Jumat, 15 Juli 2011

Nafsu Birahi Tante Sri Yang Menggebu-gebu...

Pada waktu itu aku pulang dari kampus sekitar pukul 20:00 karena ada kuliah malam. Sesampainya di tempat kost, perutku minta diisi. Aku langsung saja pergi ke warung tempat langgananku di depan rumah, ohya perkenalkan namaku Bolang tapi sering dipanggil Son. Warung itu milik Ibu Sri, umurnya 30 tahun dan mulailah saya bercerita di situs dewasa kumpulanceritadewasa.info tercinta ini. Dia seorang janda ditinggal mati suaminya dan belum punya anak. Orangnya cantik dan bodynya bagus. Aku melihat warungnya masih buka tapi kok kelihatannya sudah sepi. Wah, jangan-jangan makanannya sudah habis, aduh bisa mati kelaparan aku nanti. Lalu aku langsung masuk ke dalam warungnya.
“Tante..?”
“Eee.. Dik Bolang, mau makan ya?”
“Eee.. ayam gorengnya masih ada, Tante?”
“Aduhh.. udah habis tuch, ini tinggal kepalanya doang.”
“Waduhh.. bisa makan nasi tok nich..” kataku memelas.
“Kalau Dik Bolang mau, ayo ke rumah tante. Di rumah tante ada persediaan ayam goreng. Dik Bolang mau nggak?”
“Terserah Tante aja dech..”
“Tunggu sebentar ya, biar Tante tutup dulu warungnya?”
“Mari saya bantu Tante.”
Lalu setelah menutup warung itu, saya ikut dengannya pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari warung itu. Sesampai di rumahnya..
“Dik Bolang, tunggu sebentar ya. Oh ya, kalau mau nonton TV nyalakan aja.. ya jangan malu-malu. Tante mau ganti pakaian dulu..”
“Ya Tante..” jawabku.
Lalu Tante Sri masuk ke kamarnya, terus beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar dengan hanya mengenakan kaos dan celana pendek warna putih. Wow keren, bodynya yang sexy terpampang di mataku, puting susunya yang menyembul dari balik kaosnya itu, betapa besar dan menantang susunya itu. Kakinya yang panjang dan jenjang, putih dan mulus serta ditumbuhi bulu-bulu halus.
Dia menuju ke dapur, lalu aku meneruskan nonton TV-nya. Setelah beberapa saat.
“Dik.. Dik Bolang.. coba kemari sebentar?”
“Ya Tante.. sebentar..” kataku sambil berlari menuju dapur.
Setelah sampai di pintu dapur.
“Ada apa Tante?” tanyaku.
“E.. Tante cuman mau tanya, Dik Bolang suka bagian mana.. dada, sayap atau paha?”
“Eee.. bagian paha aja, Tante.” kataku sambil memandang tubuh Tante Sri yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Tubuhnya begitu indah.
“Dik Bolang suka paha ya.. eehhmm..” katanya sambil menggoreng ayam.
“Ya Tante, soalnya bagian paha sangat enak dan gurih.” kataku.
“Aduhh Dik.. tolong Dik.. paha Tante gatel.. aduhh.. mungkin ada semut nakal.. aduhh..”
Aku kaget sekaligus bingung, kuperiksa paha Tante. Tidak ada apa-apa.
“Nggak ada semutnya kok Tante..” kataku sambil memandang paha putih mulus plus bulu-bulu halus yang membuat penisku naik 10%.
“Masak sih, coba kamu gosok-gosok pakai tangan biar gatelnya hilang.” pintanya.
“Baik Tante..” lalu kugosok-gosok pahanya dengan tanganku. Wow, begitu halus, selembut kain sutera dari China.
“Bagaimana Tante, sudah hilang gatelnya?”
“Lumayan Dik, aduh terima kasih ya. Dik Bolang pintar dech..” katanya membuatku jadi tersanjung.
“Sama-sama Tante..” kataku.
“Oke, ayamnya sudah siap.. sekarang Dik Bolang makan dulu. Sementara Tante mau mandi dulu ya.” katanya.
“Baik Tante, terima kasih?” kataku sambil memakan ayam goreng yang lezat itu.
Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh Tante Sri yang telanjang. Oh, betapa bahagianya mandi berdua dengannya. Aku tidak bisa konsentrasi dengan makanku. Pikiran kotor itu menyergap lagi, dan tak kuasa aku menolaknya. Tante Sri tidak menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar mandi telah tertutup, aku membayangkan bagaimana tangan Tante Sri mengusap lembut seluruh tubuhnya dengan sabun yang wangi, mulai dari wajahnya yang cantik, lalu pipinya yang mulus, bibirnya yang sensual, lehernya yang jenjang, susunya yang montok, perut dan pusarnya, terus vaginanya, bokongnya yang montok, pahanya yang putih dan mulus itu. Aku lalu langsung saja mengambil sebuah kursi agar bisa mengintip lewat kaca di atas pintu itu. Di situ tampak jelas sekali.
Tante Sri tampak mulai mengangkat ujung kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya. Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek dan BH, itu pun tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dia melepaskan celana pendek yang dikenakannya, dan dia tidak memakai CD. Kemudian dia melepaskan BH-nya dan meloncatlah susunya yang besar itu. Lalu, dengan diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun LUX, lalu tangannya meremas kedua susunya dan berputar-putar di ujungnya. Kejantananku seakan turut merasakan pijitannya jadi membesar sekitar 50%. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Tante Sri meneruskan gosokannya di daerah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat, mulutnya menyungging.
Beberapa saat kemudian..
“Ayo, Dik Bolang.. masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya nggak dikunci kok!” tiba-tiba terdengar suara dari Tante Sri dari dalam. Seruan itu hampir saja membuatku pingsan dan amat sangat mengejutkan.
“Maaf yah Tante. Bolang tidak sengaja lho,” sambil pelan-pelan membuka pintu kamar mandi yang memang tidak terkunci. Tetapi setelah pintu terbuka, aku seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan. Tante Sri tersenyum manis sekali dan..
“Ayo sini dong temani Tante mandi ya, jangan seperti patung gicu?”
“Baik Tante..” kataku sambil menutup pintu.
“Dik Bolang.. burungnya bangun ya?”
“Iya Tante.. ah jadi malu saya.. abis Bolang liat Tante telanjang gini mana harum lagi, jadi nafsu saya, Tante..”
“Ah nggak pa-pa kok Dik Bolang, itu wajar..”
“Dik Bolang pernah ngesex belum?”
“Eee.. belum Tante..”
“Jadi, Dik Bolang masih perjaka ya, wow ngetop dong..”
“Akhh.. Tante jadi malu, Bolang.”
Waktu itu bentuk celanaku sudah berubah 70%, agak kembung, rupanya Tante Sri juga memperhatikan.
“Dik Bolang, burungnya masih bangun ya?”
Aku cuman mengangguk saja, dan diluar dugaanku tiba-tiba Tante Sri mendekat dengan tubuh telanjangnya meraba penisku.
“Wow besar juga burungmu, Dik Bolang..” sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan.
“Dik Bolang.. boleh dong Tante liat burungnya?” belum sempat aku menjawab, Tante Sri sudah menarik ke bawah celana pendekku, praktis tinggal CD-ku yang tertinggal plus kaos T-shirtku.
“Oh.. besar sekali dan sampe keluar gini, Dik Bolang.” kata Tante sambil mengocok penisku, nikmat sekali dikocok Tante Sri dengan tangannya yang halus mulus dan putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, penisku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang montok dan besar itu. “Ough.. Tante.. nikmat Tante.. ough..” desahku sambil bersandar di dinding.
Setelah itu, Tante Sri memasukkan penisku ke bibirnya, dengan buasnya dia mengeluar-masukkan penisku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot, kadang-kadang juga dia menjilat dan menyedot habis 2 telur kembarku. Aku kaget, tiba-tiba Tante Sri menghentikan kegiatannya. Dia pegangi penisku sambil berjalan ke arah bak mandi, lalu Tante Sri nungging membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku.
