Sabtu, 16 Juli 2011

Aku Diperkosa Penjaga Sekolah

Cerita dewasa aku ini emang bisa dianggap gila, karena aku melakukan hal yang paling gila dalam hidupku. Karena kalah saingan sama adik kelasku, aku bekerjasama dengan penjaga sekolah untuk memperkosa adik kelasku yang juga temanku sendiri. Aku duduk di kelas 3 SMU saat ini. Namaku Nia, lengkapnya Lavenia, aku sangat terkenal di sekolah, teman-teman kagum akan kecantikanku, apalagi cowok-cowok, yang sering mengusilli aku dengan menggoda, aku sih cuek saja, soalnya aku juga senang sih. Aku punya sebuah “geng” di sekolah, Manda dan Leny adalah teman-teman dekatku. Kemanapun aku pergi mereka seperti biasanya selalu ada.
Tahun ajaran baru kali ini sudah tiba, banyak adik-adik kelas baru yang baru masuk kelas 1. Retno Andhina, nama gadis itu, ia baru duduk di kelas 1, tetapi ia sudah terkenal di sekolah ini. Bahkan ia bisa menyaingiku. Memang dia cantik, lebih cantik dari aku, kulitnya putih bersih terawat, dengan wajah agak kebule-bulean dan rambut sebahu, tubuhnya juga bagus, sintal, dan sexy. Baru 2 bulan bersekolah, nama Retno sering jadi bahan pembicaraan cowok-cowok kelas 3 di kantin, ada yang naksir berat, bahkan kadang-kadang mereka suka berbagi fantasi seks mereka tentang Retno. Retno tidak seperti aku, ia gadis pendiam yang nggak banyak tingkah. Mungkin itu yang membuat kaum cowok tergila-gila padanya.
Semakin hari Retno semakin terkenal, keegoisanku muncul ketika kini aku bukan lagi jadi bahan pembicaraan cowok-cowok. Kekesalanku pun memuncak kepada Retno, akhirnya aku, Manda dan Leny merencanakan sesuatu, sesuatu untuk Retno. Seperti aku, Retno juga anggota cheerliders sekolah, siang itu aku menjalankan rencanaku, aku bohongi Retno untuk tidak langsung pulang sekolah nantinya, karena akan ada latihan cheers yang mendadak, ia menolak, namun dengan segala upaya aku membujuknya sampai ia mau.
Sore itu, sekolah sudah sepi, tersisa aku, Manda, Leny, Retno dan 4 orang penjaga sekolah. Aku pun mulai menjalankan rencana ku.
“Kak, sampai kapan Retno mesti nunggu disini?”
“Udah tunggu aja, sebentar lagi!!”
Retno mulai kelihatan cemas, ia mulai curiga terhadapku.
“Sudah beres Non” Parman si penjaga sekolah melapor padaku.
“Oke” jawabku.
Rencana ini sudah kusiapkan dengan matang, sampai aku membayar 4 penjaga sekolah untuk mau bekerja sama denganku, bukan hal yang berat bagiku, aku anak orang kaya.
“Ya udah, ikut gue sekarang!!” perintahku untuk Retno.
Dengan ragu-ragu, Retno mengikuti aku, Leny dan Manda. Kubawa ia ke ruang olahraga sekolah, tempat dimana kita biasa latihan cheerliders.
Retno menangis karena bentakan dari aku, Manda dan Leny, ia terlihat ketakutan, tetapi kami terus menekannya secara psikologis, sampai ia menagis.
“Retno salah apa Kak?” ia menangis terisak-isak.
“Lo baru masuk sekolah 2 bulan aja udah banyak lagak, lo mau nyaingin kita-kita yang senior? hormatin dong!!” bentakku
“Nggak kok Kak, Retno nggak begitu”
“Nggak apaan? Nggak usah ngebantah deh, Lo mau nyaingin kita-kita kan?!” Leny menambahkan bentakanku.
Setelah puas membentak-bentak Retno, aku memberi tanda kepada Manda. Tak lama kemudian 4 penjaga sekolah yang sudah kuajak bekerjasama itu masuk ke ruang olahraga, mereka adalah Parman, Andre, Lodi dan Seto. Dari tadi mereka sudah kusuruh menuggu di luar. Retno saat itu terkejut dan sangat ketakutan.
“He.. he.. he.. ini dia Non Retno yang ngetop itu” Seto berujar sambil tersenyum menyeringai.
“Cantik banget, sexy lagi..” tambah Parman.
Retno gemetaran ia terlihat sangat takut.
“Sikat aja tuh!!” perintahku pada 4 pria itu.
“Oke, sip bos!! He.. he.. he..” Parman menyeringai.
Manda yang dari tadi diam mulai menyiapkan sebuah kamera handycam yang memang bagian dari rencanaku. Seto mencengkram tangan kanan Retno, sementara Lodi mencengkram tangan kirinya. Tubuh Retno mereka seret ke atas sebuah meja sekolah. Retno terlihat sangat ketakutan ia pun menangis sambil menjerit-jerit minta tolong.
“Gue duluan ya” Parman mendekati Retno.
Aku hanya tersenyum melihat keadaan Retno sekarang, aku puas melihat ia ketakutan.
“Mau apa Pak? Tolong saya, ampun Pak?” Retno memohon ampun.
Tapi Parman sudah tidak perduli lagi dengan permohonan Retno, ia sudah dibakar oleh nafsu. Perlahan Parman mendaratkan tangannya menyentuh payudara Retno, Retno menjerit ketakutan. Tanpa menghiraukan teriakan Retno, Parman meremas-remas payudara Retno perlahan-lahan.
“Yang kenceng Jo!!” perintahku.
Parman mengeraskan cengkramannya di buah dada Retno. Retno berteriak, ia nampak kesakitan, dan aku pun sangat menikmati ekspresi wajah Retno saat itu. Dipenuhi nafsu yang membara, Parman membuka seragam SMU Retno kancing demi kancing sampai payudara Retno yang tertutup BH terlihat.
“Gila!! Seksi banget nih toket, putih banget!!” sahut Parman sambil tertawa gembira.
Perlahan Parman menyentuh kulit payudara Retno, Retno pun terlihat gemetaran.
“Tolong jangan Pak!!” sahut Retno memelas.
Seluruh orang di ruangan ini sudah tidak sabar lagi menyuruh Parman menanggalkan penutup payudara Retno itu. Parman pun akhirnya melepas BH yang menutupi keindahan payudara Retno itu. Aku tergelak menahan ludah, payudara Retno indah sekali, mulus, bersih dengan puting yang merah muda merekah, seksi sekali pikirku.
“Abisin aja Pak!!” Leny meminta Parman dengan wajah cemburu, ia sepertinya iri pada keindahan payudara Retno.
“Ok Retno sayang, tenang aja ya? Nggak sakit kok, dijamin nikmat deh..” Parman berseloroh, ia terlihat bernafsu sekali seperti halnya Lodi dan Seto yang masih memegangi tangan Retno supaya ia tidak melawan, sementara Andre berdiri dibelakangku sambil memperhatikan dengan nafsunya.
“Jangan Pak!! ampun Kak!! tolong Retno..” Retno memohon dengan wajah pasrah, namun aku tidak perduli.
Sama sepertiku, Parman juga tidak perduli dengan permintaan Retno. Parman mulai memainkan tangannya di payudara Retno, ia mulai meremas perlahan-lahan sambil sesekali mengelus dan menekan-nekan puting payudara Retno dengan jarinya. Lodi dan Seto tidak ketinggalan, mereka menikmati mulusnya kulit lengan Retno dengan mengelusnya dan terkadang mencium dan menjilatinya, aku pun mulai merasa panas.
“Ah.. cukup Pak.. ampun Kak..” Retno mulai mendesah. Parman kian bernafsu, ia memutar-mutar jarinya di sekitar puting payudara Retno, akupun bisa membayangkan apa yang dirasakan Retno ketika bagian sensitifnya dirangsang, ia pasti merasa kenikmatan.
Melihat suasana yang panas itu, Andre akhirnya turun tangan, pria hitam bertubuh gendut itu maju mendekati Retno. Andre dan Parman saling berbagi payudara Retno, kiri dan kanan, dengan nafsu mereka mulai memainkan lidah mereka menyapu kulit payudara Retno dan menjalar dengan liar di sekitar puting payudara Retno, kadang mereka melakukan hisapan dan gigitan kecil di puting payudara Retno. Retno mendesah sambil ketakutan, terlihat ia baru pertama kali diperlakukan seperti itu. Manda pun beraksi merekam seluruh kejadian yang menimpa payudara Retno dengan seksama melalui handy cam-nya.
Parman menurunkan ciuman dan jilatannya ke perut Retno yang juga indah dan mulus, aku cukup terkejut melihat pusar Retno yang ditindik itu, terlihat seksi. Setelah puas mencium dan menjilati daerah pusar Retno. Parman berhenti dan menyuruh Andre yang sedang menikmati puting payudara Retno berhenti. Parman lalu mulai menyingkap rok sekolah Retno, sambil mengelus paha Retno. Ia memainkan jarinya menelusuri halusnya paha Retno yang mulus dan putih itu. Tangan Parman perlahan naik menyentuh selangkangan Retno yang ditutup celana dalam pink itu.
“Jangan Pak!! Ampun!!” Retno memohon pada Parman. Andre pun ikut mendekat ke Parman.
“Wah, Celana dalam Non Retno lucu sekali..” ejek Andre.
Parman yang sudah sangat nafsu perlahan membuka celana dalam Retno. Tak berapa lama kemudian, Celana dalam itu sudah terlepas dari tempatnya.
“Wow Non Retno!! Vaginanya indah banget!!” Parman tampak bersemangat.
Vagina Retno memang terlihat terawat, daerah selangkangannya putih, bersih, dan Retno sepertinya tidak suka dengan rambut-rambut yang tumbuh di sekitar vaginanya, ia membiarkan vaginanya tertampang mulus tanpa rambut kemaluan. Perlahan tangan Parman dan Andre menjelajahi paha, dan sekitar selangkangan Retno. Retno hanya bisa menggeliat kesana kemari menghadapi rangsangan itu.
Tak lama kemudian tangan Parman dan Andre, tiba di bagian vital Retno. Dengan nafsu membara, Andre membuka bibir vagina Retno, sementara Parman memasukkan jarinya kedalam liang vagina Retno.
Perlahan jari tangan Parman menyolok-nyolok vagina Retno, dan makin lama gerakannya makin cepat. Tubuh Retno nampak menegang, sambil mendongakkan wajahnya, Retno mendesah perlahan.
Parman dengan pandai memainkan kecepatan jarinya menyolok-nyolok vagina Retno, sementara aku dan teman-temanku memperhatikan kejadian itu. Setelah hampir 2 menit jari Parman menembus liang vagina Retno, dari bibir vagina Retno kulihat cairan kewanitaan yang keluar, rupanya Retno terangsang.
“Wah Non, terangsang nih? Enak ya? Mau lebih cepat?”
“Jangan Pak, tolong!!” Retno memohon.
Parman tidak mempedulikan permohonan Retno, Jarinya keluar masuk vagina Retno dengan cepat.
“Ahh.. stop Pak!! Tolong..!” Retno kelihatan sangat terangsang, namun ia berusaha melawan.
“Ahh..!” Retno vaginiak pelan, sepertinya ia hampir mencapai orgasme sambil menahan kesakitan di lubang vaginanya.
“Payah lo!! Baru segitu aja udah mau orgasme.. cuih.. ” aku meledek Retno, aku membayangkan jika aku dalam posisi Retno, pasti aku akan lebih lama lagi orgasme.
“Dasar perek amatir, baru gitu aja udah mau orgasme!!” Leny ikut mengejek.
Parman menghentikan jarinya yang menyolok-nyolok vagina Retno, nampaknya ia belum mau Retno mencapai puncaknya. Namun aku sudah tak sabar, dendam di dadaku terus membara ingin mempermalukan Retno. Kutarik jari Parman keluar dari vagina Retno, lalu kudorong tubuhnya menjauhi Retno.
“Lho Non.. saya belum puas nih..” Parman terlihat bingung.
“Sabar dulu!! Nanti lo dapat giliran lagi!!” bentakku pada Parman.
Saat kulihat Retno dihadapanku, nafsu dan amarahku membara. Aku tak tahan lagi, kujongkokkan tubuhku hingga wajahku tepat menghadap vagina Retno. Tertampang jelas keindahan vagina Retno di mataku, bibir vaginanya yang memerah karena gesekan jari Parman dan cairan yang membasahi sekitar selangkangannya membuat aku menahan ludah. Perlahan kudekatkan wajahku ke vagina Retno, dan kucium harum vagina Retno, Ia terlihat sangat merawat daerah vitalnya ini. Dengan penuh nafsu dan dendam, perlahan kubasuh vaginanya dengan lidahku.
Semua yang ada disitu spontan terkejut, dan Retno terlihat sangat kaget.
“Waduuh.. Non Nia ternyata juga mau ngerasain vagina Non Retno ya?” Andre berseloroh meledek.
“Bilang dong Non dari tadi, kalo gini saya malah jadi tambah horni nih..” Parman menimpali.
Aku tak perduli dengan ledekan Parman dan Andre, yang kupikirkan hanya satu, aku ingin membuat Retno malu di tanganku.
“Aaah.. Kak.. mau apa Kak? Jangan Kak..” Retno mulai merasa terangsang lagi, perlahan kurasa otot selangkangannya menegang. Kubasuh vagina Retno dengan jilatan lidahku, dan kujalari daerah selangkangannya dengan ciuman dan jilatan erotis. Kutelusuri bibir vagina Retno dengan lidahku, sambil kubuka liang vaginanya dengan jariku supaya lidahku dengan leluasa menjalar di daerah sensitifnya.
Tak berapa lama kutemukan klitoris Retno, perlahan kujilat dan kuberi dia hisapan-hisapan kecil dari mulutku. Semua laki-laki yang ada diruangan ini kurasa sangat beruntung menyaksikan dua bunga sekolah ini terlibat aktivitas seksual.
“Ahh.. ah.. ah..” Retno tak sanggup berkata-kata lagi, ia hanya bisa berteriak kecil merasakan rangsangan di klitorisnya. Perlahan tubuh Retno menggelinjang kesana kemari, keringatnya makin deras membasahi tubuh dan seragam sekolahnya. Sampai akhirnya kurasakan vagina Retno memuncratkan cairan-cairan kewanitaan yang menggairahkan membasahi mulutku, tanpa kusadari akupun terangsang dan menghirup cairan kewanitaan Retno dalam-dalam.
Hampir 5 menit kunikmati vagina Retno, daerah selangkangannya sudah sangat basah, sama seperti tubuhnya yang dibanjiri keringat. Retno hanya bisa mendesah pasrah sambil menikmati rangsanganku. Tak berapa lama, kurasa otot vaginanya menegang, Retno agak terhentak, lalu kedua tangannya tiba-tiba mencengkram pundakku, ia hampir mencapai puncak. Saat itu pula kuhentikan jilatanku, lalu menarik nafas istirahat. Retno terkulai lemas, tubuhnya tergeletak tak berdaya diatas meja sambil perlahan mencoba mengumpulkan nafas. Parman, Seto, Lodi dan Andre hanya bisa terpaku menatap aku dan Retno, sementara Leny dan Manda terlihat puas melihat “siksaan”ku terhadap Retno. Aku berdiri setelah istirahat sejenak.
“Gilaa!! Non Nia hebat!! Saya jadi horni banget nih lihat cewek lesbian kayak gitu” Seto angkat bicara.
Kutatap Retno yang terkulai lemas dengan pandangan nafsu dan dendam.
Kulebarkan kedua kaki Retno sampai ia mengangkang. Kutarik pinggulnya sampai sisi meja. Kali ini akan aku buat ia orgasme. Kutanggalkan rok sekolahku lalu kulepas celana dalamku. Semua pria yang ada disitu tergelak menahan ludah, menanti kejadian selanjutnya. Kubuka seragam sekolahku karena udara sudah sangat panas, sambil kutanggalkan BH-ku, begitu juga dengan Retno, kubuat ia telanjang bulat.
Posisi kaki Retno yang mengangkang membuat vaginanya melebar, membuka bibir vaginanya, dan itu membuatku terangsang. Kuangkat kaki kiriku keatas meja, lalu kudekatkan selangkanganku ke selangkangan Retno. Posisi tubuhku dan Retno Seperti dua gunting yang berhimpitan pada pangkalnya. Dengan nafsu yang membara kugesekkan vaginaku dengan vagina Retno yang masih terkulai lemas itu.
“Hmm.. aah.. cukup Kak.. aah..” Retno mendesah memohon padaku.
Tanpa perduli pada Retno, aku yang sudah dibakar nafsu terus melaju. Sementara Pria-pria yang ada disana mulai mengeluarkan kemaluan mereka kemudian melakukan onani sambil menyaksikan aku dan Retno. Semakin lama semakin kupercepat gesekkan vaginaku, sambil kulihat wajah Retno yang cantik itu dengan nafas memburu, membuatku kian terangsang. Tubuhku dan Retno bergerak seirama, kurasakan keringat mengucur dari tubuhku, serta vaginaku kian basah oleh cairan kewanitaanku yang bercampur dengan cairan kewanitaan Retno. Selama hampir 5 menit kupacu tubuh Retno, dan tiap detik pun kurasakan kenikmatan dan rasa dendam yang terbayar.
Di tengah deru nafasku yang saling memacu dengan nafas Retno, tiba-tiba kumerasa sesosok tubuh besar memelukku dari belakang. Ternyata itu Andre, pria hitam bertubuh gendut itu sudah telanjang bulat dan memeluk tubuhku sambil memainkan jemarinya di puting payudaraku.
“Saya juga ikutan ya Non Nia? Habis Non Nia bener-bener hot sih” permintaan Andre kuturuti tanpa menjawab, sebab jarinya yang memilin puting payudaraku semakin membuat aku berenang dalam lautan kenikmatan.
Kulirik Retno yang menarik nafas terengah-engah dan kulihat tubuhnya mulai menggelinjang merasakan kenikmatan. Kupercepat gerakanku, sambil mencoba untuk mengatur nafas, tiba-tiba sebuah benda kurasa menyentuh pantatku lalu menelusup diantara belahannya. Aku mendengar Andre melenguh, ternyata benda itu adalah penisnya yang menegang dan berusaha meyodok lubang anusku.
“Non Nia, saya nggak tahan lagi nih..” permintaan Andre kupenuhi, kubiarkan penisnya masuk ke lubang anusku.
Dengan sedikit hentakan, penis Andre menerobos masuk anusku. Kurasakan benda itu berukuran besar, memenuhi lubang anusku.
“Aaah.. lobang Non Nia masih rapet banget nih..” Andre mencoba menekan pinggulnya untuk memasukkan seluruh batang penisnya. Sambil terus kupacu tubuh Retno, Andre juga mulai memompa penisnya di lubang anusku. Tak berhenti, Andre menjelajahi bagian atas tubuhku dengan tangannya.
Kejadian ini berlangsung hampir 7 menit sebelum, Retno berteriak kencang memperoleh puncak kenikmatannya. Tak berapa lama kemudian giliranku dan Andre yang mencapai orgasme bersamaan, ditandai semburan spermanya di lubang anusku. Aku sangat lelah, tubuhku basah oleh keringat, namun aku sangat puas, puas karena dendamku terbayar dan puas atas kenikmatan yang kuperoleh tadi. Kubiarkan Retno beristirahat selama kurang lebih 5 menit, sampai akhirnya “penyiksaan” ini dimulai lagi.
Aku duduk menjauh dari Retno, kali ini kuputuskan menjadi penonton saja. Tongkat komando kini dipegang Leny, ia kini yang memerintah semua yang ada disitu. Parman, Lodi dan Seto mendekati tubuh Retno yang tergeletak tak berdaya. Leny memberi tanda pada Seto yang dijawab dengan anggukan kepalanya. Seto memegang pinggul Retno yang lemas itu kemudian memutar tubuhnya. Posisi Retno kini telungkup dengan memperlihatkan bulatan pantatnya yang padat berisi.
“Nah, Non Retno siap-siap ya!” Seto berujar sambil mengangkat pinggul Retno sampai ia dalam posisi menungging. Retno cuma bisa menunggu siksaan apa lagi yang akan diterimanya dengan pasrah. Meski tubuh Retno tampak lemas, ia masih saja menggairahkan. Seketika saja Retno mendesah pelan, Seto dengan nafsunya meremas bongkahan pantat Retno sambil mengelusnya.
“Hajar aja!!” perintah Leny.
Setelah mendengar perintah Leny, Seto yang sudah menunggu dari tadi langsung melesakkan penisnya yang menegang itu ke lubang vagina Retno. Wajah Retno terlihat terkejut sambil menahan sakit. Ukuran penis Seto yang besar memaksa masuk ke lubang vagina Retno yang rapat itu. Retno berteriak tiap kali Seto mendorong penisnya masuk.
“Vagina Non Retno rapet banget nih, aahh..” Seto berkata sambil mendorong penisnya lagi memasuki vagina Retno.
Setelah seluruh penis Seto masuk dalam lubang vagina Retno, seto berhenti sejenak, ia membiarkan Retno mengambil nafas sejenak. Namun Seto tidak membiarkan Retno berlama-lama, perlahan-lahan ia mulai memompa penisnya didalam vagina Retno. Gerakan Seto makin cepat, deru nafas Retno dan Seto terdengar keras dibarengi gerakan mereka yang seirama. Sambil terus memompa penisnya, Seto memainkan tangannya menjelajahi pantat dan pinggul Retno yang basah oleh keringat. Sekali lagi Leny memberi tanda, Seto mempercepat lagi gerakannya, membuat tubuh Retno bergerak kian liar. Parman maju menghampiri Retno, ia berdiri di depan wajahnya. Parman mengangkat tubuh Retno sampai ia dalam posisi merangkak.
“Aaah.. cukup Pak.. ah..” Retno memohon pada Parman.
Dengan senyum mengejek Parman memaksa Retno membuka mulutnya. Dengan nafsu yang membara ia memaksa penisnya masuk ke bibir mungil Retno.
“Ayo isep penis saya Non!! isep!!” Paksa Parman.
Karena ketakutan, Retno dengan pasrah menerima batangan penis Parman menembus bibirnya. Besarnya penis Parman nampak memenuhi seluruh mulut Retno. Tak bisa kubayangkan betapa puasnya Parman, ketika gadis SMU secantik Retno kini sedang mengulum penisnya.
Dari jauh kulihat Retno menangis, airmata jatuh ke pipinya, ia merasa terhina dan jijik. Dendamku benar-benar terbalas, Retno benar-benar menderita. Dibalik semua itu aku juga merasa kasihan padanya. Parman mulai memompa penisnya, melakukan gerakan maju mundur dihadapan wajah Retno. Kini mulut dan vagina Retno telah dipompa dua batang penis. Keringat membasahi seluruh tubuhnya, membuat tubuh Retno terlihat berkilau seksi. Hanya Lodi saja yang belum menikmati Retno, kini ia naik keatas meja, lalu memposisikan dirinya diatas punggung Retno seolah-olah ia sedang menaiki kuda. Lodi meletakkan penisnya diatas punggung Retno, sambil kemudian ia gesekkan. Tangan lodi menjelajah kedua payudara Retno yang tergantung.
Tiga orang itu sekaligus menikmati tubuh Retno, tak bisa kubayangkan perasaan Retno saat ini. Vagina, mulut, punggung, payudara, hampir seluruh bagian tubuhnya dirangsang. Kulihat Seto berejakulasi di dalam liang vagina Retno, sperma yang melimpah keluar dari penis Seto mengalir keluar melalui liang vagina Retno, seketika itu juga Retno bergumam sembari menaikkan pinggulnya, ia berorgasme. Setelah Seto puas membasahi vagina Retno dengan spermanya, giliran Leny menggantikan posisi Seto. Dengan liar, Leny menjilati vagina Retno yang masih basah oleh sperma Seto.
Selang berapa menit kemudian Parman berejakulasi, ia berteriak kencang memanggil nama Retno sembari memuncratkan spermanya di wajah Retno, kulihat Retno menerima semburan sperma itu di sekitar bibir dan pipinya, bahkan ia menelannya, mungkin Retno sudah pasrah dan memilih untuk menikmati kejadian ini.
Setelah Parman, giliran Lodi berejakulasi diatas punggung Retno. Sperma lodi nampak membasahi kulit punggung Retno yang putih mulus. Andre yang dari tadi diam, bergerak menggantikan Leny yang kini merubah posisi Retno menjadi terlentang, lalu memegangi tangan Retno keatas. Penis Andre yang ekstra besar itu menembus vagina Retno, dan dengan liar memompa tubuh Retno. Retno yang sudah sangat lelah hanya mendesah pelan sambil menikmati. Hampir 10 menit Andre memompa penisnya didalam vagina Retno sampai akhirnya gerakan Andre dipercepat, Retno berteriak, pinggulnya naik, tubuhnya nampak bergetar, ia kembali berorgasme. Tidak lama kemudian Andre berejakulasi di luar vagina Retno, ia membiarkan spermanya jatuh membasahi selangkangan Retno.
Suasana sunyi hanya terdengar desah nafas Retno yang mencoba mengatur kembali nafasnya. Tubuhnya basah oleh keringat, selangkangannya dipenuhi sperma, Retno hanya tergeletak diatas meja itu. Kubayar uang yang kujanjikan pada Parman, Andre, Seto dan Lodi. Mereka lalu pergi meninggalkan ruangan ini dengan senyum puas.
“Nah, sekarang kapok kan lo?” bentak Leny kepada Retno.
“Makanya jangan macam-macam, kalo lo bilang-bilang kejadian ini sama siapapun, rekaman video tentang lo bakal gue sebar luas!! Terus lo bisa jadi bintang porno terbaru dan terkenal, he.. he.. he.. ” ancamku pada Retno.
“Sekarang lo bilang!! Gimana rasanya tadi?! Ayo jawab!!” bentak Leny.
“Kok diem aja?! Ayo jawab tolol!!” bentakku.
“Enak Kak..” jawab Retno ketakutan.
“Enak?! lo seneng dientot?!” bentak Leny lagi.
“Iya Kak.. enak sekali.. nikmat..” Retno menjawab.
“Lo mau lagi?!” Manda yang dari tadi diam kini bicara.
“Ma..mau Kak..” jawab Retno.
Aku, Leny dan Manda saling berpandangan sambil tersenyum. Ya, akhirnya Retno kini menjadi bagian gengku, geng gila seks yang suka sekali mencari kenikmatan, haus akan hal-hal berbau seks. Dan si cantik Retno, adik kelasku menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam petulangan seks ku selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar