terus berjalan memutari tubuhku dan memelukku dari belakang. Ia sibakkan rambutku dan memindahkannya ke depan lewat pundak sebelah kiriku, sehingga bagian punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghalang. Lalu ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk belakangku. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar dan berbulu yang tadi memeluk pinggangku kini mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudaraku dengan gemas. Aku masih menanggapinya dengan dingin dengan tidak bereaksi sama sekali selain memejamkan mataku.
Kevin  rupanya tidak begitu suka aku bersikap pasif, dengan kasar ia menarik wajahku hingga bibirnya bisa melumat bibirku. Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta.
Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk menikmati perasaan itu dengan utuh. Tak ada gunanya aku menolak, hal itu akan membuatku lebih menderita lagi. Dengan kuluman lidah seperti itu, ditingkahi dengan remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sambil sekali-sekali ibu jari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku, pertahananku akhirnya bobol juga. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Kevin  mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan menggerakkan tangan meremas kepala Kevin  yang berada di belakangku. Sementara dengan ekor mataku aku melihat Maki beranjak berjalan menuju sofa dan duduk di sana, sambil pandangan matanya tidak pernah lepas dari kami berdua.
Mungkin karena merasa sudah menguasai diriku, ciuman Kevin  terus merambat turun ke leherku, menghisapnya hingga aku menggelinjang. Lalu merosot lagi menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai akhirnya hinggap di salah satu pucuk bukit di dadaku, Dengan satu remasan yang gemas hingga membuat puting susuku melejit Kevin  untuk mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susuku sebelum mulutnya mengenyot habis puting susuku itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot.
Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa bercampur sedikit nyeri di bagian itu. Aku menggelinjang, melenguh apalagi ketika puting susuku digigit-gigit perlahan oleh Kevin . Buah anggur yang ranum itu dipermainkan pula dengan lidah Kevin  yang kasap. Dipilin-pilinnya kesana kemari. Dikecupinya, dan disedotnya kuat-kuat sampai putingnya menempel pada telaknya. Aku merintih. Tanganku refleks meremas dan menarik kepalanya sehingga semakin membenam di kedua gunung kembarku yang putih dan padat. Aku sungguh tak tahu mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa aku justeru tenggelam dalam permaianan itu? Semula aku hanya merasa terpaksa demi menutupi rahasia atas perbuatanku. Tapi kemudian nyatanya, permainan yang Kevin  mainkan begitu dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar aku mulai mengikuti permainan yang dipimpin dengan cemerlang oleh Kevin .
“Winda…”, “Ya?”, “Kau suka aku perlakukan seperti ini?”. Aku hanya mengangguk. Dan memejamkan matanya. membiarkan payudaraku terus diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat, merasakan nikmat yang luar biasa. Puting susu yang mungil itu hanya sebentar saja sudah berubah membengkak, keras dan mencuat semakin runcing.
“Hsss…, ah!”, Aku mendesah saat merasakan jari-jari tangan lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalamku dan merayap mencari liang yang ada di selangkanganku. Dan ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap-usap dan ketika sudah terasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu.
Dalam posisi masih berdiri berhadapan, sambil terus mencumbui payudaraku, Kevin  meneruskan aksinya di dalam liang gelap yang sudah basah itu. Makin lama makin dalam. Aku sendiri semakin menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di dalam liang vaginaku itu bergerak-gerak dengan liar. Bahkan kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginaku hingga menganga. Dan yang membuat aku tambah gila, ia menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk ke dalam liang vaginaku seolah-olah sedang menyetubuhiku. Aku tak kuasa untuk menahan diri.
“Nggghh…!”, mulutku mulai meracau. Aku sungguh kewalahan dibuatnya hingga lututku terasa lemas hingga akhirnya akupun tak kuasa menahan tubuhku hingga merosot bersimpuh di lantai. Aku mencoba untuk mengatur nafasku yang terengah-engah. Aku sungguh tidak memperhatikan lagi yang kutahu kini tiba-tiba saja Kevin  telah berdiri telanjang bulat di hadapanku. Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan angkuhnya berdiri mengangkang persis di depanku sehingga wajahku persis menghadap ke bagian selangkangannya. Disitu, aku melihat batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di daerah pangkalnya.
Dengan sekali rengkuh, ia meraih kepalaku untuk ditarik mendekati daerah di bawah perutnya itu. Aku tahu apa yang dimauinya, bahkan sangat tahu ini adalah perbuatan yang sangat disukai para lelaki. Di mana ketika aku melakukan oral seks terhadap kelaminnya.
Maka, dengan kepalang basah, kulakukan apa yang harus kulakukan. Benda itu telah masuk ke dalam mulutku dan menjadi permainan lidahku yang berputar mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu. Lalu berhenti ketika menemukan lubang yang berada persis di ujungnya. Lalu dengan segala kemampuanku aku mulai mengelomoh batang itu sambil kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya bergetar hebat menahan rasa yang tak tertahankan.
Pada saat itu aku sempat melirik ke arah sofa di mana Maki berada, dan ternyata laki-laki ini sudah mulai terbawa nafsu menyaksikan perbuatan kami berdua. Buktinya, ia telah mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya naik turun sambil berkali-kali menelan ludah. Konsentrasiku buyar ketika Kevin  menarik kepalaku hingga menjauh dari selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku hingga telentang di atas kasur yang terhampar di situ. Lalu dengan cepat ia melucuti celana dalamku dan dibuangnya jauh-jauh seakan-akan ia takut aku akan memakainya kembali.
Untuk beberapa detik mata Kevin  nanar memandang bagian bawah tubuhku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi. Si Makipun sampai berdiri mendekat ke arah kami berdua seakan ia tidak puas memandang kami dari kejauhan.
Namun beberapa detik kemudian, Kevin  mulai merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vaginaku yang sudah sangat basah. Ada rasa geli menyerang di situ hingga aku menggelinjang dan memejamkan mata.
Sedetik kemudian, aku merasakan ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku menahan nafas ketika terasa ada benda asing mulai menyeruak di situ. Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat pertama kali ada kejantanan laki-laki menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.
Dengan perlahan namun pasti, kejantanan Kevin  meluncur masuk semakin dalam. Dan ketika sudah masuk setengahnya ia bahkan memasukkan sisanya dengan satu sentakan kasar hingga aku benar-benar berteriak karena terasa nyeri. Dan setelah itu, tanpa memberiku kesempatan untuk membiasakan diri dulu, Kevin  sudah bergoyang mencari kepuasannya sendiri.
Kevin  menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku memekik keras setiap kali kejantanan Kevin  menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur nikmat yang tak terkira. Ada sensasi aneh yang baru pertama kali kurasakan di mana di sela-sela rasa ngilu itu aku juga merasakan rasa nikmat yang tak terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi hingga aku sampai menangis menggebu-gebu, sakit keluhku setiap kali Kevin  menghunjam, tapi aku semakin mempererat pelukanku, Pedih, tapi aku juga tak bersedia Kevin  menyudahi perlakuannya terhadap diriku.
Aku semakin merintih. Air mataku meleleh keluar. kami terus bergulat dalam posisi demikian. Sampai tiba-tiba ada rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Aku telah orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang yang aku benci. Tubuhku mengejang selama beberapa puluh detik. Sebelum melemas. Namun Kevin  rupanya belum selesai. Ia kini membalikkan tubuhku hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan kedua lututku. Ia ingin meneruskannya dengan doggy style. Aku hanya pasrah saja.
Kini ia menyetubuhiku dari belakang. Tangannya kini dengan leluasa berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Kini Kevin  bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat dan semakin kasar.
Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah duduk mengangkang di depanku. Laki-laki ini juga telah telanjang bulat. Ia menyodorkan batang penisnya ke dalam mulutku, tangannya meraih kepalaku dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke dalam mulutku.
Kini aku melayani dua orang sekaligus. Kevin  yang sedang menyetubuhiku dari belakang. Dan Maki yang sedang memaksaku melakukan oral seks terhadap dirinya. Kevin  kadang-kadang malah menyorongkan kepalanya ke depan untuk menikmati payudaraku. Aku mengerang pelan setiap kali ia menghisap puting susuku. Dengan dua orang yang mengeroyokku aku sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Malahan aku merasa sangat terangsang dengan posisi seperti ini.
Mereka menyetubuhiku dari dua arah, yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang aku hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku mengalah dan hanya diam saja. Kevin  yang mengatur segala gerakan.
Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar di sekujur tubuhku. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan diriku melambung di luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku mengejang, deras dan tanpa henti. Aku mengalami orgasme yang datang dengan beruntun seperti tak berkesudahan.
Tidak lama kemudian Kevin  mengalami orgasme. Batang penisnya menyemprotkan air mani dengan deras ke dalam liang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan hebat, seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku. Aku bisa merasakan air mani yang disemprotkannya banyak sekali, hingga sebagian meluap keluar meleleh di salah satu pahaku. Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki mengambil alih perlakuan Kevin . Masih dalam posisi doggy style. Batang kejantanannya dengan mulus meluncur masuk dalam sekali sampai menyentuh bibir rahimku. Ia bisa mudah melakukannya karena memang liang vaginaku sudah sangat licin dilumasi cairan yang keluar dari dalamnya dan sudah bercampur dengan air mani Kevin  yang sangat banyak. Permainan dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Kevin  dengan nafas yang tersengal-sengal telah duduk telentang di atas sofa yang tadi diduduki Maki untuk mengumpulkan tenaga. Aku mengeluh pendek setiap kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki terus memacu gerakkannya. Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat aku merintih dan mengaduh tak berkesudahan.
Pada saat itu masuk Bram dan Tito bersamaan ke dalam ruangan. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Lalu mereka duduk di lantai dan menonton adegan mesum yang sedang terjadi antara aku dan Maki. Bram nampak kelihatan tidak sabaran Tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Maki terus memacu menggebu-gebu. Laki-laki itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku yang menggelantung berat ke bawah.
Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan kembali telentang di atas kasur dan pada saat itu Bram dengan tangkas menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti tubuhku. Keadaanku sudah sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku kini hanya telentang pasrah ditindihi tubuh gemuk Tito yang bergoyang-goyang di atasnya.
Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan miliknya ke dalam milikku. Sementara Bram tak pernah memberiku kesempatan yang cukup untuk bernafas. Ia terus saja menjejal-jejalkan miliknya ke dalam mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengotrol diriku lagi. Guncangan demi guncangan yang diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram makin terangsang. Bukan lagi kuluman dan jilatan yang harusnya aku lakukan dengan lidah dan mulutku.
Dan ketika Tito melenguh panjang, ia mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudaraku kuat-kuat hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Lalu beberapa saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diriku. Dan pada saat hampir bersamaan Bram juga mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Aku meronta, ingin mengeluarkan banda itu dari dalam mulutku, namun tangan Bram yang kokoh tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itu akhirnya tertelan olehku. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi daerah sekitar bibirku sampai meleleh ke leher. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua yang ada supaya tidak terlalu terasa di dalam mulutku. Aku memejamkan mata erat-erat, tubuhku mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme panjang untuk ke sekian kalinya.
Dengan ekor mataku aku kembali melihat seseorang masuk ke ruangan yang ternyata si bule dan orang itu juga mulai membuka celananya. Aku menggigit bibir, dan mulai menangis terisak-isak. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika Marchell mulai menindihi tubuhku. Pasrah.
Tidak lama kemudian setelah orang terakhir melaksanakan hasratnya pada diriku mereka keluar. aku merasa seluruh tubuhku luluh lantak. Setelah berhasil mengumpulkan cukup tenaga kembali, dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaianku seadanya dan pergi mencari kamar mandi.
Aku berpapasan dengan Kevin  yang muncul dari dalam sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Lelaki itu sedang sibuk mengancingkan retsluiting celananya. Masih sempat terlihat dari luar di dalam kamar itu, di atas tempat tidur tubuh Shelly yang telanjang sedang ditindihi oleh tubuh Maki yang bergerak-gerak cepat. Memacu naik turun. Gadis itu menggelinjang-gelinjang setiap kali Maki bergerak naik turun. Rupanya anak itu bernasib sama seperti diriku.
“Di mana aku bisa menemukan kamar mandi?” tanyaku pada Kevin .
Tanpa menjawab, ia hanya menunjukkan tangannya ke sebuah pintu. Tanpa basa-basi lagi aku segera beranjak menuju pintu itu.
Di sana aku mandi berendam air panas sambil mengangis. Aku tidak tahu saya sudah terjerumus ke dalam apa kini. Yang membuat aku benci kepada diriku sendiri, walaupun aku merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun demikian setiap kali teringat kejadian barusan, langsung saja selangkanganku basah lagi.
Aku berendam di sana sangat lama, mungkin lebih dari satu jam lamanya. Setelah terasa kepenatan tubuhku agak berkurang aku menyudahi mandiku. Dengan berjalan tertatih-tatih aku melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mencari pintu keluar. Sudah hampir jam sebelas malam ketika aku keluar dari rumah itu.
Sampai di dalam rumah, Aku langsung ngeloyor masuk ke kamar. Aku tak peduli dengan kakakku yang terheran-heran melihat tingkah lakuku yang tidak biasa, aku tak menyapanya karena memang sudah tidak ada keinginan untuk berbicara lagi malam ini. Aku tumpahkan segala perasaan campur aduk itu, kekesalan, dan sakit hati dengan menangis.