Sabtu, 16 Juli 2011

Liarnya Nafsu Seks Tunangan Temanku

Cerita seks obat perangsang – Namaku Erick, tentunya bukan nama asli dong. Aku tinggal di suatu kota yang kebetulan sering dijuluki sebagai kota kembang pengalamanku ini terjadi mungkin kira- kira 2 tahun yang lalu. Sebut saja Indi (bukan nama sebenarnya), dia adalah tunangan temanku yang bernama Edi (bukan nama asli) yang tinggal di Jakarta, yang mana pada waktu itu Edi harus keluar kota untuk keperluan bisnisnya.
Oh ya, Edi ini punya adik laki-laki yang bernama Deni, dimana adiknya itu teman mainku juga. Kalau tidak salah, malam itu adalah malam minggu, kebetulan pada waktu itu aku lagi bersiap-siap untuk keluar. Tiba-tiba telpon di rumahku berbunyi, ternyata dari Deni yang mau pinjam motorku untuk menjemput temannya di stasiun kereta api. Dia juga bilang nitip sebentar tunangan kakaknya, karena di rumah lagi tidak ada siapa-siapa. Aku tidak bisa menolak, lagi pula aku ingin tahu tunangan temanku itu seperti bagaimana rupanya.
Tidak lama kemudian Deni datang, karena rumahnya memang tidak begitu jauh dari rumahku dan langsung menuju ke kamarku. “Hei Rick..! Aku langsung pergi nih.. mana kuncinya..?” kata Deni. “Tuh.., di atas meja belajar.” kataku, padahal dalam hati aku kesal juga bisa batal deh acaraku. “Oh ya Rick.., kenalin nih tunangan kakakku. Aku nitip sebentar ya, soalnya tadi di rumah nggak ada siapa-siapa, jadinya aku ajak dulu kesini. Bentar kok Rick.., ” kata Deni sambil tertawa kecil. “Erick.., ” kataku sambil menyodorkan tanganku. “Indi.., ” katanya sambil tersenyum. “Busyeett..! Senyumannya..!” kataku dalam hati.
Jantungku langsung berdebar- debar ketika berjabatan tangan dengannya. Bibirnya sensual sekali, kulitnya putih, payudaranya lumayan besar, matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..! Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar. “Heh..! Kok malah bengong Rick..!” kata Deni sambil menepuk pundakku. “Eh.. oh.. kenapa Den..?” kaget juga aku. “Rick, aku pergi dulu ya..! Ooh ya Ndi.., kalo si Erick macem-macem, teriak aja..!” ucap Deni sambil langsung pergi. Indi hanya tersenyum saja. “Sialan lu Den..!” gerutuku dalam hati.
Seperginya Deni, aku jadi seperti orang bingung saja, serba salah dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Memang pada dasarnya aku ini sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga akhirnya. “Mo minum apa Ndi..?” kataku melepas rasa maluku. “Apa aja deh Rick. Asal jangan ngasih racun.” katanya sambil tersenyum. “Bisa juga bercanda nih cewek, aku kasih obat perangsang baru tau..!” kataku dalam hati sambil pergi untuk mengambil beberapa minuman kaleng di dalam kulkas.
Akhirnya kami mengobrol tidak menentu, sampai dia menceritakan kalau dia lagi kesal sekali sama Edi tunangannya itu, pasalnya dia itu sama sekali tidak tahu kalau Edi pergi keluar kota. Sudah jauh-jauh datang ke Bandung, nyatanya orang yang dituju lagi pergi, padahal sebelumnya Edi bilang bahwa dia tidak akan kemana-mana. “Udah deh Ndi.., mungkin rencananya itu diluar dugaan.., jadi Kamu harus ngerti dong..!” kataku sok bijaksana. “Kalo sekali sih nggak apa Rick, tapi ini udah yang keberapa kalinya, Aku kadang suka curiga, jangan-jangan Dia punya cewek lain..!” ucap Indi dengan nada kesal.
“Heh.., jangan nuduh dulu Ndi, siapa tau dugaan Kamu salah, ” kataku. “Tau ah.., jadi bingung Aku Rick, udah deh, nggak usah ngomongin Dia lagi..!” potong Indi. “Terus mau ngomong apa nih..?” kataku polos. Indi tersenyum mendengar ucapanku. “Kamu udah punya pacar Rick..?” tanya Indi. “Eh, belom.. nggak laku Ndi.. mana ada yang mau sama Aku..?” jawabku sedikit berbohong. “Ah bohong Kamu Rick..!” ucap Indi sambil mencubit lenganku. Seerr..! Tiba- tiba aliran darahku seperti melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan- lahan, aku jadi salah tingkah. Sepertinya si Indi melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku.
“Ada apa Ndi..? Minumannya sudah habis juga..?” katak u pura-pura bodoh. “Rick, Kamu mau nolongin Aku..?” ucap Indi seperti memelas. “Iyaa.., ada apa Ndi..?” jawabku. “Aku.., Aku.. pengen bercinta Rick..?” pinta Indi. “Hah..!” kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku. “Ka.., Kamu..?” ujarku terbata-bata. Belum juga kusempat meneruskan kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku.
Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal. Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku, “Aku pengen bercinta sama Kamu, Rick..! Puasin Aku Rick..!” Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, “Aahh..!” aku mendesah. Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku. Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam. Ia mendesah kenikmatan, “Aahh Rick..!”
Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke belakang, ke dalam t- shirt-nya. Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas. Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit, tetapi sakitnya sakit nikmat. “Rick.., buka dong bajunya..!” katanya manja. “Bukain dong Ndi.., ” kataku. Sambil menciumiku, Indi membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur.
Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku. Aku hanya bisa mendesah karena nikmatnya, “Akhh.., Ndi.” Kemudian Indi mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga. Akhirnya tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas. Indi melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali.
Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. “Okhh.. nikmat sekali, ” kataku dalam hati, sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot. Indi sangat menikmatinya, sekali- sekali dia gigit kemaluanku. “Auwww.., sakit dong Ndi..!” kataku sambil agak meringis. Indi seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju- mundurkan kepalanya. Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya, “Ndi, Aku mau keluar.. akhh..!” Indi cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya, “Croott.. croott..!” Aku menyemburkan lahar panasku ke dalam mulut Indi.
Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat. Setelah cairannya benar-benar bersih, Indi kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya sendiri, sampai akhirnya dia telanjang bulat. Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku. “Puasin Aku Rick..!” katanya sambil memeluk tubuhku, kemudian dia menuju tempat tidur. Sampai disana dia tidur telentang. Aku lalu mendekatinya, kutindih tubuhnya yang elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya.
Dia mendesah keenakan, “Aahh..!” Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu, kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya. Kujilati putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kiri, sambil kadang kupelintir putingnya. “Okkhh..! Erick sayang, terus Rick..! Okhh..!” desahnya mulai tidak menentu. Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser, kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal pahanya, Indi mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit kemaluannya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu adalah klitoris.
Indi semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air. Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali apa yang namanya klitoris, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot klitorisnya. “Aakkhh.. Rick.., ” Indi menjerit agak keras, rupanya dia sudah orgasme, karena aku merasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget juga aku. Mungkin ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah.
Aku masih saja menjilati dan menyedot klitorisnya. “Rick..! Masukin Rick..! Masukin..!” pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu. Aku yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya. “Udah dong Rick..! Cepet masukin..!” katanya manja. “Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran banget.” kataku dalam hati. Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul. Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah. Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku. “Bless..!” akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Indri.
“Aaakkhh Rick..!” desah Indi. Kaget juga dia karena sentakan kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Indi. Aku mulai mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat, kadang- kadang sambil meremas- remas kedua bukit kembarnya. Kemudian kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting susunya. “Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..!” erang Indi sambil tangannya memegang kedua pipiku. Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba- tiba tubuh Indi mengejang, “Aaakkhh.. Eriicckk..!” Ternyata Indi sudah mencapai puncaknya duluan. “Aku udah keluar duluan Sayang..!” kata Indi. “Aku masih lama Ndi.., ” kataku sambil masih menggenjot tubuhku.
Kemudian kuangkat tubuh Indi ke tengah tempat tidur, secara spontan, kaki Indi melingkar di pinggangku. Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan pantat Indi. “Aakkhh Ndi.., punya Kamu enak sekali.” kataku memuji, Indi hanya tersenyum saja. Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya. Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini. “Aahh Ndi.., Aku hampir keluar.., ” kataku agak terbata-bata. “Aku juga Rick..! Kita keluarin sama- sama ya Sayang..!” kata Indi sambil menggoyang pantatnya yang bahenol itu.
Goyangan pantat Indi semakin liar. Aku pun tidak kalah sama halnya dengan Indi, frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada akhirnya, “Aaakkhh.., Ericckk..!” jerit Indi sambil menancapkan kukunya ke pundakku. “Aakhh, Indii.., Aku sayang Kamuu..!” erangku sambil mendekap tubuh Indi. Kami terdiam beberap saat, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon. “Kamu hebat sekali Rick..!” puji Indi. “Kamu juga Ndi..!” pujiku juga setelah agak lama kami berpelukan. Kemudian kami cepat- cepat memakai pakain kami kembali karena takut adik tunangannya Indi keburu datang.

Mahasiswi Payudara Besar Ngentot

Cerita dewasa mahasiswi ngentot – Jakarta tiap hari koq hujan, mendung dan yang lebih menakut-kan kalau begini terus lama-lama bisa banjir, kampus-ku sendiri memang berada di daerah langganan banjir, kayak-nya kalau setahun gak banjir warga disini pasti aja ngerasa ada yang kurang.
Sama seperti aku sekarang, berdiri di depan pintu keluar kampus, langit udah gelap banget, sebenarnya masih ada satu jam pelajaran lagi, tapi kepala-ku tuch pening banget, mungkin akibat semalem keujanan, sebenar-nya sich gak terlalu terasa, tapi mana enak sich kuliah dalam keadaan kayak gini,.. iya gak ? he he he
Ah akhirnya, setelah berbagai perhitungan matang, atas azaz kemalasan yang adil dan beradab, aku mulai melangkah keluar dari pintu kampus,.. Oh iya, nanti lupa lagi and pada protes,.. ini gue yang kemaren-kemaren juga,.. masih inget kan ? gak ? yawda lah gapapa, he he..
Duh, tar dijitak lagi, dibilang gak menghargai pembaca,.. boong deng hihihi, gue masih sama yang dulu, mahasiswi perguruan tinggi swasta,.. anak perantauan,.. sesekali kerja sambilan jadi SPG, yang terkadang nakal untuk mengeksplore pengalaman seks yang baru,.. he he he, bukan bilang diri sendiri cantik, tapi memang buat dapet perhatian dari lawan jenis di kampus sebenernya bukan perkara sulit buat gue, makanya jadi bosen he he.
Udahlah narziz gallery-nya sampe sini aja,.. ^^ , memang Tuhan sayang sama bokap yang susah-susah cari duit and anak-nya madol begitu aja, baru beberapa langkah dari pintu keluar hujan langsung turun, pertama gerimis, namun cepat berubah lebat,.. binggung dalam keadaan itu, kembali atau terobos aja pulang ke kost.. akhirnya mengingat bokap yang cakep-capek cari duit buat kuliah aku, akhirnya aku putusin untuk menerobos hujan, kebetulan ada tukang becak, jadi ya gak akan kehujanan samapai tempat kost-ku yang lumayan jauh dari kampus,..Aku kasihan sama bokap kalau harus mengeluarkan uang untuk aku ke dokter lagi,..
” Bang ke jalan semanggi ( sensored ) ” aku langsung naik, melompat kedalam becak, toh aku sudah tahu pasaran-nya 5000 untuk satu kali perjalanan dari kampus ke kost-ku,..
Aku melihat ke-kanan, ke-kiri baru sadar kalau becak yang aku naikin gak ada tukang becak-nya, terus jadi ngomong sama siapa donk tadi ?
Dibawah bedeng kecil, gak tahu sich namanya apa, asal sebut aja itu istilahnya,.. pokok-nya pohon diatasnya ada atap dari asbes,.., ada beberapa tukang becak berteduh,.. aku pun memanggil salah satu tukang becak itu dari dalam becak,.
” Bang eh orang dari tadi, sini bang,.. ” panggil-ku,..
Salah satu yang berbadan paling besar dan hitam menghampiri-ku,..
” Yeh, si neng yang naik gitu aja,.. kemana neng ? “
” Jalan semanggi ( sensored ) bang,.. goceng ya,.. ” Aku langsung menawar,..
” Lebihin atuh neng, ujan pan,.. dingin,.. ” Tawar si abang becak, genit juga nich si abang,..
” Iya tar dilebihin seratus perak, ha ha .. ” Canda-ku,..
” Iya gimana neng dech,.. ” si abang becak mulai mengayuh becak-nya, hujan makin deras, ditambah lagi Petir yang menyambar-nyambar, 10 menitan kemudian aku sampai di tempat kost-ku,.
” Nich bang,.. ” aku memberikan uang 7000 rupiah ke abang becak itu,.. sebelum aku berlari masuk, ya seperti itulah kebiasaan-ku hari-hari pulang dari kampus, kadang naik becak, kalau lagi malas, hujan ataupun panas,.
Thanx ya yang dah baca, cerita gue pulang dari kampus ini,.. biasa aja kan ? Mank siapa yang bilang luar biasa,.. ha ha ha,. Ga deng becanda, tar dijitak lagi nich,.. ha ha ha,.
Nah yang seru dimulai, berhubung aku seorang anak gadis, cantik, manis dan baik hati baru beberapa langkah masuk ke dalam kost-ku, aku melihat si abang tukang becak merinding kedinginan, hujan juga tambah lebat,.. rasanya gak tegak, mau kasih payung buat si abang biar gak kedinginan,.. ha ha gak becanda,..
Aku pun menyuruh si abang masuk,.
” Bang, masuk aja, ujan gede loh,.. “
” Boleh non ? ” Tanya-nya tak enak hati,..
” Boleh bang, masuk aja,.. ” Aku tahu, jam segini kost-ku pasti kosong, sibuk kuliah ataupun kerja,..
” Makasih non,.. “
Aku tersenyum membalas, memang anak baik hati,..
Aku masuk ke dalam, mencari si Udin, pembantu pria di kost-kostan ini, khusus buat mempebaiki kalau-kalau ada yang rusak tau bocor, orang-nya kurus,..
” Din, ada handuk sama baju gak ? ” Tanya-ku di depan pintu kamar-nya,..
” Buat apa non ? ” Udin menyahut sambil membuka pintu,..
” Itu kasian din, tadi saya naik becak, abangnya keujanan semua,.. pinjemin gih,.. suruh mandi,.. “
” Yawda non, nanti saya kasihin, non juga basah tuch,.. ” Udin mengingatkan-ku rambut-ku juga memang basah kehujanan,.
” Yawda, Mang Ujang, makasih ya Mang Ujang, ” aku pun naik ke kamar-ku di lantai 2..
Rambut-ku basah oleh hujan. Demikian juga baju-ku, Sambil melepas pakaian bagian atas-ku, aku berkaca, memperhatikan lekuk tubuh, ya seoerti inilah tiap hari-nya,.takut bobot tubuh bertambah,.. he he..
Ah sutralah, tubuh-ku juga sudah mengigil kedinginan, aku melangkah masuk ke dalam kamar mandi setelah menyetel Ac-ku 27 derajat, aku memelorotkan celana-ku sebelum melepas kait bra-ku, dan mulai membasuh tubuh-ku dengan air hangat yang mengucur keluar dari shower di kamar mandi-ku,.
Nyaman sekali rasa-nya saat tubuh-ku kedinginan karena air hujan dan udara yang cukup sejuk, terbasuh oleh air hangat yang begitu nyaman saat bersentuhan dengan kulit, uughh rasanya enak sekali aku membersihkan tiap centi bagian tubuh-ku, terutama bagian kaki-ku yang pastinya sedikit kotor karena mengijak air hujan yang menggenang tadi, sebelum mengambil shampoo, untuk membalur kepala-ku yang sedikit kena air hujan tadi, lebih baik mencegah daripada nanti sakit,.. sambil membalus rambut-ku yang berbusa hingga bersih akupun mengambil botol conditioner,..
Sambil menunggu beberapa menit aku berkaca di kaca kamar mandi yang mulai sedikit berembun, aku memperhatikan bagian belakang tubuh-ku dari pantulan cermin itu, ah lagi-lagi muncul garis scratch di bagian bokong-ku, pasti gara-gara berat badan yang gak stabil belakangan ini,.. belum lagi sebuah jerawat tumbuh di dekat hidung, benci dech,.. kesel liat-nya, pengen dipencet tapi pasti bakal tinggalin bekas..
Kembali aku membasuh rambut-ku, dengan air dingin tentu-nya,.. aku gak mau rambut-ku cepet-cepet rontok karena air panas yang merusak kulit kepala,.. segar,.. segar sekali rasanya habis mandi, aku mematikan air pancuran kamar mandi-ku,.. sambil mengeringkan seluruh bagian tubuh-ku, terutama bagian lekukan-lekukan tubuh, takut ada busa atau air yang tertinggal menempel disana,..
Tiba-tiba, aku seperti mendengar suara, seperti orang yang sedang tertawa cekikikan, apa aku salah dengar ya, tapi aku yakin mendengar suara orang tertawa tadi.. jangan-jangan Setan lagi ? bulu kuduk-ku langsung merinding tak karuan, aku membebat-kan handuk-ku menutupi tubuh-ku, membiarkan rambut-ku yang basah terurai,.. aku keluar dari kamar mandi dan mendapati,..
Mang Ujang dan Abang Becak yang tadi sedang asyik menonton di televisi kamar-ku,..
” Heh, apa-apaan sich ?? ” Bentak-ku,..Gila berani banget mereka main masuk begitu saja kekamar-ku,..
” Eh, si non udah selesai,. ” Mang Ujang dengan santai menjawab,..
Si abang becak tampak sedikit tegang, baju yang dipakainya kekecilan karena badan Mang Ujang memang lebih pendek dari tubuh si Abang Becak itu,..
” Keluar, keluar,..keluar,.. ” Aku membuka pintu kamar-ku menyuruh mereka berdua keluar,.. namun mereka masih saja duduk membatu, mata mereka seolah menerawang menatap tubuh-ku yang hanya berbalut sebuah handuk putih polos dengan satu-satu-nya motif Teddy Bear di sisi-nya,..
Mata mereka seolah dapat melihat alur sebuah air yang mengalir turun di tubuh-ku mulai dari wajah, leher, bahu hingga menyelip masuk melewati belahan buah dada-ku,.. pasti mereka berfikir berapa beruntung-nya menjadi air itu, ahhhh tatapan mata seperti ini yang sering kali membuat-ku merasa seksi…
” Jangan galak-galak kenapa non,.. ” Dengan logat Madura-nya yang kental,Mang Ujang menjawab-ku,..” Ini temen abang ini, katanya pengen juga non.. ” menunjuk Abang Becak disebelahnya,..
” Ehhh, gila ya,.. apa maksud lu Jang,.. ” Lupa dech untuk bicara dengan santun lagi, toh kesal juga dipermalukan seperti itu,..
” Yaaah, si non pake lupa lagi,.. masa lupa sama ‘gocekan’ abang ? ” Si Ujang terkekeh, mana mungkin aku bisa melupakan, gocekannya yang lembut, lunak dan tak bertenaga itu, penis-nya layu seperti orang impoten sama sekali gak sesuai dengan tubuh-nya yang kekar berotot itu,.. ah pokok-nya sama sekali gak menarik,..
” Ngomong lu,.. ” Sodok mang Ujang ke Abang Becak disebelahnya,..
” Iya non, tadi Mang Ujang cerita sama saya waktu saya mandi di bawah,.. ” , ” Kata-nya non sexy dan … ” Tak melanjut-kan,.. whatever, aku gak mau mulai duluan untuk menebak kalimat selanjut-nya, lebih baik menunggu, tar yang ada jadi pada illfill lagi, ha ha ha,..
” Saya bentar lagi mau pulang kampung Neng, sudah 4 tahun saya pengen nyobain neng,.. “, ” Maksudnya nyobain Mahasiswi kayak neng gitu,.. ” Ngomong-nya terbata-bata, tapi mendengar alasanya yang “segera pulang kampung” tentu, sedikit membuat-ku tenang, kalau-kalau sampai terjadi ‘sesuatu’, jelas aku gak mau dikerjai beramai-ramai oleh Tukang Becak dekat kampus itu, terlebih bisa-bisa cerita itu menyebar kemana-mana,.. habis sudah masa depan, dan image anak baik-baik yang selama ini kubangun pun jadi sia-sia belaka,..
Aku meneliti perawakan si Abang becak itu, wajahnya jelek, dengan jerawat batu, rambut tak terurus, tapi tubuh-nya itu kekar berisi, aku paling suka melihat lelaki bertubuh kekar seperti itu, pastinya bisa mendekap-ku erat,..tapi mudah-mudahan tubuh Abang Becak ini bukan tipuan seperti badan si Ujang,..
Aku memicing-kan mata kearah mang Ujang yang sudah kelewatan, seenaknya membuka ‘aib’ ku kesembarangan orang dan bertingkah kurang ajar dengan masuk ke Kamar-ku yang lupa kukunci itu seenaknya, tatapan-ku membuat Mang Ujang tak enak hati dan tak berani beradu mata menatap-ku,..
” Ke..lu..ar… ” Lanjut-ku,..
” Non ” Protes Ujang dan Abang Becak itu hampir bersamaan,..
Tapi entah apa yang membuat Ujang yang biasa-nya ngotot itu berubah menjadi begitu penurut, Ia berjalan perlahan menuju pintu keluar kamar-ku, diikuti si Abang Becak yang dari tadi kulihat sibuk menelan ludah tiap melihat aku bergerak-gerak,..
” Keluar,.. ” Ulang-ku lagi
Namun tiba-tiba dengan ‘biadab-nya’ Ujang membekap tubuh-ku,. Tangan-nya menutup mulut-ku hingga tak bisa bersuara,..
” Tutup pintu-nya,.. ” Suruh Ujang pada Abang Becak, yang terbengong-bengong melihat Ujang menyergap-ku,..
Pintu kamar-ku dikunci dan ditutup,.. Ujang menyuruh Abang Becak itu menggantikan-nya membekap tubuh-ku,.. Aku berusaha melepaskan diri dari kunci-an si Abang Becak ini, namun Si Abang Becak malah mengunci tangan-ku lebih erat lagi, tubuh-nya bergesekan dengan kulit-ku membuat tubuh-ku merinding, terlebih saat merasakan dada-nya yang bidang berotot itu di punggung-ku, rasanya…
Ujang bergegas menuju meja computer-ku, mengutak-atik sesuatu di computer-ku itu,.. entah apa yang dilakukan-nya, namun wajah-nya berubah putus asa,.. ” Ahhh, rusak lagi dech computer ” pikir-ku, melihat reaksi Mang Ujang..
Mang Ujang berpindah ke Televisi dan menyalakan suara-nya keras-keras, mungkin ia mencari tombol win-amp di computer-ku tadi, bisa jadi ia mau mencontoh anggota DPR yang menyalakan Music diruangan-nya waktu memperkosa Sekretaris Pribadinya itu, Ah tau berita juga orang ini, yang pasti apa yang dilakukan Mang Ujang itu membuat-ku terfikir sesuatu yang ‘nakal’..
” Nah, sekarang mau teriak juga gak akan kedengaran kan non, apalagi sepi jam begini, lumayan 2 jam… ” Si Ujang terkekeh, jelek sekali,..
” Lepasin,.. ” Protes-ku,..aku memberontak, namun si Abang Becak enggan melepas-ku,.. malah terkadang tangannya menyentuh dada-ku, entah disengaja atau kebetulan belaka,.
Si Abang Becak akhirnya mau melepaskan-ku setelah menerima tanda dari Mang Ujang, aku dilepaskannya namun baru sesaat lepas dari kuncian si Abang Becak, Mang Ujang malah sudah menindih-ku sekarang, ia terkekeh-kekeh tepat di depan wajah-ku,..
Perlahan ia membuka handuk-ku, aku tak bisa melawan, karena betis-nya menahan tangan-ku untuk berontak,.. sakit..
” Tuch liat, bagus kan Bur,.. ” Mang Ujang terkekeh, memperlihat-kan sepasang payudara-ku ke Abang Becak itu,.yang lagi-lagi menelan ludah, tangan Mang Ujang malah sudah menempel di payudara-ku itu, mengusap-usapnya meski masih sedikit oleh air bekas aku mandi tadi,.. Lagi-lagi Abang Becak itu menelan ludah-nya, haus kali pikir-ku,..
” Coba pegang nich,.. ” Ujang menawarkan buah dada-ku itu pada si Abang Becak,.
Aku berusaha memberontak melawan, seolah pura-pura diperkosa, entah dari man aide gila ini muncul.. he he
Tangan si Abang Becak yang kasar itu menyentuh kulit tubuh-ku pertama di perut-ku, sebelum telapak tangan-nya yang begitu kasar itu mulai bergerak naik dan sampai di payudara-ku, perlahan mulai meremas-nya,..
” Awwww,.. ” Aku menjerit kecil, tertahan oleh remasan tangan si Abang Becak itu,
” Kenyal-kan,.. ” Ujang lagi-lagi berkomentar,. Mending dia diam saja, bau mulut-nya itu,..
Tangan si Abang Becak itu meremas-remas payudara-ku, memilin-milin putingnya,.. ughh apa lagi saat mulutnya tiba-tiba mendarat telak di payudara-ku itu dan memainkan payudara-ku dengan lidahnya yang tebal dan berteksture kasar itu,.. begitu terasa bagaimana mulutnya itu mulai menyedot di kedua puting-ku, enak sekali rasanya, terlebih bermain seperti sedang diperkosa ini membuat-ku sedikit lebih bernafsu dari biasanya,..
Mang Ujang turun dari tubuh-ku, membiarkan si Burhan nama Tukang Becak itu, menggarap bagian atas-ku, aku berusaha memberontak, aku bergerak ke sana kemari, sementara si Abang Becak itu terus meremas-remas payudara-ku,.. Mang Ujang kembali naik dan tak dapat kupercaya saat ia tiba-tiba menampar wajah-ku, menahan perih aku sedikit mengeluarkan air mata,.. Liat ya nanti Mang Ujang,. Pasti aku balas,..
Kemudian ia kembali turun kebawah,..merengangkan kedua paha-ku dan jemarinya langsung menempel di bibir vagina-ku seperti mulai mencari sesuatu dibawah sana aku mendesah-desah tertahan merasakan sentuhannya di seluruh permukaan bibir vagina-ku itu, terlebih saat ia berhasil menemukan ‘bagian’ itu, tubuh-ku seolah terjalari sebuah sengatan yang membuat tubuh-ku menggelinjang nikmat..
Jemarinya perlahan mulai menerobos masuk, hanya sebatas satu ruas jari, rasanya tanggung dan memberikan perasaan ingin dirangsang lebih lagi,.. apalagi saat lidah Mang Ujang mendarat di bibir vagina-ku itu, perlahan merambat naik lidahnya, bergerak-gerak menuju bagian yang tadi ditekan-tekan oleh jemarinya,.. mengganti jempolnya yang tadi merangsang bagian itu dan langsung menyedot-nya, ughh rasanya begitu menggelegar, aku paling suka saat seseorang menjilati vagina-ku seperti itu, rasanya benar-benar waaah,..
Jemari-nya yang mulai didesak-desakan keluar masuk, dan semakin lama semakin bertambah cepat apalagi si Abang Becak pun mulai tak lagi canggung, untuk meremas dan menyedot-nyedot di payudara-ku itu,.. tubuh-ku bergetar-getar hebat dirangsang oleh mereka berdua, terus menggeliyat-geliyat tak karuan, perhatian-ku sedikit terpecah saat kurasakan penis si Abang Becak yang begitu keras menempel di perut-ku meski masih terbalut celana-nya yang tipis,..
Ughh kerasnya penis itu membuat-ku kian terangsang, terlebih dari apa yang kurasakan peniis itu sepertinya cukup besar dan keras aku mulai berkhayal bentuk penis itu, sementara aku masih menggeliyat-geliyat dalam pelukan si Abang Becak,..
Jemari Udin keluar masuk dalam lubang kewanitaan-ku itu, kian lama kian bertambah cepat, membuat-ku mengeliyat-geliyat keenakan, Abang Becak itu kembali berusaha mencium-ku, namun lagi-lagi kutolak, aku tak mau mencium sembarangan orang, apa lagi hanya itu yang bisa kulakuan untuk sekedar mempertahankan suasana tetap ‘bermain’ seperti sekarang,..
Abang Becak itu tak lagi berusaha mencium-ku setelah berulang kali kutolak,.. sebelum akhirnya ia kembali menyedot di Payudara-ku, aku menggelinjang-gelinjang kecil merasakan sedotan-nya, geli-geli, namun terkadang ia menggigit-gigit kecil di puting-nya, perih tapi juga enak begitu nyaman,.
Sementara dibawah sana, ditambah lagi Mang Ujang yang makin kesetanan mengerjai-ku, jemari-nya keluar masuk begitu cepat, terbantu lagi oleh cairan kewanitaan-ku yang mulai meleleh, jemari itu kian lancar keluar masuk, aku mendesah-desah penuh kenikmatan oleh rangsangan kedua-nya..
Payudara-ku yang digigit-gigit perlahan, sementara dibawah sana sesekali Mang Ujang menyedot-nyedot clitoris-ku, ditambah Jari-nya yang keluar masuk, terkadang begitu sengaja melakukan penetrasi-penetrasi pendek yang membuat-ku terlonjak-lonjak tanggung, tubuh-ku terus mengelinjang-gelinjang tak beraturan, ditambah lagi di kutit bagian selangkangan-kuyang begitu sensitive itu merasakan bibir Mang Ujang yang tebal dengan sedikit bulu-bulu kumis-nya yang bergesekan dengan kulit di selangkangan-ku itu, rasanya menambah sesuatu bumbu yang berbeda..
Tubuh-ku tersentak-sentak dikerjai oleh mereka berdua, aku masih sesekali berusaha melawan, untuk pura-pura saja, namun ABnag Becak itu membekap tubuh-ku erat-erat, membuat-ku tak bisa lagi bergerak-gerak menghindar. Yang kini dapat kugerakan hanya pinggul-ku itu pun sesekali ditahan oleh Mang Ujang
Entah gerakan tubuh-ku itu begitu Erotis membuat si Abang Becak itu tiba-tiba berkata,.
” Din, dah gak tahan nich,.. “
” Nich gue kasih kondom,.. ” Mang Ujang mengeluarkan kondom dari kantung celana-nya,..
Perlahan si Abang Becak memelorotkan celana-nya, aku sedikit kaget melihat penisnya yang kekar itu, sedikit lebih besar dari bayangan-ku tadi,.. ughhh aku mulai tak sabar membayangkan saat penis itu mulai masuk dan menyetubuhi-ku pasti rasanya,…
Burhan si Tukang Becak itu setengah berdiri dihadapan-ku, membuka bungkusan kondom yang di berikan Mang Ujang, dan memasukan benda berbentuk seperti cincin itu ke kepala penis-nya sebelum menarik kondom itu hingga membalut seluruh batang penis-nya itu,
Mang Ujang memberikan kesempatan burhan untuk menggarap-ku terlebih dahulu, ia membimbing penis-nya itu ke bibir vagina-ku, sambil menekan-kan batang penis-nya yang besar itu ke vagina-ku, tangan-nya menangkap pinggul-ku, kawatir aku bergerak-gerak mungkin, jelas ditangkap seperti itu membuat-ku tak bisa bergerak banyak, sementara aku mulai merasakan penis itu mulai ditekan masuk,
” Ahmmm,.. ” aku merintih halus, perlahan penis Abang Becak yang keras itu mulai masuk, meski terbalut kondom namun karena begitu keras-nya aku dapat merasakan penis itu seperti telanjang, perlahan masuk sebelum tertahan, kembali si Burhan tukang Becak itu, menarik penisnya sebelum kembali ditekan-nya masuk lebih dalam lagi,..sebelah kaki-ku, yang sebelah kanan diangkat naik, sedikit membuat penis itu kian terasa didalam sana, karena kaki-ku tak lagi serenggang tadi,..
” Sempit kan Bur,.. ” Komentar Mang Ujang lagi,..
Burhan mengganguk menjawab-nya,..
Burhan si Abang Becak menekan masuk penis-nya lagi, berulang-ulang,.. aku terus mendesah, hingga akhirnya penis itu berhasil masuk seutuhnya dalam vagina-ku, perih tercampur rasa hangat di dalam sana,.. aku menarik nafas panjang, sedikit beristirahat sebelum kurasakan Burhan mulai menggoyang-kan pinggul-nya menggenjot-ku,..sementara tangan-nya mencengkram paha-ku seperti bertumpu di sebuah pilar, tubuh-ku ikut terbawa-bawa tiap kali ia menarik ataupun menyodokan penis-nya dalam vagina-ku,..
Kian lama kian cepat pula ia menyetubuhi-ku, perih-perih namun juga enak karena disetubuhi seperti ini,. Tiba-tiba Burhan bergerak setengah membaringkan tubuh-nya, penis-nya masih dalam tubuh-ku, saat bergerak itu rasanya vagina-ku itu seperti diaduk,. dalam posisi setengah berbaring Burhan menggerakan pinggulnya dia terus menyetubuhi-ku, penisnya keluar masuk dari vagina-ku, perlahan aku pun mulai merenguk kenikmatan dari apa yang dikerjakan oleh Burhan, sungguh itu posisi baru yang kurasakan,..rasa-nya enak juga, he he
Dia menyetubuhi-ku dengan irama yang begitu bervariasi, terkadang keras terkadang perlahan, namun yang membuat ku benar-benar tak tahan adalah saat dia kembali menggoyang pinggulnya memutar, rasanya seperti diaduk-aduk, dari posisi itu, tangan-nya dapat membelai rambut panjang-ku, sesekali ia menyusupkan jemari-nya ke telinga-ku membuat-ku menggelinjang geli,..
” Ughhh, hmmm.. ” Kami mendesah bergantian, berulang kali Burhan berusaha mencium-ku, namun aku masih menolak ciuman-nya itu, bau mulut-nya benar-benar tak sedap, terlebih kalau aku mencium-nya sama saja aku menyerahkan diri-ku begitu saja, justru dalam keadaan seperti diperkosa seperti ini, sesekali aku dapat merasakan cengkraman-nya yang begitu kuat mencengkram-ku, atau tangan-nya yang berusaha menutup mulut-ku agar tak mendesah terlalu keras, dasar tolol, buat apa pasang TV keras-keras,..
Entah berapa menit telah berlalu, tubuh kami mulai penuh dengan keringat, saat Mang Ujang naik ke ranjang-ku dan mengangkat kepala-ku, ia ingin membuat-ku melihat selangkangan-nya yang tak lagi bercelana, penis-nya menggelayut lemas, setengah ereksi.. bahkan Burhan yang masih sibuk menggerakan penisnya keluar masuk dalam vagina-ku itu sempat berhenti sesat melihat bentu penis Mang Ujang,..
Mata-nya tercekat, wajahnya seperti ingin tertawa, meski reaksi itu tak disadari oleh Mang Ujang,.. Aku menahan tawa juga melihat reaksi Burhan tadi, namun saat aku menahan tawa itu Burhan malah menggerakan Penis-nya lagi, kian lama kian bertambah cepat menyetubuhi-ku, membelah vagina-ku itu menerobos masuk, sedikit mengkilat bukan hanya oleh cairan cinta-ku namun juga kondom oleh dia guna-kan,
” Gimana non, mantep kan.. ?? ” Tanya Mang Ujang, aku mengganguk kecil,.. memang berbeda sekali dengan Mang Ujang yang loyo, Burhan benar-benar dahsyat menyetubuhi-ku, baru mendapat pujian seperti itu, Burhan langsung menyetubuhi-ku dengan cepat, makin lama kian bertenaga, tubuh-ku terlontar-lontar meski sedang di bersender ke paha Mang Ujang,..
Payudara-ku yang terlempar-lempar ditangkap oleh Mang Ujang, ia meremas-remas payudara-ku sambil berusaha mencium-ku, aku pun menolak mencium Mang Ujang, giginya hancur tak rata, membuat-ku jijik untuk menerima ciuman-nya
Tubuh-ku bergetar-getar nikmat, Burhan merasakan bagaimana penis-nya kian terjepit, mungkin menyadari aku yang akan segera mencapai puncak kenikmatan-ku, Burhan menghujamkan penis-nya kuat-kuat berulang-ulang, membuat tubuh-ku terlonjak-lonjak dan kian melayang,..
Satu dua sodokan-nya, hingga sodokan keempat yang membuat-ku tak sanggup bertahan lebih lama lagi, aku mencengkram tangan Burhan yang menempel dipaha-ku,..
” Ahhh,.. ” Aku menjerit nikmat berselang dengan suara televisi saat akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan-ku,.. nafas-ku memburu lelah, keringat-ku bercucuran, untung Burhan memberikan-ku kesempatan untuk beristirahat sejenak,..
Sebelum kemudian Burhan membimbing-ku menaiki penis-nya,.. ia mengarahkan-ku dalam posisi favorite-ku WOT,..namun tetap saja aku merasa cukup lelah setelah dua kali mencapai puncak kenikmatan, perlahan penis Burhan kembali masuk dalam tubuh-ku, aku menggelinjang merasakan bagaimana penis itu masuk dan menusuk lebih dalam lagi..
Penis Burhan yang masih berada dalam tubuh-ku begitu terasa, tubuh-ku setengah menunduk kedepan, masih sedikit kelelahan saat aku mulai menggerakan pinggul-ku naik turun, perlahan aku mendesah diikuti Burhan yang juga ikut menggerakan pinggulnya hingga membuat penisnya tertanam lebih dalam lagi,..
Sedikit kelelahan dalam posisi WOT membuat-ku tak dapat bergerak terlalu cepat, tampaknya itu membuat Burhan tak puas, ia menarik tubuh-ku hingga membuat tubuh-ku tegak tak menunduk seperti tadi lagi, kedua tangan-ku bertumpu di paha-nya yang kekar, sementara tangan Burhan berada di Bokong-ku, perlahan membantu-ku bergerak naik turun, diikuti pinggul Burhan yang juga bergerak melakukan penetrasi,..
” Ughhh, .. ” Aku mendesah-desah nikmat,. Aku mulai active menggerakan tubuh-ku, aku menyetubuhi Burhan naik turun,.. entah berapa lama dalam posisi itu, tubuh-ku kian tambah berpeluh, desakan kenimatan yang tadi sudah mereda kembali muncul dan menguasai tubuh-ku lagi, nafsu-ku kembali menggelora membuat-ku ingin kembali mereguk kenikmatan lebih dari yang sebelumnya,..
Burhan menarik tangan-ku kebelakang, hingga membuat tubuh-ku condong ke arahnya,.. dengan posisi demikian Burhan menjadi lebih mudah dan lancar membenamkan penisnya dalam vagina-ku,..
” Oughh, owww… ” aku mendesah tak karuan, dalam posisi demikian membuat Burhan dapat lebih aktive, menyetubuhi-ku perlahan goyangan Burhan kian cepat, dan kian dalam bertenaga, sodokan-sodokan seolah mencabik tubuh-ku, namun di sisi lain juga memberikan kenikmatan yang tak terkatakan,..
Belum lagi aku terbiasa dengan keadaan, penis Burhan yang keluar masuk dengan demikian cepat-nya, kurasakan jemari Burhan mulai bermain-main di selangkangan-ku, mencoba merangsang-ku lebih lagi dengan jemari-nya,.. Ingin rasa-nya menghentikan goyangan jemari-nya yang bergerak-gerak liar dibawah sana, namun juga bila aku menarik satu tangan-ku, mungkin tangan yang lain-nya tak akan kuat menopang-ku dalam posisi demikian,..
Aku urung menggunakan tangan-ku, mengehntikan jari-jari Burhan,. jemarinya yang bergerak-gerak membelai vagina-ku itu membuat-ku kian mendesah tak karuan, penis-nya terus menyodok masuk, aku menggeliat-geliat geli merasakan jemari-nya yang menstimulasi-ku, tubuh-ku mulai berputar-putar, seperti orang yang menumbuk, pinggul-ku bergerak-gerak tak karuan, penis Burhan didalam sana seperti mengaduk tubuh-ku, namun pasti Burhan juga merasakan kenikmatan yang sama dengan yang kurasakan..
Jemari Burhan kian giat memainkan vagina-ku entah tampak-nya ia begitu menikmati tubuh-ku yang terlontar-lontar tak karuan, bergoyang mengaduk penisnya di dalam, sana yang juga tentu membuat aku sendiri melayang tak karuan merasakan penisnya itu dalam tubuh-ku, aku terus memejamkan mata-ku, memejamkan mata sekedar apresiasi kenikmatan yang menguasai diri-ku, penis Burhan masih demikan keras meski sesekali berdenyut di dalam sana..
Aku mendesah-desah tak karuan, pikiran-ku mulai kembali menjadi kosong, yang kuinginkan hanya segera mencapai klimaks secepatnya,.. sementara penis Burhan kiani berdenyut-denyut didalam sana, aku yang menyadari-nya pun tak menyia-nyiakan kesempatan, aku langsung mengoyangkan pinggul-ku,..
Penis-nya timbul tenggelam dalam vagina-ku, aku terus menggoyang-kan tubuh-ku tak mau kalah, keinginana untuk ‘sampai’ bersama-sama membuat aku berusaha menahan desakan klimaks yang benar-benar sudah diujung, hingga akhirnya usaha-ku mulai menunjukan hasil, Burhan mendesah panjang, sementara penisnya menggeletar-geletar menandakan ia mencapai segera puncaknya,..
Tubuh-ku pun ikut menggelinjang diatas sana, Burhan yang sudah mencapai klimaks-nya membuat-ku aku tak lagi berusaha menahan klimaks-ku, tubuh-ku bergetar diatas tubuh Burhan, sebelum akhirnya kujatuhkan tubuh-ku keatas tubuh Burhan,.. penis Burhan yang sudah layu mulai menyusut keluar, diatas penis-nya ada sedikit gumpalan sperma yang tertahan di dalam kondom yang ia kenakan,..
Belum lagi berkurang rasa letih-ku, Mang Ujang sudah menaiki tubuh-ku,, penisnya menggantung setengah layu, setengah keras, ukurannya lebih kecil dari milik Burhan, sebenarnya aku malas meladeni-nya, aku terus menolak saat ia berusaha memasukan penisnya ke mulut-ku, terus terang aku sedikit jijik untuk mengoral penis itu, terlebih melihat bentuk penis ituyang smaa sekali tak sesuai dengan selera-ku,..namun tampaknya Mang Ujang tak kekurangan akal,..
Tiba-tiba Mang Ujang memencet hidung-ku hingga membuat-ku terpaksa bernafas dengan mulut-ku, saat itu penisnya langsung didesakan dalam mulut-ku, terpaksa aku menelan penis itu, layu dalam mulut-ku, perlahan aku menggerakan lidah-ku membalut penis itu yang mulai sedikit bertambah keras,.. lidah-ku kugerakan menyelisir batang penis-nya, sebelum sesekali memijit kantung zakarnya itu, kumainkan dengan lidah-ku hingga membuat Mang Ujang mengeletar-geletar keenakan diatas sana,..
Penis-nya kuusap dengan jempol-ku tepat dibelahannya, sementar lidah-ku kumainkan di penis-nya yang berkedut-kedut itu, aku mengocok penis itu perlahan hingga membuat Mang Ujang makin kegirangan,..
Mang Ujang sudah tak sabar dan lalu berusaha mengapai bagian selangkangan-ku, ia mengangkat satu kaki-ku persis seperti yang dilakukan Burhan tadi,. Penisnya yang agak lembek itu didesakan masuk, sementara perlahan penis-nya berusaha masuk, aku kesal sendiri karena penis itu tampak begitu sulit untuk menerobos masuk,..
Berulang ia mencoba-nya, sebelum akhirnya penis itu berhasil masuk, pinggulnya mulai bergoyang menyetubuhi-ku, ya aku ingat saat pertama kali aku mengerjai Mang Ujang,. waktu itu juga seperti ini, aku hanya bisa mendesah-desah kecil, sementara Mang Ujang asyik sendiri menyetubuhi-ku,..
Sekitar 10 menit kemudian tanpa aku sempat merasakan apa-pun, Mang Ujang mencabut penis-nya dari dalam Vagina-ku, sebelum mengocok-nya sebentar hingga spermanya meleleh di perut-ku, si Udin yang tak tahu malu itu menyuruh-ku membersihkan penis-nya yang penuh dengan lelehan sperma,.. tentu saja aku mendorongnya,.. aku mengambil selimut-ku menutupi tubuh-ku yang polos,..
” Udah keluar-keluar sana,.. ” Aku membentak menyuruh mereka keluar,..
Setelah memastikan Burhan tak akan buka mulut, memang beberapa hari kemudian ia tak lagi tampak batang hidung-nya di pangkalan Becak itu,..Sementara untuk Mang Ujang, aku akhirnya aku berhasil memikirkan sebuah hukuman ‘gila’ yang membuat ia tak akan mengulang lagi kebodohan-nya itu, he he he

Perkosaan Di Komplek Perumahan

Cerita dewasa pemerkosaan jablay stw di perumahan – Aku adalah wanita berumur 25 tahun, sekarang aku tinggal sendirian di rumahku yang terletak di salah satu komplek yang disebut sebagian orang sebagai komplek orang berduit di wilayah Jakarta. Aku adalah janda tanpa anak, suamiku telah meninggal enam bulan yang lalu karena kecelakaan. Saat itu usia perkawinan kami baru menginjak tahun kedua. Rumah yang kutempati ini adalah hadiah perkawinan untukku, suamiku membeli rumah ini atas namaku. “Sebagai bukti ketulusan sayangku padamu” katanya.
Rumah-rumah di komplekku terbilang saling berjauhan karena masing-masing rumah memiliki pekarangan yang luas. Hidup di Jakarta menyebabkan aku juga tidak begitu mengenal tetanggaku. Kami masing-masing memiliki kehidupan sendiri-sendiri.
Sering aku merasa kesepian tinggal sendiri di rumah ini, tapi aku tidak mau menggunakan jasa pramuwisma, aku ingin mengerjakan pekerjaan rumahku sendiri. Alasanku pada mama sih biar aku ada kesibukan di rumah, rasanya lebih enjoy kalau semua dikerjakan sendiri.
Malam itu aku pulang agak larut karena baru pulang dari acara ulang tahun temanku. Setelah mengunci pintu depan aku mencari-cari kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap. Aku berangkat dari tadi siang untuk bantu-bantu di acara ulang tahun tersebut. Begitu lampu menyala, aku langsung menuju kamarku untuk mengganti baju yang kotor.
Aku melepaskan seluruh pakaianku lalu menyimpan baju kotorku di keranjang yang memang kusediakan di kamar untuk pakaian kotor. Sungguh aku sekarang telanjang bulat. Aku merasa sendiri di rumahku sehingga aku merasa bebas walaupun ke ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan telanjang.
Aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Selesai mandi rasanya badanku terasa segar. Kemudian duduk santai menonton TV di ruang tengah sambil minum susu hangat. Aku hanya melilitkan handuk pada badanku, sambil mengeringkan rambutku dengan kipas angin aku buka channel TV sana-sini. Acaranya tidak ada yang menarik hatiku.
Iseng-iseng aku menonton film BF koleksi suamiku. Aku pernah protes padanya karena dia menonton film begituan. Dia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia mencari style bercinta untukku. Di film itu pria bule sedang mencumbu seorang wanita asia yang kelihatannya begitu menikmati cumbuan dari pri bule. Aku sedikit terangsang melihat adegan itu, seandainya suamiku masih ada….
Aku melepaskan handuk yang melilit badanku, lalu mengelus-elus payudaraku sendiri dengan lembut. Payudaraku memang tidak begitu besar, tapi suamiku selalu memujiku dengan sebutan montok. Untuk urusan mengurus badan, aku memang agak telaten. Karena bagiku kecantikan wanita dan kemulusan badan itu adalah harga mati. Aku tidak menyadari sama sekali kalau ada sepasang mata yang memperhatikan kegiatanku
Kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama, matakupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan rangsangan.
Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya. Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.
Aku terangsang sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar membasahi bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu. Badanku melengkung merasakan kenikmatan, kukangkangkan pahaku semakin lebar. Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku.
Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Liang vaginaku sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku. Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku.
Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh G-spot, punggung dan kepalaku jadi tersandar kuat pada sofa di ruang tengah, seakan-akan tubuhku melayang-layang dengan kenikmatan tiada tara.
Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula. Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku.
Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan maniku yang mengalir deras.
“AHH……..” aku terpekik, lalu tubuhku bergetar hebat. Setelah beberapa detik baru terasa badanku seperti lemas sekali.
Mataku terpejam sambil menikmati rasa indah yang menjalar di sekujur badanku, tiba-tiba tersa ada benda dingin menempel di leherku. Mataku sedikit terbuka, lalu…..
“ Diam atau lehermu akan terluka.” Suara seorang laki-laki terdengar mengejutkanku. Jantungku rasanya hampir berhenti menyadari ada pria yang menempelkan pisau ke leherku, dan aku dalam keadaan telanjang……..
Aku terdiam tak berdaya ketika dia berusaha mengikat tanganku. Aku takut kalau dia merasa terancam, maka dia akan membunuhku. Matanya jelalatan melihat tubuhku yang tidak tertutup sehelai kain. Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa aku sangat gegabah. Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yang akan mereka lakukan. Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.
“He.. he.. he… cantik, ijinkan aku untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu.” Lelaki itu duduk disampingku.
“Nah cantik…. Sekarang Abang akan memuaskanmu.” Laki-laki yang memanggil dirinya Abang kemudian dengan kalemnya dia raih tangan dan pinggangku untuk memelukku. Antara takut dan marah, aku masih berontak dan berusaha melawan. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, tetapi.. Ya ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.
Lelaki itu berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku, dan usianya yang aku rasa tidak jauh beda dengan usia suamiku disertai dengan otot-otot lengannya yang nampak gempal saat menahan tubuhku yang terus berontak.
Dia lalu menyeretku menuju ke kamar tidurku. Aku setengah dibantingkannya ke ranjang. Dan aku benar-benar terbanting. Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu. Aku meraung, menangis dan berteriak sejadi-jadinya, tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena mereka membekap mulutku. hingga akhirnya, sehingga aku menyadari tidak ada gunanya lagi berontak maupun berteriak. Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aku, dengan cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaku. Dia berbisik dalam desahnya,
“Ayolah cantik, jangan lagi memberontak. Percuma khan, jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan. Lagian kalaupun ada yang tahu mereka tidak akan berani menggangu”.
Aku berpikir cepat menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Laki-laki ini seakan-akan sengaja memperhitungkan keadaan. Kemudian dengan tersenyum dia benamkan wajahnya ke ketiakku. Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah ketiakku. Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri. Menimbulkan rasa geli sekaligus membangkitkan gairah. Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaku. Tangannya juga meremas-remas susuku. Dengan jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku. Disini dia melakukannya mulai dengan lembut dan demikian penuh perasaan. Bajingan! Dia pikir bisa menundukkan aku dengan caranya yang demikian itu. Aku terus berontak dalam geliat.. Tetapi aku bagaikan mangsa yang siap diterkam.
Aku sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yang tersumpal. Yang ada hanya air mataku yang meleleh deras. Aku memandang ke-langit-langit kamar. Aku merasa sakit atas ketidak adilan yang sedang kulakoni. Kini lelaki itu menatapku. Aku menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataku,
“Kamu cantik banget….. ” dia berusaha menenangkanku.
Dia juga menciumi tepian bibirku yang tersumpal. Tangannya meraba pahaku dan mulai meraba-raba kulitku yang sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku. Dia merabanya dengan pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aku dilanda perasaan malu yang amat sangat. Hanya suamiku yang melihat auratku selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yang demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.
Aku merasakan betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya. Pemberontakanku sia-sia. Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yang meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.
“ Ah…..” Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku. Juga tidak begini suamiku selama ini. Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas. Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.
Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Darahku berdesir. Duniaku seakan-akan berputar dan aku tergiring pada tepian samudra yang sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aku. Aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yang sangat tak mampu kulawan. Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah. Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku. Seribu lidah lelaki inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aku untuk tertelan dan tenggelam. Aku tak bisa pungkiri. Aku sedang jatuh dalam lembah nikmat yang sangat dalam.. Aku sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aku sedang tertelan oleh gelombang nikmat syahwatku yang telah enam bulan tidak terlampiaskan semenjak suamiku meninggal.
Dan saat kombinasi lidah yang menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yang mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaku, aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku terdiam, berganti dengan desahan dari balik kain yang menyumpal mulutku. Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dengan bukan lagi sentuhan tetapi remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dengan rintihan yang penuh derita nikmat birahi.
Laki-laki itu tiba-tiba mrenggut sumpal mulutku.Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.
“Ayolah, sayang.. mendesahlah.. merintihlah.. Puaskan aku…..”
Aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar derita nikmat yang melandaku. Aku kembali menangis dan mengucurkan air mata. Aku kembali berteriak histeris. Tetapi kini aku menangis, mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aku meronta menjemput nikmat. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatku dalam irama nafsu birahi yang menerjangku.
Aku tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aku bergoncang-goncang mengangkat pantatku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yang amat sangat pada kemaluanku dilanda nafsu birahi. Dan kurasakan betapa kecupan dan gigitan lidah lelaki ini membuatku seakan-akan menggigil dan gemetar lupa diri.
“Masukin… bang.. auh… aku gak tahan…..” aku mendesah tidak karuan. Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku merintih.
Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya. Aku rakus menyedotinya. Aku berpagut dengan pemerkosaku. Aku melumat mulutnya. Aku benar-benar dikejar badai birahiku. Aku benar-benar dilanda gelombang syahwatku.
Aku betul-betul tidak sabar menunggu dia melepas pakaiannya. Aku masih berkelojotan diranjang. Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kontolnya ke kemaluanku pula. Aku benar-benar berharap karena sudah tidak tahan merasakan badai birahiku yang demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sama sekali diluar dugaanku. Aku sama sekali tak menduga, karena memang aku tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan lelaki ini demikian gedenya.
Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yang akhirnya kulakukan adalah sedikit mengangkat kepalaku dan berusaha melihat kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan. Rasanya ada pisang ambon gede dan panjang yang sedang dipaksakan untuk menembusi memekku. Aku menjerit tertahan. Tak lagi aku sempat memandangnya.
Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha menjulurkan lidahnya di rongga mulutku sambil menekankan kontolnya untuk menguak bibir vaginaku. Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar kontol di gerbang kemaluanku saat ini. Aku sendiri sudah demikian dilanda birahi dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku.Cairan-cairan kewanitaanku membantu kontol itu memasuki kemaluanku.
“Blesek……..Blesek………. Ohh…… Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aku sangat merindukan kenikmatan ini…..” Aku semakin meracau.
Sensasi cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar kontol lelaki ini sungguh menyuguhkan fantasy terbesar dalam seluruh hidupku selama ini. Aku rasanya terlempar melayang kelangit tujuh. Aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat, meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. Aku bergoncang dan bergoyang tak karuan…. Orgasmeku dengan cepat menghampiri dan menyambarku. Aku kelenger dalam kenikmatan tak terhingga.. Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.
“Auh………. AHH…… “ aku menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur tubuhku.
Kami langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aku tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa takut. Ada rasa kelapangan dan kelegaan yang sangat longgar. Aku merasakan seakan menerima sesuatu yang sangat aku rindukan selama ini. Apakah aku memang hipersex atau memang karena lelaki ini memang tangguh dan pandai bercinta. Ah aku tidak mau berfikir lagi.. Akupun tertidur kelelahan.
Besok pagi aku terbangun dengan badan sedikit pegal-pegal. Tidak ada tanda-tanda dia masih ada di rumah. Dan kuperiksa tidak ada barang yang hilang. Apakah dia memang datang untuk memperkosaku?…. kadang-kadang aku masih inigin melakukan hal yang sama. Aku merindukan kontolnya yang telah membuatku mencapai kenikmatan tertinggi dalam bercinta. Dimanakah kamu perampok berkontol besar, aku ingin kau rampok lagi .

Cerita Masukin Kontol Ke Vagina Jembut Lebat

Memek Nikita – Namaku Hendra Widjaya. Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas II SMA, di kota Jember, Jawa Timur.
Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, yang biasa dipanggil Nikita. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Nikita. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu. Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.
Keindahan tubuh Mbak Nikita tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Nikita memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.
Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Nikita selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam. Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Nikita jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Nikita. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas.
Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah. Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah.
“Waduh kunci terbawa Baron,” ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam.
“Lho masih di luar Hen..” Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Nikita baru pulang.
“Eh iya.. Mbak Nikita juga baru pulang,” ucapku membalas sapaannya. “Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun,” jawabnya.
“Kok kamu tidur di luar Hen.”
“Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk,” jawabku. Sebetulnya aku berharap agar Mbak Nikita memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Selanjutnya Mbak Nikita membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.
“Kenapa Mbak, pintunya macet..”
“Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya.” jawab Mbak Nikita.
“Kamu bisa membukanya, Hen.” lanjutnya.
“Coba Mbak, saya bantu.” jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku.
Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Nikita memberiku tumpangan tidur di rumahnya.
“Kletek.. kletek…” akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega.
“Wah pinter juga kamu Hen, belajar dari mana.”
“Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver,” ucapku bercanda.
“Terima kasih ya Hen,” ucap Mbak Nikita sambil masuk rumah.
Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Nikita keluar dan menghampiriku.
“Tidur di luar tidak dingin. Kalau mau, tidur di rumahku saja Hen,” kata Mbak Nikita.
“Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, “jawabku basa-basi.
“Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo.”
Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan.
“Mbak, saya tidur di kursi saja.”
Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu.
“Ini bantal dan selimutnya Hen.”
Aku tersentak kaget melihat Mbak Nikita datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek.
“Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju,” ujarku.
“Oh nggak pa-pa Hen, telanjang juga nggak pa-pa.”
“Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa,” ujarku menggoda.
“Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku,” kata Mbak Nikita sambil masuk kamar.
Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Nikita hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Nikita. Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu. Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Nikita. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Nikita tidur dan pakaiannya sedikit terbuka. Aku memberanikan diri masuk kamarnya.
“Kurang hangat selimutnya Hen,” kata Mbak Nikita.
“Iya Mbak, mana selimut yang hangat,” jawabku memberanikan diri.
“Ini di sini,” kata Mbak Nikita sambil menunjuk tempat tidurnya.
Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Nikita ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Nikita yang tertutup kain tipis itu.
“Sudah jangan bengong, ayo sini naik,” kata Mbak Nikita.
“Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik,” kata Mbak Nikita saat aku hendak naik ranjangnya.
Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri.
“Ouww, punyamu sudah berdiri Hen, kedinginan ya, ingin yang hangat,” katanya.
“Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong,” kataku.
“OK Hen, kamu mau membukakan pakaianku.”
Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Nikita mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri. Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Nikita penisku sudah berdiri.
“Ayo bukalah bajuku,” kata Mbak Nikita.
Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.
Cerita Seks- Setelah Mbak Nikita benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Nikita yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Nikita rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri.
“Oh, Hen nikmat sekali rasanya..”
Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Nikita. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Nikita. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Nikita yang merah.
“Hen, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya,” katanya.
“Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue,” jawabku.
Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Nikita. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Nikita. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremas-remas pantat Mbak Nikita. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Nikita.
“Naik ranjang yuk,” ucap Mbak Nikita.
Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Nikita tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Nikita. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum. Mungkin Mbak Nikita rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Nikita menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat.
“Masih belum puas menjilatinya Hen.”
“Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati.”
“Ganti yang lebih nikmat dong.”
Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Nikita yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya. Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Nikita.
“Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah..”
“Terus Hen, masukkan sampai habis.. ah.. ah..”
Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Nikita. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur.
“Mbak Nikita.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah..”
Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Nikita semakin menggeliat keasyikan.
“Oh.. ah.. nikmaatt.. Hen.. terus.. ah.. ah.. ah..”
Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Nikita memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Nikita memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya. Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Nikita. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.
“Oh.. Mbak Nikita.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh..”
Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dada Mbak Nikita. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Nikita.
“Oh Hen punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah..”
“Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah…”
Mbak Nikita rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Nikita mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Nikita disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.
“Mbak Nikita.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt..”
“Eh.. ahh.. ooohh.. Hen.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt..”
Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Nikita melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya. Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Nikita kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.
“Hen, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih,” kata Mbak Nikita.
Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku.
“Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan,” jawabku.
Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Nikita. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras.
“Oh.. Aah.. Hen.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Hen.. terus.. lebih keras Hen…”
“Mbak Nikita.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii..”
Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Nikita membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Nikita bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Nikita berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama.
“Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi..”
Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Nikita yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Nikita.
“Oh, Mbak Nikita.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat..”
“Kamu juga Hen, penismu hebat.. hangat dan nikmat..”
Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi.
“Kamu nggak sekolah Hen,” tanya Mbak Nikita.
“Sudah terlambat, Mbak Nikita tidak bekerja.”
“Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang..”
Kemudian Mbak Nikita pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Nikita tetap nikmat. Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita.
Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Nikita dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Nikita, orang tuaku tidak tahu. Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi.

Cerita ML Di Ruang Tamu

Kisah nyata ngentot pacar kakak – Siang itu, ponselku berbunyi, dan suara merdu dari seberang sana memanggil. “Di, kamu ke rumahku duluan deh sana, saya masih meeting. Dari pada kamu kena macet di jalan, mendingan jalan sekarang gih sana.” “Oke deh, saya menuju rumah kamu sekarang. Kamu meeting sampai jam berapa?”
“Yah, sore sudah pulang deh, tunggu aja di rumah.”
Meluncurlah aku dengan motor Honda ke sebuah rumah di salah satu kompleks di Jakarta. Vina memang kariernya sedang naik daun, dan dia banyak melakukan meeting akhir-akhir ini. Aku sih sudah punya posisi lumayan di kantor. Hanya saja, kemacetan di kota ini begitu parah, jadi lebih baik beli motor saja dari pada beli mobil. Vina pun tak keberatan mengarungi pelosok-pelosok kota dengan motor bersamaku.
Kebetulan, pekerjaanku di sebuah biro iklan membuat aku bisa pulang di tengah hari, tapi bisa juga sampai menginap di kantor jika ada proyek yang harus digarap habis-habisan. Vina, pacarku, mendapat fasilitas antar jemput dari kantornya. Jadi, aku bisa tenang saja pergi ke rumahnya tanpa perlu menjemputnya terlebih dulu. Sesampai di rumahnya, pagar rumah masih tertutup walau tidak terkunci. Aku mengetok pagar, dan keluarlah Ita Marshanda, kakak Vina, untuk membuka pintu.
“Loh, enggak kerja?” tanyaku.
“Nggak, aku izin dari kantor mau ngurus paspor,” jawabnya sambil membuka pintu pagarnya yang berbentuk rolling door lebar-lebar agar motorku masuk ke dalam.
“Nyokap ke mana?” tanyaku lagi.
“Oh, dia lagi ke rumah temannya tuh, ngurusin arisan,” kata Marshanda, “Kamu mau duduk di mana Dodi? Di dalam nonton TV juga boleh, atau kalau mau di teras ya enggak apa juga. Bentar yah, saya ambilin minum.”
Setelah motor parkir di dalam pekarangan rumah, kututup pagar rumahnya. Aku memang akrab dengan kakak Vina ini, umurnya hanya sekitar dua tahun dari umurku. Yah, aku menunggu di teras sajalah, canggung juga rasanya duduk nonton TV bersama Marshanda, apalagi dia sedang pakai celana pendek dan kaos oblong.
Setelah beberapa lama menunggu Vina di teras rumah, aku celingukan juga tak tahu mau bikin apa. Iseng, aku melongok ke ruang tamu, hendak melihat acara televisi. Wah, ternyata mataku malah terpana pada paha yang putih mulus dengan kaki menjulur ke depan. Kaki Marshanda ternyata sangat mulus, kulitnya putih menguning.
Marshanda memang sedang menonton TV di lantai dengan kaki berjelonjor ke depan. Kadang dia duduk bersila. Baju kaosnya yang tipis khas kaos rumah menampakkan tali-tali BH yang bisa kutebak berwarna putih. Aku hanya berani sekali-kali mengintip dari pintu yang membatasi teras depan dengan ruang tamu, setelah itu barulah ruang nonton TV. Kalau aku melongokkan kepalaku semua, yah langsung terlihatlah wajahku. Tapi rasanya ada keinginan untuk melihat dari dekat paha itu, biar hanya sepintas. Aku berdiri. “Ta, ada koran enggak yah,” kataku sambil berdiri memasuki ruang tamu. “Lihat aja di bawah meja,” katanya sambil lalu.
Saat mencari-cari koran itulah kugunakan waktu untuk melihat paha dan postur tubuhnya dari dekat. Ah, putih mulus semua. Buah dada yang pas dengan tubuhnya. Tingginya sekitar 160 cm dengan tubuh langsing terawat, dan buah dadanya kukuh melekat di tubuh dengan pasnya. “Aku ingin dada itu,” kataku membatin. Aku membayangkan Marshanda dalam keadaan telanjang. Ah, ‘adikku’ bergerak melawan arah gravitasi. “Heh! Kok kamu ngeliatin saya kayak gitu?! Saya bilangin Vina lho!,” Marshanda menghardik.
Dan aku hanya terbengong-bengong mendengar hardikannya. Aku tak sanggup berucap walau hanya untuk membantah. Bibirku membeku, malu, takut Marshanda akan mengatakan ini semua ke Vina.
“Apa kamu melotot begitu, mau ngancem?! Hah!”
“Astaga, Marshanda, kamu.. kamu salah sangka,” kataku tergagap. Jawabanku yang penuh kegamangan itu malah membuat Marshanda makin naik pitam.
“Saya bilangin kamu ke Vina, pasti saya bilangin!” katanya setengah berteriak. Tiba-tiba saja Marshanda berubah menjadi sangar. Kekalemannya seperti hilang dan barangkali dia merasa harga dirinya dilecehkan. Perasaan yang wajar kupikir-pikir.
“Marshanda, maaf, maaf. Benar-benar enggak sengaja saya. saya enggak bermaksud apa-apa,” aku sedikit memohon.
“Ta, tolong dong, jangan bilang Vina, kan cuma ngeliatin doang, itu juga enggak sengaja. Pas saya lagi mau ngambil koran di bawah meja, baru saya liat elu,” kataku mengiba sambil mendekatinya. Marshanda malah tambah marah bercampur panik saat aku mendekatinya.
“Kamu ngapain nyamperin saya?! Mau ngancem? Keluar kamu!,” katanya garang. Situasi yang mencekam ini rupanya membuatku secara tidak sengaja mendekatinya ke ruang tamu, dan itu malah membuatnya panik.
“Duh, Ta, maaf banget nih. Saya enggak ada maksud apa-apa, beneran,” kataku.
Namun, situasi telah berubah, Marshanda malah menganggapku sedang mengancamnya. Ia mendorong dadaku dengan keras. Aku kehilangan keseimbangan, aku tak ingin terjatuh ke belakang, kuraih tangannya yang masih tergapai saat mendorongku. Raihan tangan kananku rupanya mencengkeram erat di pergelangan tangan kirinya. Tubuhnya terbawa ke arahku tapi tak sampai terjatuh, aku pun berhasil menjaga keseimbangan. Namun, keadaan makin runyam.
“Eh! kamu kok malah tangkep tangan saya! Mau ngapain kamu? Lepasin enggak!!,” kata Marshanda.
Entah mengapa, tangan kananku tidak melepaskan tangan kirinya. Mungkin aku belum sempat menyadari situasinya. Merasa terancam, Marshanda malah sekuat tenaga melayangkan tangan kanannya ke arah mukaku, hendak menampar. Aku lebih cekatan. Kutangkap tangan kanan itu, kedua tangannya sudah kupegang tanpa sengaja. Kudorong dia dengan tubuhku ke arah sofa di belakangnya, maksudku hanya berusaha untuk menenangkan dia agar tak mengasariku lagi. Tak sengaja, aku justru menindih tubuh halus itu.
Marshanda terduduk di sofa, sementara aku terjerembab di atasnya. Untung saja lututku masih mampu menahan pinggulku, namun tanganku tak bisa menahan bagian atas tubuhku karena masih mencengkeram dan menekan kedua tangannya ke sofa. Jadilah aku menindihnya dengan mukaku menempel di pipinya. Tercium aroma wangi dari wajahnya, dan tak tertahankan, sepersekian detik bibirku mengecup pipinya dengan lembut.
Tak ayal, sepersekian detik itu pula Marshanda meronta-ronta. Marshanda berteriak, “Lepasin! Lepasin!” dengan paraunya. Waduh, runyam banget kalau terdengar tetangga. Yang aku lakukan hanya refleks menutup mulutnya dengan tangan kananku. Marshanda berusaha memekik, namun tak bisa. Yang terdengar hanya, “Hmm!” saja. Namun, tangannya sebelah kiri yang terbebas dari cengkeramanku justru bergerak liar, ingin menggapai wajahku.
Hah! Tak terpikir, posisiku ini benar-benar seperti berniat memperkosa Marshanda. Dan, Marshanda sepertinya pantas untuk diperkosa. Separuh tubuhnya telah kutindih. Dia terduduk di sofa, aku di atasnya dengan posisi mendudukinya namun berhadapan. Kakinya hanya bisa meronta namun tak akan bisa mengusir tubuhku dari pinggangnya yang telah kududuki. Tangan kanannya masih dalam kondisi tercengkeram dan ditekan ke sofa, tangan kirinya hanya mampu menggapai-gapai wajahku tanpa bisa mengenainya, mulutnya tersekap.
Tubuh yang putih itu dengan lehernya yang jenjang dan sedikit muncul urat-urat karena usaha Marshanda untuk memekik, benar-benar membuatku dilanda nafsu tak kepalang. Aku berpikir bagaimana memperkosanya tanpa harus melakukan berbagai kekerasan seperti memukul atau merobek-robek bajunya. Dasar otak keparat, diserang nafsu, dua tiga detik kemudian aku mendapatkan caranya.
Tanpa diduga Marshanda, secepat kilat kulepas cengkeraman tanganku dari tangan dan mulutnya, namun belum sempat Marshanda bereaksi, kedua tanganku sudah mencengkeram erat lingkaran celana pendeknya dari sisi kiri dan kanan, tubuhku meloncat mundur ke belakang.
Kaki Marshanda yang meronta-ronta terus ternyata mempermudah usahaku, kutarik sekeras-kerasnya dan secepat-cepatnya celana pendek itu beserta celana dalam pinknya. Karena kakinya meronta terus, tak sengaja dia telah mengangkat pantatnya saat aku meloncat mundur. Celana pendek dan celana dalam pink itu pun lolos dengan mudahnya sampai melewat dengkul Marshanda. Astaga! Berhasil!
Marshanda jadi setengah bugil. Satu dua detik Marshanda pun sempat terkejut dan terdiam melihat situasi ini. Kugunakan kelengahan itu untuk meloloskan sekalian celana pendek dan celana dalamnya dari kakinya, dan kulempar jauh-jauh. Marshanda sadar, dia hendak memekik dan meronta lagi, namun aku telah siap. Kali ini kubekap lagi mulutnya, dan kususupkan tubuhku di antara kakinya. Posisi kaki Marshanda jadi menjepit tubuhku, karena dia sudah tak bercelana, aku bisa melihat vaginanya dengan kelentit yang cukup jelas. Jembutnya hanya menutupi bagian atas vagina. Marshanda ternyata rajin merawat alat genitalnya.
Pekikan Marshanda berhasil kutahan. Sambil kutekan kepalanya di sandaran sofa, aku berbisik, “Marshanda, kamu sudah kayak gini, kalau kamu teriak-teriak dan orang-orang dateng, percaya enggak orang-orang kalau kamu lagi saya perkosa?”
Marshanda tiba-tiba melemas. Dia menyadari keadaan yang saat ini berbalik tak menguntungkan buatnya. Kemudian dia hanya menangis terisak. Kubuka bekapanku di mulutnya, Marshanda cuma berujar sambil mengisak, “Dodi, please.. Jangan diapa-apain saya. Ampun, Di. saya enggak akan bilang Vina. Beneran.”
Namun, keadaan sudah kepalang basah, syahwatku pun sudah di ujung tanduk rasanya. Aku menjawabnya dengan berusaha mencium bibirnya, namun dia memalingkan mukanya. Tangan kananku langsung saja menelusup ke selangkangannya. Marshanda tak bisa mengelak. Ketika tanganku menyentuh halus permukaan vaginanya, saat itulah titik balik segalanya. Marshanda seperti terhipnotis, tak lagi bergerak, hanya menegang kaku, kemudian mendesis halus tertahan. Dia pun pasti tak sengaja mendesah.
Seperti mendapat angin, aku permainkan jari tengah dan telunjukku di vaginanya. Aku permainkan kelentitnya dengan ujung-ujung jari tengahku. Marshanda berusaha berontak, namun setiap jariku bergerak dia mendesah. Desahannya makin sulit ditutupi saat jari tengahku masuk untuk pertama kali ke dalam vaginanya. Kukocokkan perlahan vaginanya dengan jari tengahku, sambil kucoba untuk mencumbu lehernya.
“Jangan Dod,” pintanya, namun dia tetap mendesah, lalu memejamkan mata, dan menengadahkan kepalanya ke langit-langit, membuatku leluasa mencumbui lehernya. Dia tak meronta lagi, tangannya hanya terkulai lemas. Sambil kukocok vaginanya dan mencumbui lehernya, aku membuka resleting celanaku. “Adik”-ku ini memang sudah menegang sempurna sedari tadi, namun tak sempat kuperlakukan dengan selayaknya. Karena tubuhku telah berada di antara kakinya, mudah bagiku untuk mengarahkan penisku ke vaginanya.
Marshanda sebetulnya masih dalam pergulatan batin. Dia tak bisa mengelak terjangan-terjangan nafsunya saat vaginanya dipermainkan, namun ia juga tak ingin kehilangan harga diri. Jadilah dia sedikit meronta, menangis, namun juga mendesah-desah tak karuan. Aku bisa membaca situasi ini karena dia tetap berusaha memberontak, namun vaginanya malah makin basah. Ini tanda dia tak mampu mengalahkan rangsangan.
Penisku mengarah ke vaginanya yang telah becek, saat kepala penis bersentuhan dengan vagina, Marshanda masih sempat berusaha berkelit. Namun, itu semua sia-sia karena tanganku langsung memegangi pinggulnya. Dan, kepala penisku pun masuk perlahan. Vagina Marshanda seperti berkontraksi. Marshanda tersadar, “Jangan..” teriaknya atau terdengar seperti rintihan.
Rasa hangat langsung menyusupi kepala penisku. Kutekan sedikit lebih keras, Marshanda sedikit menjerit, setengah penisku telah masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh penisku telah ada di dalam vaginanya. Marshanda hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja. Ia sedang mengalami kenikmatan tiada tara sekaligus perlawanan batin tak berujung. Kugoyangkan perlahan pinggulku, penisku keluar masuk dengan lancarnya. Terasa vagina Marshanda mengencang beberapa saat lalu mengendur lagi.
Tanganku mulai bergerilya ke arah buah dadanya. Marshanda masih mengenakan kaos rumah. Tak apa, toh tanganku bisa menyusup ke dalam kaosnya dan menyelinap di balik BH dan mendapati onggokan daging yang begitu kenyal dengan kulit yang terasa begitu halus. Payudara Marshanda begitu pas di tanganku, tidak terlalu besar tapi tidak juga bisa dibilang kecil. Kuremas perlahan, seirama dengan genjotan penisku di vaginanya. Marshanda hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, tak mampu melakukan perlawanan. Pinggulnya ternyata mulai mengikuti goyangan pinggulku.
Aku buka kaos Marshanda, kemudian BH-nya, Marshanda menurut. Pemandangan setelah itu begitu indah. Kulit Marshanda putih menguning langsat dengan payudara yang kencang dan lingkaran di sekitar pentilnya berwarna merah jambu Pentil itu sendiri berwarna merah kecokelatan. Tak menunggu lama, kubuka kemejaku. Aktivitas ini kulakukan sambil tetap menggoyang lembut pinggulku, membiarkan penisku merasai seluruh relung vagina Marshanda.
Sambil aku bergoyang, aku mengulum pentil di payudaranya dengan lembut. Kumainkan pentil payudara sebelah kanannya dengan lidahku, namun seluruh permukaan bibirku membentuk huruf O dan melekat di payudaranya. Ini semua membuat Marshanda mendesah lepas, tak tertahan lagi. Aku mulai mengencangkan goyanganku. Marshanda mulai makin sering menegang, dan mengeluarkan rintihan, “Ah.. ah..”
Dalam goyangan yang begitu cepat dan intens, tiba-tiba kedua tangan Marshanda yang sedang mencengkeram jok kursi malah menjambak kepalaku.”Aaahh,” lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulut mungil Marshanda. Ia sampai pada puncaknya. Lalu tangan-tangan yang menjambak rambutku itu pun terkulai lemas di pundakku. Aku makin intens menggoyang pinggulku. Kurasakan penisku berdenyut makin keras dan sering.
Bibir Marshanda yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun kulumat, dan tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini Marshanda membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kananku tetap berada di payudaranya, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan putingnya. Vagina Marshanda kali ini cukup terasa mencengkeram penisku, sementara denyut di penisku pun semakin hebat. “Uhh,” aku mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras, penisku menghujam keras ke dalam vaginanya, mengiringi muncratnya spermaku ke dalam liang rahimnya.
Tepat saat itu juga Marshanda memelukku erat sekali, mengejang, dan menjerit, “Aahh”. Kemudian pelukannya melemas. Dia mengalami ejakulasi untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ejakulasiku. Marshanda terkulai di sofa, dan aku pun tidur telentang di karpet. Aku telah memperkosanya. Marshanda awalnya tak terima, namun sisi sensitif yang membangkitkan libidonya tak sengaja kudapatkan, yaitu usapan di vaginanya.
Ternyata, dia sudah pernah bercinta dengan kekasihnya terdahulu. Dia hanya tak menyangka, aku-pacar adiknya malah menjadi orang kedua yang menyetubuhinya. Grreekk. Suara pagar dibuka. Vina datang! Astaga! aku dan Marshanda masih bugil di ruang tamu, dengan baju dan celana yang terlempar berserakan

Kisah Nyata Pembantu Budak Seks

Pembantu maniak sex – Di sebuah rumah di kota P, terdapat laki-laki muda yang masih single. Pria tersebut bernama Delon (samaran). Perawakannya ganteng dan berbody atletis, berkulit putih dan memiliki batang kemaluan yang besar dan panjang, dengan panjang 18 cm dan diameter 5 cm. Dia mempunyai libido sex yang tinggi, tidak jarang melakukan onani sampai setiap hari jika sedang bernafsu. Di rumahnya dia ditemani 3 orang pembatu yang masih muda dan seksi.
Pembantunya semua wanita, yang pertama (dari umur), Surti asal Malang, umurnya 25 tahun, sudah menikah (suaminya tetap di Malang) dan mempunyai dua orang anak. Walau sudah menikah, tubuhnya masih bagus, body seksi dan kulitnya putih susu. Payudaranya masih kencang, berisi, dan montok dengan ukuran 36B. Lubang kemaluannya masih rapat walau sudah pernah melahirkan 2 anak. Kedua, Halimah asal Lumajang, status janda tanpa anak (cerai), umur 19 tahun, tubuhnya tinggi sekitar 175 cm. Bodynya seksi, payudaranya berukuran 36B juga tapi sudah menggantung, alat vitalnya bagus dan sedikit sudah longgar, tapi masih enak, rapih karena bulu kemaluannya dicukur habis. Ketiga, Siti asal Jember, umur 16 tahun belum menikah tapi sudah tidak perawan lagi, tubuhnya biasa dibandingkan dengan yang lain, tetapi sangat menggairahkan. Payudaranya besar berukuran 39A, kulitnya putih dan liang senggamanya masih sempit (baru satu kali melakukan hubungan sex).
Hari kamis Delon pulang kerja lebih awal, tetapi dia sampai di rumahnya baru sore hari, karena dia tadi bersama temannya nonton film biru dulu di kantornya (ruangannya). Setelah sampai di rumah, Delon ingin langsung masuk kamar untuk melepaskan nafsunya yang terbendung dengan melakukan onani. Tetapi ketika hendak masuk kamar, Delon melihat pembantu-pembatunya bersenda gurau dengan menggenakan baju yang seksi, dengan hanya memakai rok mini dan atasannya “you can see”. Dia memperhatikan senda gurau pembantunya yang bercanda dengan memegang payudara temannya. Otak Delon cepat berpikir kotor, apalagi sudah dari tadi dia sedang bernafsu.
Delon berjalan mendekati pembantunya yang berada di taman belakang, dia mengendap-ngendap mendekati Halimah yang paling dekat dan membelakangiinya. Setelah dekat, dipeluk tubuh Halimah yang berdiri dan langsung bibirnya bergerilya di leher Halimah.
“Tuann.. lepaskan Tuan, saya pembantu Tuan..” katanya.
Tapi Delon tetap acuh saja dan terus menciumi leher bagian belakang milik Halimah, sedangkan yang lain hanya diam saja ketakutan.
“Aug..!” desah Halimah saat Delon mulai meremas payudara miliknya.
“Kamu semua harus melayaniku, aku sedang ingin bercinta..!” kata Delon seraya melepaskan pelukannya tapi tidak melepaskan genggamannya di tangan Halimah.
“Tappii.. Tuuan..” jawab mereka ketakutan.
“Tidak ada tapi-tapian..” jawab Delon sambil kembali memeluk Halimah dan mulai menciumnya.
“Augghh..” desah Halimah saat tangan Delon menyelinap ke selangkangannya dengan mereka tetap berciuman, sementara Siti dan Surti hanya melihatnya tanpa berkedip (mungkin sudah terangsang), tangannya pun mulai masuk ke dalam roknya masing-masing.
Ciuman Delon mulai turun ke arah payudara milik Halimah, dikecupnya payudara Halimah walau masih tebungkus BH dan kaosnya, sedangkan tangan Delon meremas-remas susunya yang kiri dan tangannya yang satunya sudah berhasil melewati CD-nya.
“Augh..” desah Halimah.
Dibuka bajunya dan BH-nya, “Wau besar juga susumu Mar..” kata Delon sambil tangannya memainkan susu Halimah dan memelintir puting susunya.
“Ah, Tuaan bisaa aja, ayo dong nyusu duluu.. augh..!” jawab Halimah sambil mendorong kepala Delon higga susunya langsung tertelan mulut Delon.
“Augghh..” desah Halimah merintih kenikmatan, sedang tangannya Halimah masuk ke celana Delon dan langsung mengocok batang kejantanan Delon.
Dijilat dan dihisap payudara Halimah, tangannya meremas serta mempermainkan puting susunya, kadang digigit dan disedot payudara Halimah.
“Auughh..!” Halimah berteriak kencang saat susunya disedot habis dan tangan Delon masuk ke liang senggamanya.
Ciuman Delon turun setelah puas menyusu pada Halimah, dijilatnya perut Halimah dan membuka roknya. Setelah terbuka, terlihat paha putih dan liang senggamanya yang telah basah yang sangat membuat nasfu Delon bertambah. Sedangkan Surti dan Siti sudah telanjang bulat dan melakukan masturbasi sendiri sambil melihat tuannya bercinta dengan temannya.
Diciuminya bibir kemaluan Halimah yang masih terbungkus CD.
“Augghh..” desah Halimah tidak kuat.
Karena tidak kuat lagi, Halimah mendorong kepala Delon dan langsung menurunkan CD-nya, setelah itu didorong masuk kepala Delon ke liang senggamanya.
“Auughh.. ughh..” desah Delon saat lidah Delon menjilati bibir kemaluannya.
Lidah Delon semakin liar saja, dimasukkan lidahnya ke liang itu dan dijilati semua dinding kemaluan itu tanpa ada sedikitpun yang terlewati. Klitorisnya pun tidak ketinggalan digigit dan dijilati.
“Aauugghh.. aagghh..!” desah Halimah.
Lidah Delon terus menjilati bagian dalam vagina Halimah. Halimah mulai mengejang bagai tersambar petir jilatan lidah Delon. Tangannya mulai menjabak rambut Delon, tapi Delon tidak marah dan sebaliknya malah mempercepat jilatan lidahnya.
“Aagghh.. aku mau keeluu.. uuaarr.. Tuua.. an..” rintih Halimah.
Dijilati terus Halimah dengan lidahnya, dan akhirnya, “Croott.. crroott..!” cairan kental, panas, dan asin keluar dengan deras di lidah Delon, dijilati cairan itu dan ditelan Delon.
Setelah itu Delon berjalan ke arah Siti yang sedang tiduran dan masturbasi. Ditidurinya langsung tubuh Halimah, dicium payudaranya yang sudah mengeras. Dijilat dan digigit puting susu Siti dan Siti hanya mendesah saja, tapi tangannya masih di dalam liang kemaluannya. Sedangkan Halimah masih menjilati tangannya yang habis membersihkan ciran yang keluar dari lubang senggamanya. Tangan Delon bergerak turun membelai semua sudut pahanya dan jilatannya mulai turun dari payudara Siti.
Setelah puas menjilati bagian bawah dari payudara Siti (perut dan sekitarnya), Delon mulai memasukkan lidahnya ke liang kemaluan Siti yang sudah banjir.
“Aaugghh..!” desah Siti ketika lidah Delon menjilati dinding kemaluannya.
Tangan Siti meremas susunya sendiri menahan geli dan nikmat, dipelintir-pelintir sendiri puting susunya. Lidah Delon ditarik keluar dan digantikan tangannya, langsung masuk tiga jari sekaligus dan mulutnya beraksi lagi di susu Siti.
“Auugghh.. aagghh.. ugghh.. ugh..!” desah Siti yang bergerak ke kanan ke kiri, menahan nikmat yang luar biasa.
“Aagghh.. Siti.., mau.. kee.. luar Tuaa.. ann..!” teriak Siti sambil memasukkan tangannya ke liang senggamanya.
Dengan maksud membantu mempercepat keluar karena Delon mengetahui Siti mau keluar, tangan Delon diganti dengan lidahnya dan tangannya memelintir serta meremas payudara Siti.
“Aaaghh.. Siti.. keluu.. uarr..! Croott.. ccrroott..!” cairan panas membasahi lagi lidah Delon dan langsung Delon bersihkan serta menelannya (prinsip Delon menelan cairan dari kemaluan wanita adalah dapat membuat awet muda). Siti lemas sekitika, dia hanya meremas pelan buah dadanya, dan Delon mengecup bibir Siti.
Kemudian Delon bergerak ke Surti yang sedang berciuman dengan Halimah temannya. Kaki Surti sudah terbuka lebar dan terlihat lubang kemaluannya yang merah menyala, memperlihatkan banjir oleh cairan kental. Tangan Surti terus meremas-remas payudara Halimah dan demikian sebaliknya. Karena sudah terbuka kaki Surti, maka Delon berlutut dan langsung menancapkan lidahnya ke liang milik Surti.
“Agghh..!” desah Surti saat lidah Delon sudah menjilati liangnya dan juga menghisap klitorisnya.
Surti dan Halimah terus berciuman, sedangkan Siti melakukan masturbasi lagi.
Delon terus menjilati dan memasukkan tanganya ke kemaluan Surti, dijilat dan dihisap terus sampai Surti berhenti berciuman dan mengejang. Tubuhnya bergerak ke kanan dan ke kiri. Tangan Halimah meremas susu Surti, dan mulutnya menjilati susunya yang sebelah lagi, sedangkan tangannya masuk ke kemaluannya sendiri sambil dimaju-mundurkan.
“Aagh.. uugghh.. saya mau.. keluar Tuu.. ann..!” jerit Surti, dan Delon masih terus menjilati dengan cepat dan terus bertambah cepat.
“Ccrrott.. ccrroott..!” keluar cairan panas membasahi lidah dan wajah Delon lagi, dan seperti sebelumnya, dijilati dan ditelan cairan yang keluar dari kemaluan Surti.
Setelah selesai menjilati kemaluan Surti, Delon menarik tangan Halimah dan menyuruhnya berposisi nungging atau doggy style. Dipukul pantat Halimah dengan batang kejantanannya dan tangannya meremas susu Halimah agar membangkitkan rangsangan lagi. Setelah terlihat merekah lubang kemaluan Halimah, batang keperkasaan Delon pun langsung ditancapkan ke vagina Halimah.
“Aaagghh..!” desah Halimah saat batang kejantanan Delon masuk semua ke lubang senggamanya.
Delon pun mulai memompa secara teratur dan stabil, diselingi hentakan-hentakan yang tiba-tiba,”Aaagghh..!” desah Halimah.
Delon terus memompa dan sekarang mulai bertambah cepat, karena melihat Halimah yang kepalanya mendangak ke atas dan berteriak semakin keras mengucapkan kata-kata kotor.
“Agghh.. Tuan, rudal Tuan ennakk banget.. Saya mau keluar Tuu.. an..!” teriak Halimah yang malah mempercepat sodokan Delon ke liang senggamanya.
“Aagh.. saya keluu.. arr..!” tubuh Halimah mengejang dan cairan keluar membasahi batang kemaluan Delon, terasa panas cairan tersebut.
Dan setelah selesai, Delon mencium punggung Halimah dan berkata, “Liang kamu juga enak, kapan-kapan layani tuan lagi ya..?”
Halimah hanya diam berbaring di rumput dan tangannya meremas susunya sendiri.
Delon merangkak ke arah Siti yang duduk dan sedang masturbasi sendiri, sedangkan Surti sedang menikmati jilatan lidah Halimah yang bangun lagi ke kemaluannya. Diacungkan batang keperkasaan Delon ke arah Siti dan disuruh memasukkan ke mulutnya. Siti langsung menyambar batang kemaluan tuannya dan mulai menjilati serta memasukkan ke mulutnya.
“Aagghh..!” desah Delon, “Kamu hebat juga ya kalau ngemut beginian..!” kata Delon memuji hisapan pembantunya.
Siti memang ahli, dia menjilat dari ujung sampai ke buah zakar tuannya, kadang dimasukkan semua batang tuannya ke mulutnya dan disedot serta dimaju-mundurkan mulutnya. Setelah puas dengan kepunyaan tuannya, Siti meminta tuannya memasukkan keperkasaannya ke lubang kenikmatannya. Delon berbaring di rumput dan menyuruh Siti berada di atasnya. Siti menuntun batang kejantanan tuannya ke liangnya dalam posisi dia duduk di atas tuannya.
“Aggh..!” desah Delon dan Siti saat kejantanan Delon masuk ke liang Siti.
Delon mendorong pinggulnya untuk menekan kemaluannya masuk dan Siti menggoyangkan pinggangnya agar batang tuannya bisa maraba semua bagian dalam vaginanya. Naik turun dan bergoyang memutar Siti untuk mengimbangi sodokan liar tuannya. Tangan Delon pun meremas susu Siti yang bergoyang mengikuti gerakan Siti.
“Agghh.. uuggkkhh..!” desah Siti.
Siti pun terus berteriak mengeluarkan kata-kata kotor dan mendesah ketika dia merasa sudah mau keluar.
“Aaghh.. ruu.. dall.. Tuan.. enak, saya.. mau.. keluarr..! Enakk..!”
Delon mempercepat gerakannya dan demikian juga Siti.
“Croott.. croott..” keluar cairan panas yang kali ini lebih panas dari milik Halimah ke batang kemaluan Delon.
“Kamu hebat Siti..” kata Delon sambil mengecup susu Siti.
“Aghh.. Tuan juga hebat, kontol Tuan enak..!”
Delon menarik Surti yang menjilati bibir kemaluan Halimah dan digantikan Siti. Setelah mengistirahatkan kemaluannya, Delon menyuruh Halimah menjilati dan menyedot rudalnya agar berdiri kembali. Dan setelah berdiri, maka Delon memasukkan batang kejantanannya ke lubang kenikmatan Surti dalam posisi tiduran (Surti di bawah dan Delon di atas menindih).
“Agghh..!” desah Halimah saat batang kemaluan tuannya baru masuk setengah.
“Rapet banget lubangmu Mir..!” kata Delon ketika agak kesulitan memasukkan seluruh batang kemaluannya.
Dihentakkan dan disodok rudal Delon ke pembatunya, dan secara spontan Surti berteriak merintih kesakitan karena milik tuannya terlalu besar dan dimasukkan secara paksa.
“Aaghh.. iighh..!” teriak Surti.
Delon mendiamkan sebentar rudalnya yang telah masuk ke kemaluan Surti. Setelah itu mulai dipompa pelan dan semakin lama semakin cepat.
“Aghh.. uugghh.. koonn.. tooll Tuaann.. enakk..!” teriak Surti saat sodokan Delon mulai tambah cepat dan mulut tuannya menghisap susunya.
Delon terus menghisap dan memompa cepat rudalnya, dan Surti mulai bergerak ke kiri ke kanan dan kemaluannya secara spontan mulai menjepit rudal tuannya yang berada di dalam sarangnya.
“Aaaghh, sayaa.. keluarr.. uughh.. ughh..!” Surti menjerit kencang tidak beraturan karena nafasnya mulai kehabisan menahan kenikmatan sodokan batang rudal tuannya.
Akhirnya, “Crroott.. ccrroott..!” keluarlah cairan panas ke kemaluan Delon, dan cairannya sangat banyak hingga keluar mengalir dari liang senggamanya.
“Boleh juga memek kamu dan susu kamu, nanti malam ke kamarku..!” kata Delon setelah mengecup bibir kemaluan Surti yang sudah banjir dan masih mengeluarkan cairan.
“Ah Tuan bisa aja, memang saya hebat..? Nanti malam saya akan jadi pembatu sexx tuan, dan saya berikan layanan super special dari memek saya ini, Tuan..”
Karena masih berdiri tegak dan masih belum ejakulasi, maka Delon menyuruh pembantunya bertiga untuk menghisap dan menjilat kemaluannya sampai mengeluarkan sperma. Halimah, Siti dan Surti berebutan menghisap dan memasukkan batang kemaluan tuannya ke mulut mereka. Delon sudah merasa mau keluar dan ditariknya kemaluannya sambil mulai mengocok dengan cepat di hadapan wajah pembantu-pembantunya.
“Aaaghh..!” desah Delon saat dia mengeluarkan beban sex-nya yang ada di alat vitalnya.
Semburan sperma tadi mengenai wajah Surti, Siti dan Halimah. Karena sperma yang dikeluarkan sangat banyak, maka sampai mengalir ke susu mereka bertiga. Delon menyuruh Siti membersihkan sisa sperma di batang kejantanannya dengan mulut Siti, sedangkan Siti membersihkan kemaluan tuannya. Yang lainnya menjilati dan menelan sperma yang mengalir dan menempel di mulut, wajah, dan susu mereka masing-masing.
Setelah selesai, Delon berkata, “Kalian semua hebat dan terima kasih atas pelayanan kalian. Kalian akan mendapatkan bonusku setiap akhir minggu atau semau kalian atau saya. Dan Surti, jangan lupa nanti malam..!”
Delon berrjalan mengambil pakaiannya dan masuk ke dalam untuk mandi.
“Terimah kasih Tuan telah memuaskan kami, dan kami akan mengambil bonus Tuan.” jawab pembantu Delon ketika melihat tuannya masuk ke rumah.
Mereka bertiga saling mencumbu, dan setelah itu masuk dan mandi bertiga.
Demikianlah pengalaman sex Delon dan pembantunya yang masih berlangsung sampai sekarang, walaupun Delon sekarang sudah mempunyai istri dan dua orang anak laki-laki. Mungkin anak laki-lakinya meneruskan perilaku ayahnya.