“Dik Bolang.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Tante ya?!”
Aku melihat pemandangan yang begitu indah, vagina dengan bulu halus yang tidak terlalu lebat. Lalu langsung saja kusosor vaginanya yang harum dan ada lendir asin yang begitu banyak keluar dari vaginanya. Kulahap dengan rakus vagina Tante Sri, aku mainkan lidahku di klitorisnya, sesekali kumasukkan lidahku ke lubang vaginanya.
“Ough Sonn.. ough..” desah Tante Sri sambil meremas-remas susunya.
“Terus Son.. Sonn..” aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.
Kemudian Tante Sri tidur terlentang di lantai dengan kedua paha ditekuk ke atas.
“Ayo Dik Bolang.. Tante udah nggak tahan.. mana burungmu Son?”
“Tante udah nggak tahan ya?” kataku sambil melihat pemandangan demikian menantang, vaginanya dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung menancapkan penisku di bibir vaginanya.
“Aoghh..” teriak Tante Sri.
“Kenapa Tante..?” tanyaku kaget.
“Nggak.. Nggak apa-apa kok Son.. teruskan.. teruskan..”
Aku masukkan kepala penisku di vaginanya.
“Sempit sekali Tante.. sempit sekali Tante?”
” Nggak pa-pa Son.. terus aja.. soalnya udah lama sich Tante nggak ginian.. ntar juga enak kok..”
Yah, aku paksa sedikit demi sedikit, baru setengah dari penisku amblas. Tante Sri sudah seperti cacing kepanasan menggelepar kesana kemari.
“Ough.. Son.. ouh.. Son.. enak Son.. terus Son.. oughh..” desah Tante Sri, begitu juga aku walaupun penisku masuk ke vaginanya cuman setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa, nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat, kali ini penisku sudah amblas dimakan vagina Tante Sri. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Sri.
Tiba-tiba Tante Sri terduduk sambil memelukku dan mencakarku.
“Oughh Son.. ough.. luar biasa.. oughh.. Sonn..” katanya sambil merem melek.
“Kayaknya aku mau orgasme.. ough..” penisku tetap menancap di vagina Tante Sri.
“Dik Bolang udah mau keluar ya?”
Aku menggeleng, kemudian Tante Sri terlentang kembali. Aku seperti kesetanan menggerakkan badanku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk, kucium putingnya yang coklat kemerahan. Tante Sri semakin mendesah, “Ough.. Sonn..” tiba-tiba Tante Sri memelukku sedikit agak mencakar punggungku.
“Oughh.. Sonn.. aku keluar lagi..”
Vaginanya kurasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin kerasa. Aku dibuat terbang rasanya. Ah, rasanya aku sudah mau keluar. Sambil terus goyang, kutanya Tante Sri.
“Tante.. aku keluarin di mana Tante..? Di dalam boleh nggak..?”
“Terseraahh.. Soonn..” desah Tante Sri.
Kupercepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh penisku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya kumuntahkan laharku dalam vagina Tante Sri, masih kugerakkan badanku dan rupanya Tante Sri orgasme kembali lalu dia gigit dadaku, “Oughh..”
“Dik Bolang.. Sonn.. kamu memang hebat..”
Aku kembali mangenakann CD-ku serta celana pendekku. Sementara Tante Sri masih tetap telanjang, terlentang di lantai.
“Dik Bolang.. kalo mau beli makan malam lagi yah.. jam-jam sekian aja ya..” kata Tante Sri menggodaku sambil memainkan puting dan klitorisnya yang masih nampak bengkak.
“Tante ingin Dik Bolang sering makan di rumah Tante ya..” kata Tante Sri sambil tersenyum genit.
Kemudian aku pulang, aku jadi tertawa sendiri karena kejadian tadi. Ya gimana tidak ketawa cuma gara-gara “Ayam Goreng” aku bisa menikmati indahnya bercinta dengan Tante Sri. Dunia ini memang indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar